Minggu, Maret 25, 2012

islam dan negara dalam politik orde baru)

BAB I
PENDAHULUAN

Pada awal pemerintahan Orde Baru, dikalangan aktivis Islam timbul optimisme untuk kembali memainkan peranan dominan dalam politik Nasional, mengingat sumbangan mereka dalam meruntuhkan rezim Orde Lama. Kerja sama antara ABRI, organisasi mahasiswa, dan kelompok Islam dalam menjatuhkan PKI dan Bung Karno setelah terjadinya G 30 S/PKI memberikan indikasi bahwa Islam mendapatkan legitimasi dalam peran politiknya. Tetapi optimisme itu buyar ketika ABRI menyatakan PKI dan Masyumi sebagai partai terlarang, karena dianggap pernah menyeleweng dari Pancasila dan UUD 1945. Setelah Masyumi dinyatakan sebagai partai terlarang, kedudukan dan peranan politik Islam berada di posisi pinggiran.
Walaupun secara politis peranan umat Islam bersifat marginal, sampai saat ini mereka adalah kelompok strategis yang banyak dipertimbangkan, seperti terlihat pada seiap pemilu; isu-isu yang menonjol menjadi tema kampanye selalu berkisar tentang Islam.













BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam dan Negara
Secara etimologis, kata Islam berasal dari bahasa Arab dari bentuk verba aslama yang berarti ia menundukkan dirinya atau ia masuk ke dalam kedamaian. Selain itu Islam juga berarti “damai” dalam dan luar.
Dalam Islam tidak ada pemisahan antara urusan agama dan urusan poltik. Pengertiannya, politik sebagai suatu kegiatan harus dilakukan dalam kerangka sistem nilai islam.
Masalah politik dan pentadbiran N\negara adalah termasuk dalam urusan keduniaan yang bersifat umum. Panduan al-Quran juga al-Sunnah bersifat umum. Oleh yang demikian permasalahan politik termasuk dalam urusan ijtihad umat Islam. Tujuan utama atau cendikiawan Islam adalah berusaha secara terus menrus menjadikan dasar al-Quran itu menjadi sistem yang kongkret supaya dapat diterjemahkan ide dalam pemerintahan dan pentadbiran negara di sepanjang zaman.

B. Pembentukan Format Baru Politik Indonesia
Orde Baru merupakan suatu orde politik yang berlainan sama sekali dengan orde politik sebelumnya. Format politik orba ini mencoba menciptakan keseimbangan antara konflik dan consensus.
Kalau pada masa Orde Lama pembangunan ditekankan pada bidang politik, maka Orde Baru mengubahnya menjadi ekonomi. Dalam bidang politik, rezim yang berkuasa dihadapkan pada upaya menciptakan sebuah format politik baru. Upaya ini secara praktis bersamaan dengan tumbuhnya optimisme masyarakat sekeluarnya mereka dari suatu masa yang merugikan. Optimisme akan kehidupan baru yang lebih baik, lebih demokratis, dan lebih aman.
1. Militer sebagai Kekuatan Politik Dominan
Secara teoritis, keterlibatan militer dalam politik merupakan topik yang menarik bagi para penganut politik. Kehadiran militer dalam perpolitikan nasional sudah berlangsung sejak awal kemerdekaan Indonesia. Salah satu karakteristik militer Indonesia adalah berasal dari gerakan perlawanan rakyat yang pada saat itu sedang berjuang mempertahankan kemerdekaan. Dengan demikian, militer Indonesia bukan bentukan politisi sipil, bukan pila warisan penjajah Belanda dan Jepang. Bahkan bersama politisi sipil (yang berjuang lewat jalur diplomasi), militer bergandeng tangan (dengan menggunakan senjata), mempertahankan kemerdekaan dari serangan Belanda yang bermaksud menjajah kembali. Karakteristik militer Indonesia adalah “prajurit perang” seklaigus “pejuang prajurit”.
2. Pembangunan Ekonomi sebagai Prioritas
Para pendukung Orde Baru sepakat untuk memprioritaskan pembangunan ekonomi. Pilihan ini diambil sesuai dengan political will pemerintah untuk mengalihkan orientasi pembangunan pada masa Orde Lama yang ideologis-politis kepada orientasi pragmatis. Pilihan ini tepat untuk mengantisipasi gejolak masyarakat yang sekian lama hidup melarat dan menyimpan harapan baru dengan datangnya Orde Baru.
Militer yang menjadi unsur kekuatan dominan Orde Baru berkeyakinan, kesalahan politik sistem sebelumnya adalah terlalu berperannya partai-partai politik yang terpolarisasi secara ideologis dan dipusatkannya perhatian pada pembangunan politik. Militer memandang perlu menekankan pembangunan ekonomi pada masa Orde baru. Karena pembangunan ekonomi hanya bisa berlangsung dalam keadaan politik yang stabil, maka pembangunan politik menjadi alat pencapaian stabilitas itu.
3. Stabilitas Politik
Pembangunan ekonomi yang menjadi prioritas utama pembangunan membutuhkan prasyarat-prasyarat tertentu. Di bidang politik, prasyarat itu adalah stabilitas politik, yang pada dua dekade pasca kemerdekaan merupakan barang mahal dan sulit tercipta. Inilah yang menjadi sasaran utama pembangunan politik sehingga tekanannya adalah pada pendekatan keamanan (security approach), bukan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach).
Pencapaian dan pemeliharaan stabilitas nasional, dengan penglaman politik sebelumnya, mengahruskan pemerintah dlam mengambil langkah-langkah berikut:
1) Menciptakan suatu tertib politik yang bebas dari konflik ideologis-politis.
2) Membatasi partisipasi politik yang pluralistik
4. Terbentuknya Hegemonic Party System
Pemerintah Orde Baru yang didominasi oleh militer memiliki persepsi yang khas terhadap partai, yaitu sebagai “pasang dalam memperoleh keuasaan, pemberi pandangan dunia yag lain (ideology, pen.) dan penggerak kekerasan rakyat”.
Sejak pemilu pertama dalam masa Orde Baru pada tahun 1971 terbentuklah sistem kepartaian yang Hegemonic Party System (HPS). Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh La Palombra dan Weiner (1966). HPS tercipta jika suatu parpol mendominasi proses politik suatu Negara dalam dikurun waktu yag lama. Lebih jauh Wiatr (1967, 1970), berdasarkan penelitiannya di Polandia, mengatakan bahwa HPS terletak diantara sistem partai dominan dan satu partai. Di dalam HPS eksistensi partai-partai dan organisasi sosial diakui tetapi peranannya dibuat seminimal mungkin, terutama dalam pembentukan pendapat umum.

C. Organisasi-Orgasnisasi Sosial Keislaman
1. Muhammadiyah
Dalam bidang politik, Muhammadiyah memperlihatkan sikap yang beragam suatu saat tampil sebagai pihak yang sangat kritis terhadap pemerintah, tetapi pada saat yang lain tampil sebagai pendukung, bahkan ikut dalam pemerintahan. Pada suatu saat, Muhammadiyah menjadi subordinatif kekuatan pilitik tertentu, dan pada saat yang lain menjadi organisasi independent yang tidak memiliki hubungan apa-apa dengan parpol apapun. Paham keagamaannya adalah Ahlussunnah Wal Jamaah. Muhammadiyah bukanlah organisasi politik dan tidak akan berubah menjadi partai politik. Akan tetapi, tidak berarti Muhammadiyah buta politik. Muhammadiyah terus bergerak dalam urusan kenegaraan dan pemerintahan, namun dalam batas-batas sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf dan nahi munkar, dan tidak bermaksud menjadi partai politik.
2. Nahdatul Ulama
Pada masa Orde Baru, NU memperlihatkan dinamika sosial-politik yang agak berlainan dengan masa-masa sebelumnya. Dalam pemilu 1971, NU berhasil menduduki posisi kedua dibawah GOLKAR dan diatas Parmusi (nama lain Masyumi). Paham teologi yang dianut NU adalah Ahlussunnah wal Jamaah.
Menurut paham Ahlussunnah wal Jamah, kewajiban mematuhi penguasa yang sah adalah sebagian dari iman. Sepanjang pemerintah tidak mengajak kepada kekufuran, tidak ada alasan untuk membangkang terhadap pemerintah. Dengan demikian, dalam “kamus politik” NU tidak ada kata bughat (memberontak). Jika NU menganggap pemerintah melakukan kesalahan, cara memperbaikinya adalah menegurnya dengan cara yang baik dan mengajak berdialog sebagai perwujudan wajadilhum billati hiya ahsan (mengajak kepada kebaikan dengan cara sebaik mungkin)
3. Majelis Ulama Indonesia
Salah satu kebijakan Orde Baru, seperti juga Orde Lama adalah melakukan marjinalisasi peranan agama dalam politik formal. Misalnya lewat desakralisasi parpol. Peranan ulama diakui tetapi terbatas untuk mengurus soal-soal keagamaan. Berkurangnya peran ulama dalam politik formal membuat mereka mencari wadah baru.
Sebagai upaya penjinakan “Islam politik”, pemerintah senantiasa memberikan penghargaan tinggi dan keuangan kepada MUI, akan tetapi di pihak lain MUI sering mangalami tekanan untuk membenarkan politik dari sudut agama. Ketegangan antara pemerintah dan MUI sering terjadi ketika kepentingan kedua belah pihak tidak dapat dipertemukan.
4. Pesantren
Dalam konteks kekuasaan, pada saat mereka berhadapan dengan realitas sosial politik, yang diutamakan adalah integrasi umat daripada keharusan berlakunya sistem syari’ah dalam sistem kekuasaan
5. Organisasi-organisasi Pelajar dan Pemuda
1) Pelajar Islam Indonesia (PII)
2) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
3) Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU)
4) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
5) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (HMII)
6) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
7) Gerakan Pemuda Ansor (GPANSOR)
8) Pemuda Muhammadiyah
9) Nasiyatul Aisyah (NA)
6. Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)
7. Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (GUPPI) dan Majelis Dakwah Islamiyah.

D. Partai Persatuan Pembangunan
Sejak kelahirannya, PPP sudah menempati posisi marginal dalam tatanan politik Orde Baru. Bahkan sesungguhnya, dalam pengertian teoritis, PP belum pernah menjadi “partai politik” karena semua fungsi parpol diambil oleh birokrasi dan berbagai organisasi korporatis perpanjangan tangan GOLKAR. Akibatnya, komunikasi politik dengan massa pendukungnya hanya terjadi pada saat pemilu.

E. Hubungan Islam dan Negara Orde Baru
Hubungan antagonis antara Negara Orde Baru dengan kelompok Islam dapat dilihat dari kecurigaan yang berlebih dan pengekangan kekuatan Islam yang berlebihan yang dilakukan Presiden Soeharto. Sikap serupa merupakan kelanjutan dari sikap kalangan nasionalis sekuler terhadap kelompok Islam, khususnya di era 1950-an.
Kecenderungan akomodatif negara terhadap Islam lebih disebabkan oleh pemahaman negara terhadap perubahan sikap politik umat Islam terhadap kebijakan Negara, terutama dalam konteks pemberlakuan dan penerimaan asas tunggal Pancasila. Perubahan sikap umat Islam pada paruh kedua 1980-an, dari menentang menjadi menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bersinergi dengan sejumlah kebijakan Orde Baru yang menguntungkan umat Islam pada masa selanjutnya.





















BAB III
PENUTUP

Simpulan
Pada awal pemerintahan Orde Baru, dikalangan aktivis Islam timbul optimisme untuk kembali memainkan peranan dominan dalam politik Nasional, mengingat sumbangan mereka dalam meruntuhkan rezim Orde Lama.
Pemikiran politik yang berkembang dalam dunia islam dapat dibedakan atas tiga periode, yaitu masa klasik, masa pertengahan, dan masa modern. Biasanya, dua yang pertama digabungkan karena memiliki pokok-pokok pemikiran yang serupa.
Hubungan antara Islam dan Negara dalam era Orde Baru dapat dibagi dalam tiga periode, Periode pertama; 1967-1982. Hubungan antara Islam dan Negara pada awal Orde Baru ditandai oleh pola yang bersifat antagonistik dengan dimilikinya posisi hegemonik oleh negara, sedangkan Islam berada dipinggiran. Dalam pola hubungan ini, Islam dan negara saling berlawanan, bahakan cenderung terlibat dalam konflik.














DAFTAR PUSTAKA

- Thaba, Abdul Aziz, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 1966.
- Esposito, John L., Demokrasi di Negara-Negara Muslim, Bandung: Mizan, 1999.
- Esposito, John L., Islam dan Perubahan Sosial Politik di Negara Sedang Berkembang, Yogyakarta: PLP2M, 1985.
- Hikam, Muhammad AS., Islam Demokratisasi dan Pemberdayaan Civil Society, Jakarta: Erlangga, 2000.
- Rozak, Abdul, dkk., (ed.), Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE Syarif Hidayatullah, 2000.

Kedudukan kaum wanita

PENDAHULUAN

Kedudukan kaum wanita sebelum Islam
Sejarah menceritakan bahwa sebelum agama Islam datang, di dunia ini terdapat dua peradaban besar, yaitu Yunani dan Romawi. Dunia juga mengenal dua agama besar yaitu Yahudi dan Nasrani. Masyarakat Yunani tidak banyak berbicara tentang hak dan kewajiban wanita. Pada masa puncak peradaban Yunani, kaum wanita mempunyai kebebasan semata-mata untuk dapat memenuhi kebutuhan dan selera syahwat serta kemewahan kaum lelaki. Tempat-tempat pelacuran menjadi pusat-pusat kegiatan politik, sastra dan seni. Patung-patung telanjang yang banyak bertebaran di negeri-negeri Barat merupakan bukti yang menunjukkan sisa-sisa pandangan mereka.
Dalam peradaban Romawi, wanita sepenuhnya berada di bawah kekuasaan ayahnya. Setelah kawin kekuasaan ayah pindah ke tangan suami. Kekuasaan itu mencakup kewenangan menjual, mengusir, menganiaya dan membunuh. Keadaan seperti itu berlangsung terus hingga abad ke-6 Masehi.
Peradaban Hindu dan Cina tidak lebih baik daripada peradaban Yunani dan Romawi. Hak hidup seorang wanita yang bersuami harus berakhir pada saat kematian suaminya. Istri harus dibakar hidup-hidup pada saat mayat suaminya diperabukan. Kebiasaan atau tradisi seperti itu baru berakhir pada abad ke-7 Masehi. Dalam petuah Cina kuno terdapat ajaran : "Apa yang dikatakan perempuan boleh engkau dengar, tetapi jangan sekali-kali mempercayai kebenarannya".
Menurut ajaran Yahudi kedudukan wanita sama dengan pembantu atau pelayan. Dalam ajaran mereka wanita dipandang sebagai sumber laknat, sebab wanitalah Adam diusir dari surga.
Menurut ajaran Nasrani pada masa itu wanita dipandang sebagai senjata iblis dalam upayanya menyesatkan manusia dan menjerumuskannya kedalam dosa.
Demikianlah kisah ringkas kedudukan kaum wanita pada masa-masa sebelum dan menjelang kehadiran Islam di muka bumi yang dibawakan oleh seorang Nabi dan Rasul utusan Allah, Nabi Muhammad SAW.




























Eksistensi Perempuan pada Masa Rasulullah

Suadah kita ketahui bersama dan tentu saja kita meyakini betul bahwa sebaik-baik zaman adalah pada zaman kehidupan Rasulullah SAW. Rasulullah saw datang ke tengah kehidupan umat manusia membawa amanat Allah SWT, yang tidak sanggup dibawa oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya.
Adapun eksistensi atau keberadaan perempuan pada masa Rsulullah bisa kita lihat dari beberapa hal dan beberapa cerita di zaman Rasulullah SAW. Salah satunya yaitu dalam hal poligami, yang mana saat ini poligami di anggap hal yang dapat merendahkan kaum perempuan.
Kaum Orientalis Barat banyak berbicara tentang poligami yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Tujuan mereka jelas, yaitu mendiskreditkan (mencemarkan) Nabi dan Rasul sebagai penyebar agama Islam. Mereka meninggalkan metode ilmiah karena mereka memandang poligami sebagai perbuatan yang merugikan kaum wanita, keluarga dan masyarakat. Mereka menepuk dada sebagai "pembela" kaum wanita, tetapi bersamaan dengan itu mereka menghalalkan pergaulan bebas tanpa batas antara pria dan wanita, menghalalkan "percobaan hidup bersama" selama dua tahun atau lebih sebelum nikah, menghalalkan "kumpul kebo", menghalalkan pelacuran terbuka dan tertutup serta bermacam-macam pergundikan lainnya yang tidak asing lagi di negeri-negeri mereka seperti Amerika, Eropa, dll.
Poligami di zaman Rasulullah sesungguhnya sangat memberatkan kaum pria, sebab mereka harus bertanggung jawab menyelamatkan kaum wanita dari kekejaman sistem sosial yang lebih dahsyat daripada poligami. Yaitu sistem perhambaan wanita yang berlaku disemua negeri.
Islam membatasi pologami tidak lebih dari empat orang isteri. Itupun disertai persyaratan berat, yaitu suami harus berlaku adil. Allah SWT memerintahkan pria yang berpoligami supaya berlaku adil terhadap para isterinya mengenai soal-soal yang berada dalam batas kesanggupannya. Namun syari'at Ilahi mengakui, bahwa kaum pria sesuai fitrah dasarnya sebagi manusia tidak mungkin dapat berlaku adil secara mutlak, selain pria yang beroleh 'ishmah dan perlindungan Ilahi, yakni Nabi Muhammad SAW. Mengenai hal itu Allah telah menegaskan dalam Al-Quran surah An-Nisaa ayat 29 :
           •             
Artinya : Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dalam hal ini perlakuan adil terhadap para isteri yang dimadu, Rasulullah SAW adalah orang yang paling berhati-hati. Sebab dalam keadaan bagaimana pun juga beliau adalah suri teladan, guru dan pemimpin umat.
Rasullah SAW tidak pernah menekan para isterinya supaya membuang fitrah kewanitaan yang ada pada diri mereka, agar beliau aman dari persaingan mereka. Beliau memahami sepenuhnya kaum wanita memang berfitrah mudah cemburu, mudah rindu dan mudah mengeluh. Fitrah Ilahi seperti itu tidak mungkin dilenyapkan dari kehidupan kaum wanita.
Dilain pihak, Rasulullah melakukan pernikahan dengan sekian banyak wanita yang berkaitan dengan tugas beliau sebagai Nabi dan Rasul yang berkewajiban menyampaikan dakwah dan ajaran agama Islam. Sementara orang berpendapat, bahwa dengan adanya beberapa orang isteri yang saling bersaing merebut hati Rasulullah SAW, itu sesungguhnya sangat menggangu pikiran dan perasaan beliau. Akan tetapi sebenarnya beliau sendiri baru merasa terganggu jika persaingan diantara mereka itu sudah melampaui batas kewajaran. Jika sudah demikian itu barulah beliau menegur, gusar dan bila perlu menjauhi mereka untuk sementara waktu. Sikap seperti itu beliau ambil dengan maksud mendidik. Pada kesempatan-kesempatan tertentu beliau menyediakan waktu khusus untuk mendidik para isterinya. Kebijakan demikian itu beliau pandang sebagai kewajiban tiap suami, yang tidak boleh dilengahkan.
Dari gambaran sepintas kilas mengenai kehidupan para isteri Rasulullah SAW, kita dapat mengetahui bahwa sesungguhnya wanita bukanlah sesuatu yang membawa aib ataupun direndahkan martabatnya, namun perempuan sangat dimuliakan kala itu bahkan dilindungi. Rasullulah bersabda bahwa surga itu berada di bawah telapak kaki ibu.
Dalam hadist lain beliau bersabda : "Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah" (H.R. Muslim dan Nasa'i).

Wanita dalam pandangan Islam
Islam memandang wanita sebgai sosok yang indah dan sangat berharga. Jika kita mau menyelami samudera Al-Quran, kita akan temukan ratusan ayat yang berbicara masalah wanita. Selamilah lautan hadits, kita akan rasakan betapa agungnya wanita di mata Islam. Dan bacalah buku-buku karya para ulama Islam termasyhur niscaya akan menemukan wanita ibarat batu permata yang penuh harga diri.
Keshalihan wanita tidak diukur oleh kecantikan wajah atau kemolekan tubuh, melainkan oleh ketaatan terhadap tuntunan Islam. Rasulullah SAW bersabda : "Sebaik-baik wanita ialah kalau kamu memandangnya bisa menyenangkan, kalau kamu perintah ia mematuhimu, kalau kamu beri bagian ia bisa menerimanya, dan kalau kamu pergi ia akan menjaga dirinya dan menjaga hartamu" (H.R. Nasa'I dll).
Wanita shalihah adalah karunia terbaik bagi suami, sebagaiman sabda Rasullulah SAW : "Karunia terbaik yang diperoleh seorang mukmin setelah ketaatan kepada Allah adalah mendapatkan (menikahi) isteri shalihah" (H.R. Ibnu Majah).
PENUTUP

Demikianlah gambaran secara singkat kedudukan wanita di mata Islam. Betapa mulia dan berharganya wanita setelah datangnya Rasulullah SAW yang membawa ajaran yang hanif ini. Bahkan dalam hal poligami sekalipun, yang notebene saat itu tujuan dari poligami itu sendiri adalah untuk menjaga dan melindungi kaum perempuan dari kerasnya sistem sosial, yaitu sistem perhambaan yang berlaku diseluruh negeri.
Akhirnya penulis hanya berharap, semoga uraian singkat ini bisa memberi manfaat pada kita semua. Dan khusus untuk kaum perempuan, banggalah menjadi perempuan muslimah, jangan tergoda oleh kenikmatan-kenikmatan dunia yang fana dan menipu. Sebenar-benar petunjuk adalah Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW.
Wallahua'lam . . .


















DAFTAR PUSTAKA

Al Husaini, HMH.Al Hamid, Baitun Nubuwwah (Rumah Tangga Nabi Muhammad SAW), Yayasan Al Hamidiy, Jakarta, 1993.
Al Mubarakfury, Syaikh Shafiyyur Rahman, Sirah Nabwiyah, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 2000.
Al-Ghifari, Abu, Kesucian Wanita, Mujahid Press, Bandung, 2004.

keluarga mampu menjalankan fungsinya dalam mendidik anak secara Islami

BAB I
PENDAHULUAN
Agar keluarga mampu menjalankan fungsinya dalam mendidik anak secara Islami, maka sebelum dibangun keluarga perlu dipersiapkan syarat-syarat pendukungnya. Al-Qur’an memberikan syarat yang bersifat psikologis, seperti saling mencintai, kedewasaan yang ditandai oleh batas usia tertentu dan kecukupan bekal ilmu dan pengalaman untuk memikul tanggung jawab yang di dalam al-Qur’an disebut baligh. Selain itu, kesamaan agama juga menjadi syarat terpenting. Kemudian tidak dibolehkan menikah karena ada hal-hal yang menghalanginya dalam ajaran Islam, yaitu syirik atau menyekutukan Allah dan dilarang pula terjadinya pernikahan antara seorang pria suci dengan perempuan pezina. Selanjutnya, juga persyaratan kesetaraan (kafa’ah) dalam perkawinan baik dari segi latar belakang agama, sosial, pendidikan dan sebagainya. Dengan memperhatikan persyaratan tersebut, maka diharapkan akan tercipta keluarga yang mampu menjalankan tugasnya—salah satu di antaranya—mendidik anak-anaknya agar menjadi generasi yang tidak lemah dan terhindar dari api neraka. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(QS. At-Tahrim: 66)
Karena besarnya peran keluarga dalam pendidikan, keluarga dikategorikan sebagai lembaga pendidikan primer, utamanya untuk masa bayi dan masa anak-anak sampai usia sekolah. Dalam lembaga ini, sebagai pendidik adalah orang tua, kerabat, famili, dan sebagainya. Orang tua selain sebagai pendidik, juga sebagai penanggung jawab.
Untuk memenuhi harapan tersebut, al-Qur’an juga menuntun keluarga agar menjadi lingkungan yang menyenangkan dan membahagiakan, terutama bagi anggota keluarga itu sendiri. Al-Qur’an memperkenalkan konsep kelurga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Firman Allah SWT:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Ar-Rum : 21)
Dengan demikian, keluarga harus menciptakan suasana edukatif terhadap anggota keluarganya sehingga Tarbiyah Islamiyah dapat terlaksana dan menghasilkan tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Surah At-Taubah ayat 71
              •         •    
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71)
Dalam surah at-Taubah ayat 71 ini, ada beberapa point terpenting yang Allah sampaikan kepada manusia yaitu:
1. Membiasakan tolong-menolong
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak pernah lepas dari bantuan orang lain. Setip hari, minggu, bulan dan tahun pun manusia pasti selalu memerlukan bantuan orang lain. Suatu hal yang sangat mustahil apabila manusia dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Namun tidak diketahui dengan pasti apakah bantuan itu berupa kebaikan atau keburukan.
Membantu sama artinya dengan menolong. Dalam ajaran Islam, menolong merupakan perbuatan terpuji, baik menolong terhadap sesama ataupun terhadap hewan. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud perbuatan terpuji tersebut adalah menolong dalam hal kebaikan saja. Rasulullah sebagai suri teladan umat selalu menolong kepada orang yang mendapat kesulitan. Tidak hanya kepada orang lain saja, akan tetapi Rasulullah pun membiasakan hal ini dalam kehidupan berkeluarga. Rasulullah sering membantu istri-istrinya dalam berbagai macam urusan, kendati urusan itu seharusnya dikerjakan oleh perempuan dan beliau pun tidak malu-malu mengerjakannya. Diriwayatkan oleh Bukhari dari jalan Al-Aswad yaitu:
عَنْ الْأَسْوَدِ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فِي بَيْتِهِ قَالَتْ كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ
Artinya: Dari Aswad berkata: “aku bertanya kepada Aisyah r.ha: ”Apa yang dikerjakan Nabi ketika berada di rumah? Aisyah r.ha berkata: ”Adalah beliau (suka) membantu keluarganya dan apabila sampai waktu shalat beliau keluar” (HR. Bukhari).
Dalam kehidupan berumah tangga, sikap tolong menolong antar anggota keluarga menjadi sebuah kebiasaan dan bahkan menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan. Membiasakan tolong-menolong dalam rumah tangga harus dimulai dari orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Misalnya: orang tua menyuruh si anak untuk memberi uang kepada pengemis. Dengan adanya perintah tersebut, secara tak langsung orang tua telah mendidik anak untuk menolong orang lain. Jika hal demikian terus dilakukan, maka tidak menutup kemungkinan anak akan mampu mengaplikasikan kebiasaan tolong menolong ini dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada intinya, tolong menolong hendaknya untuk kebaikan saja bukan untuk keburukan (maksiat kepada Allah). Allah berfirman yang artinya:
”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (QS. Al-Maidah: 2)
2. Menghidupkan suasana beragama di rumah tangga (Keluarga Islami)
Keluarga adalah kesatuan yang utuh, teratur, dan sempurna. Dari situ bergelora perasaan yang halus dan sukma yang hidup, yang dianggap sebagai mata air perikemanusiaan dan telaga pesaudaraan sejagad yang tidak pernah kering.
Struktur rumah tangga yang terbentuk melalui hubungan pernikahan mengandung tanggung jawab sekaligus meliharkan rasa saling memiliki dan saling berharap (mutual expectation). Perikatan hukum yang diikuti perikatan batin itu akan menimbulkan saling asah, asih dan asuh yang tercermin dalam pelaksanaan hak dan kewajiban.
Setiap keluarga Muslim pasti menginginkan rumah tangga yang bernafaskan Islam atau disebut rumah tangga Islami. Rumah tangga Islami adalah sebuah rumah tangga yang didirikan di atas landasan ibadah yang di dalamnya ditegakkan adab-adab Islam, baik menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, karena kecintaan mereka kepada Allah. Mereka betah tinggal di dalamnya karena kesejukan iman dan kekayaan ruhani. Mereka berkhidmat kepada Allah swt dalam suka maupun duka, dalam keadaan senggang maupun sempit.
Rumah tangga Islami adalah rumah yang di dalamnya terdapat iklim yang sakinah (tenang), mawadah (penuh cinta), dan rahmah (sarat kasih sayang). Perasaan itu senantiasa melingkupi suasana rumah setiap harinya. Seluruh anggota keluarga merasakan suasana ”surga” di dalamnya. Baiti jannati, demikian slogan mereka sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Allah pun berfirman yang artinya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Ruum 30:21)
Dalam rumah tangga sakinah, mawadda wa rahmah akan ditemui suasana yang sehat bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Anak-anak telah diarahkan sejak dini untuk memiliki aqidah, visi hidup, pola pikir dan akhlak yang benar. Mereka tumbuh dan berkembang dalam suasana kondusif menuju pribadi dewasa yang memiliki aqidah sehat, ibadah benar, ahklak sempurna, fisik yang kuat, mandiri, pandai mengatur dan mengurus urusannya, bertanggung jawab, pandai mengatur waktu, dan optimal dalam memanfaatkan potensinya untuk meraih materi.
Prinsip-prinsip dasar rumah tangga yang bisa disebut Islami dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, tegak di atas landasan ibadah. Rumah tangga Islami harus didirikan dalam rangka beribadah kepada Allah semata. Artinya, sejak proses memilih jodoh, landasannya haruslah benar. Memilih pasangan hidup haruslah karena kebaikan agamanya, bukan sekedar karena kecantikan atau ketampanan wajah, kekayaan, maupun atribut-atribut fisikal lainnya. Nabi saw bersabda yang artinya:
Dari Jabir r.a, Nabi saw telah bersabda:”Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, hartanya dan kecantikannya, maka pilihlah (olehmuu) yang beragama”. (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Proses bertemu dan menjalin hubungan hingga kesepakatan mau melangsungkan pernikahan harus tidak lepas dari prinsip ibadah. Prosesi pernikahannya pun, sejak akad nikah hingga walimah, tetap dalam rangka ibadah, dan jauh dari kemaksiatan. Sampai akhirnya, mereka menempuh bahtera kehidupan dalam suasana ta’abudiyah (peribadahan) yang jauh dari dominasi hawa nafsu.
Kedua, nilai-nilai Islam dapat terinternalisasi secara kaffah. Internalisasi nilai-nilai Islam secara kaffah (menyeluruh) harus terjadi dalam diri setiap anggota keluarga, sehingga mereka senantiasa komitmen terhadap adab-adab Islami. Untuk itu, rumah tangga Islami dituntut untuk menyediakan sarana-sarana tarbiyah yang memadai, agar proses belajar, menyerap nilai dan ilmu, sampai akhirnya aplikasi dalam kehidupan sehari-hari bisa diwujudkan. Misalnya dalam pelaksanaan shalat, sebagaimana hadits Nabi saw:
عن عبد الله ابن عمر ابن العاص رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مُرُّوْا أوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعَ وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى المَضَاجِعِ ( رواه أبو داود والحاكم(
Artinya: Abdullah bin Amru bin ‘Ash r.a.,Rasulullah saw. bersabda,”Suruhlah anakmu melakukan shalat bila umurnya sudah tujuh tahun, dan pukullah dia bila meninggalkan shalat sedang umurnya sudah sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur anak laki-laki dengan anak perempuan.” (HR. Abu Daud dan Hakim).
Ketiga, hadirnya qudwah yang nyata. Diperlukan qudwah (keteladanan) yang nyata dari sekumpulan adab Islam yang hendak diterapkan. Orang tua memiliki posisi dan peran yang sangat penting dalam hal ini. Sebelum memerintahkan kebaikan atau melarang kemungkaran kepada anggota keluarga yang lain, pertama kali orang tua harus memberikan keteladanan. Keteladanan semacam ini amat diperlukan, sebab proses interaksi anak-anak dengan orang tuanya dalam keluarga amat dekat. Anak-anak akan langsung mengetahui kondisi ideal yang diharapkan. Di sisi lain, pada saat anak-anak masih belum dewasa, proses penyerapan nilai lebih tertekankan pada apa yang mereka lihat dan dengar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini orang tua sepantasnya lebih banyak memberi peringatan terhadap anak agar senantiasa menghindari maksiat dan takut kepada Allah, sebagaimana hadits Nabi saw:
عن ابن عمر رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لا تَرْفَعِ الْعَصَا عَنْ أهْلِكَ وَأَخَفَّهُمْ فِى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ :(رواه الطبرانى)
Artinya: Dari Ibnu Umar,Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu angkatkan tongkat (untuk mengancam) keluargamu, timbulkanlah rasa takut mereka pada Allah azza wajalla.” (HR.Thabrani).
Keempat, masing-masing anggota keluarga diposisikan sesuai syariat.
Dalam rumah tangga Islami, masing-masing anggota keluarga telah mendapatkan hak dan kewajibannya secara tepat dan manusiawi. Suami adalah pemimpin umum yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup rumah tangga. Istri adalah pemimpin rumah tangga untuk tugas-tugas internal. Nabi saw bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالأمِيْرُ رَاعٍ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ (متفق عليه)
Artinya: Dari Abdullah ibn Umar r.a, ia mendengar Rasulullah saw bersabda: “Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian bertanggungjawab atas orang yang dipimpinnya. Raja adalah pemimpin, laki-laki pun pemimpin atas keluarganya dan perempuan juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya, maka kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan dipertanggungjawabkan atas kepemimpinannya. (HR. Bukhari-Muslim).
Kelima, membiasakan sikap ta’awun (tolong-menolong) dalam menegakkan adab-adab Islam. Berkhidmat dalam kebaikan tidaklah mudah, amat banyak gangguan dan godaannya. Jika semua anggota keluarga telah bisa menempatkan diri secara tepat, maka ta’awun dalam kebaikan ini akan lebih mungkin terjadi.
Ketujuh, tercukupinya kebutuhan materi secara wajar. Demi mewujudkan kebaikan dalam rumah tangga Islami itu, tak lepas dari faktor biaya. Memang materi bukanlah segala-galanya. Ia bukan pula merupakan tujuan dalam kehidupan rumah tangga tersebut. Akan tetapi, tanpa materi, banyak hal tak bisa didapatkan.
Kedelapan, rumah tangga dihindarkan dari hal-hal yang tidak sesuai dengan semangat Islam. Menyingkirkan dan menjauhkan berbagai hal dalam rumah tangga yang tak sesuai dengan semangat keislaman harus dilakukan. Pada kasus-kasus tertentu yang dapat ditolerir, benda-benda hiasan, dan peralatan harus dibuang atau dibatasi pemanfaatannya.
Kesembilan, anggota keluarga terlibat aktif dalam pembinaan masyarakat.
Rumah tangga Islami harus memberikan kontribusi yang cukup bagi kebaikan masyarakat sekitarnya, sebagai sebuah upaya pembinaan masyarakat (ishlah al-mujtama’) menuju pemahaman yang benar tentang nilai-nilai Islam yang shahih, untuk kemudian berusaha bersama-sama membina diri dan keluarga sesuai dengan arahan Islam. Betapa pun taatnya keluarga kita terhadap norma-norma Ilahiyah, apabila lingkungan sekitar tidak mendukung, pelunturan terhadap nilai-nilai agama akan mudah terjadi, terlebih lagi pada anak-anak.
Kesepuluh, rumah tangga dijaga dari pengaruh lingkungan yang buruk. Dalam kondisi keluarga islami yang tak mampu memberikan nilai kebaikan bagi masyarakat sekitar yang terlampau parah kerusakannya, maka harus dilakukan upaya-upaya serius untuk, paling tidak, membentengi anggota keluarga. Harus ada mekanisme penyelamatan internal, agar tak larut dan hanyut dalam suasana jahili masyarakat di sekitarnya. Pada suatu kasus yang sudah amat parah, keluarga muslim bahkan harus meninggalkan lokasi jahiliyah itu dan mencari tempat lain yang lebih baik. Hal ini dilakukan demi kebaikan mereka sendiri.
Demikianlah beberapa karakter dasar sebuah rumah tangga yang Islami. Dengan adanya bangunan rumah tangga Islami, rumah tangga teladan yang menjadi panutan dan dambaan umat inilah, maka masyarakat Islami dapat diwujudkan.
B. Surah Ali ’Imran ayat 18
                   
Artinya: “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Ali ‘Imran: 17)
Pada ayat 17 dalam surah Ali’ Imran ini, Allah secara tegas menyatakan kepada umat manusia bahwa hanya Dia-lah Tuhan yang patut disembah. Hal ini berarti suatu larangan untuk menyekutukan Allah, kemudian selanjutnya Allah memerintahkan untuk menegakkan keadilan.
Dalam hal ini, ada dua point terpenting yang dimaksud oleh Allah pada surah Ali ‘Imran ayat 17 tersebut. Dua point terpenting tersebut yaitu:
1. Larangan menyekutukan Allah (Syirik)
Syirik menurut bahasa adalah persekutuan/bagian. Sedangkan menurut istilah ialah mempersekutukan Allah dengan lain-Nya atau menyamakan selain Allah dengan Allah. Ada juga yang mengatakan bahwa syirik artinya kufur, disamping itu pula ada yang mengatakan bahwa syirik merupakan salah satu diantara macam-macam kekufuran.
Karena syirik bisa membawa kepada kekufuran terhadap Allah, maka syirik dihukumkan menjadi dosa besar. Allah berfirman yang artinya:
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakinya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar.” (QS. An-Nisâ: 48)
Syirik terbagi menjadi dua macam yaitu syirik besar dan syirik kecil. Syirik besar ialah memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti mendekatkan diri kepada selain-Nya dengan cara menyembelih kurban, baik untuk kuburan, jin atau syaitan, atau mengharap sesuatu selain Allah yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudharat. Syirik besar ini terbagi lagi kepada empat macam, yaitu:
a. Syirik do’a yaitu disamping berdo’a kepada Alah, ia juga berdo’a kepada selainnya.
b. Syirik niat yaitu seseorang menunjukkan suatu ibadah untuk selain Allah.
c. Syirik ketaatan yaitu mentaati kepada selain Allah dalam hal maksiat kepada Allah.
d. Syirik mahabbah (kecintaan) yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal kecintaan. Misalnya mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai Allah.
”Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah” (QS. Al-Baqarah: 165).
Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubudiyah (cinta yang mengandung unsur-unsur ibadah), yaitu cinta yang disertai dengan ketundukan dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada yang lainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah yang berhak dicintai seperti itu, tidak boleh diperlakukan dan disetarakan dengan-Nya sesuatu apapun.
Sedangkan syirik kecil ialah ingin mendapatkan pujian dari orang lain dalam beramal. Syirik kecil terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Syirik zhahir (nyata) yaitu syirik dalam bentuk ucapan dan perbuatan, misalnya bersumpah dengan nama selain Allah.
b. Syirik khafi (tersembunyi) yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya (ingin dipuji) dan sum’ah (ingin didengar orang).
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa syirik mempunyai bahaya yang sangat besar, diantaranya yaitu:
a. Merusak amal yang tercampur dengan syirik kecil. Dari Abu Hurairah r.a (yang artinya): Nabi saw bersabda: Allah berfirman: ”Aku tidak butuh sekutu-sekutu dari kalian, barang siapa yang melakukan suatu amalan yang dia menyekutukan-Ku padanya selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dan persekutuannya”.
b. Termasuk dosa besar dan jika meninggal dalam keadaan syirik Allah tidak akan mengampuninya sesuai firman-Nya pada surah An-Nisâ ayat 48 terdahulu.
c. Menghancurkan seluruh amal. Firman Allah yang artinya: ”Sesungguhnya jika engkau berbuat syirik, niscaya hapuslah amalmu, dan benar-benar engkau termasuk orang yang rugi”. (QS. Az-Zumar: 65).
d. Pelakunya diharamkan masuk surga. Firman Allah yang artinya: ”Sesungguhnya barang siapa menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan jannah baginya dan tempatnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun”. (QS. Al-Maidah: 72).
e. Kekal di dalam neraka. Firman Allah yang artinya : ”Sesungguhnya orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk”. (QS. Al-Bayyinah: 6).
f. Pelakunya adalah orang-orang najis (kotor) akidahnya. Allah Ta'ala berfirman yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis”. (QS. At-Taubah: 28).
Dengan demikian jelaslah sudah bahwa syirik merupakan perbuatan yang mengandung dosa besar dan tidak ada ampunannya dari Allah. Menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana menciptakan sebuah keluarga yang mampu menghindari perbuatan syirik tersebut? Jawabnya hanyalah terletak pada peran orang tua dalam membina dan mendidik akidah anak-anaknya. Bilamana orang tua buta terhadap ajaran agama Islam itu sendiri, maka kemungkinan besar berdampak terhadap anak-anaknya karena dalam hal ini orang tua merupakan guru pertama dalam mendidik anak-anak.
2. Berlaku jujur dan adil
Semua orang pasti mengakui bahwa perilaku jujur dan adil merupakan perilaku yang mulia, baik itu dilakukan oleh anak kecil maupun orang dewasa. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata jujur memiliki arti tidak bohong; lurus hati; dapat dipercaya kata-katanya; tidak khianat. Adil berarti tidak berat sebelah; tidak memihak; berpegang pada kebenaran.
Dari definisi tersebut maka pengertian jujur/kejujuran akan tercermin dalam perilaku yang diikuti dengan hati yang lurus (ikhlas), berbicara sesuai kenyataan, berbuat sesuai bukti dan kebenaran. Sedangkan makna adil adalah menunaikan hak kepada setiap pemiliknya. Atau bisa juga diartikan dengan mendudukkan setiap pemilik kedudukan pada tempat yang semestinya.
Dalam kehidupan Nabi saw dipenuhi dengan sikap jujur dan adil, baik itu terhadap umatnya secara umum ataupun terhadap keluarga beliau sendiri. Terbukti karena kujujurannya, beliau terpilih menjadi penengah yang adil dalam perseteruan antar kabilah ketika merenovasi Baitullah untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya. Lalu bagaimana kehidupan keluarga Rasulullah yang dipenuhi dengan keadilan? Tentu masih tertanam kuat dalam ingatan kaum Muslimin dengan perkataan Rasulullah yang akan memotong tangan putrinya Fatimah apabila ketahuan mencuri. Hal ini menujukkan betapa seorang Rasul (yang juga seorang ayah) yang mempunyai kedudukan tinggi tidak lagi memandang terhadap anaknya, bilamana ia salah maka ia pantas mendapatkan hukuman dan hukuman tersebut sesuai dengan kesalahannya. Inilah keadilan yang ditegakkan Rasulullah.
Sebagai seorang Muslim yang taat, sudah sepatutnya meniru apa yang dilakukan Rasulullah. Berlaku jujur dan adil dalam keluarga terlebih dahulu diterapkan oleh orang tua, kemudian diajarkan kepada anaknya.
Ada beberapa tahapan untuk belajar jujur yang ditujukan kepada anak:
 kehamilan sampai dengan melahirkan
Peran orang tua sangat dominan dalam pembentukan sikap dan perilaku (kejujuran) anak yang akan dilahirkan. Dalam proses kehamilan perlu diikuti dengan perilaku orang tua yang benar. Secara psikologis, perilaku orang tua pada saat kehamilan sangat berpengaruh besar terhadap jabang bayi.
 melahirkan
Proses kelahiran adalah satu dari tiga kejadian yang krusial (lahir, hidup dan mati). Sebenarnya waktu bayi mau lahir, puluhan bahkan ratusan setan telah menunggu untuk membisikan kalimat-kalimat kebohongan. Untuk itu, sesuai ajaran Islam, bayi yang baru lahir agar didengarkan suara adzan sehingga bisa menghalau bisikan setan.
 1 sampai dengan 5 tahun:
Pada masa balita, hendaknya orang tua selalu memberikan bisikkan-bisikan kalimat kebenaran yang akan terpatri dalam nurani anak.
 5 sampai dengan 13 tahun:
Dalam usia ini disiplin kejujuran harus ditegakkan karena untuk memperkokoh nurani anak dalam kejujuran.
Demikian uraian singkat tentang berlaku jujur dan adil, yang mana perilaku jujur dan adil merupakan perilaku yang mulia karena dengan berperilaku jujur dan adil akan membawa kepada kemaslahatan, baik di dunia dan akhirat. Rasulullah bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا (رواه البخارى)
Artinya: Dari Abdullah r.a, Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya kejujuran akan menghantarkan kepada kebaikan dan kebaikan akan menghantarkan kepada surga. Orang yang jujur akan ditetapkan Allah sebagai orang yang benar-benar jujur. sedangkan kebohonga akan menghantarkan kepada perbuatan jelek dan perbuatan jelek akan menghantarkan kepada neraka. Orang yang melakukan kebohongan akan ditetapkan Allah sebagai seorang pembohong.” (HR. Bukhari).







BAB III
PENUTUP
Dari uraian singkat di atas, maka dapat diambil kesimpulan yaitu pada surah at-Taubah ayat 71 tersebut Allah telah memerintahkan manusia (laki-laki-perempuan) untuk saling tolong menolong dalam kehidupannya. Membiasakan perbuatan tolong menolong ini hendaknya dimulai dari lingkungan keluarga yang mana orang tua lebih berperan dalam mendidik anak-anaknya sehingga perbuatan tersebut melekat kuat pada diri anak dan anak akan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Kemudian dalam ayat tersebut, ada pesan tersirat untuk membina keluarga atau rumah tangga Islami. Dimana rumah tangga Islami merupakan sebuah rumah tangga yang didirikan di atas landasan ibadah yang di dalamnya ditegakkan adab-adab Islam, baik menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.
Pada surah Ali ’Imran ayat 18, Allah hanya menegaskan kepada hamba-Nya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia. Dalam hal ini tentunya Allah tidak menginginkan hamba-Nya berbuat syirik, karena perbuatan syirik merupakan dosa besar yang tidak ada ampunannya. Kemudian ada point penting dalam ayat tersebut yaitu untuk berlaku jujur dan adil. Jujur merupakan perilaku yang diikuti dengan hati yang lurus (ikhlas), berbicara sesuai kenyataan, berbuat sesuai bukti dan kebenaran. Sedangkan makna adil adalah menunaikan hak kepada setiap pemiliknya.


DAFTAR PUSTAKA
 Adz-Dzahabi, Syamsuddin. 75 Dosa Besar. Surabaya: Media Idaman, 1987.
 Al-Bukhari, Ismail bin Ibrahim. Shahih Bukhary. Beirut: Dar Ihya At-Turats Al-Araby, t,th.
 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
 Hasyim, Husaini A. Majid. Riyadhus Shalihin. Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, t.th.
 Muslim, Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya At-Turats Al-Araby, t.th.
 Rasyid, Sulaiman. Fiqih Islam. Jakarta: At-Thahiriyah, t.th.
 Syamilah, Maktabah. Sunan Abu Daud.
 Syamilah, Maktabah. Mu’jam al-Kabîr li at-Thabrânî.
 www.embuntarbiyah.co.id
 www.palanta.com

Terjemah Kitab Asrar Ashshalah

Terjemah Kitab Asrar Ashshalah

Alhamdulillah … ajma'in. adapun kemudian daripada itu maka berkata hamba yang amat hina lagi dha'if lagi yang banyak bebal dan kesalahan yaitu Abdurrahman Shiddiq bin Muhammad Afif Banjary memaafkan daripadanya Tuhannya yang menjadikan sekalian alam. Manakala aku lihat daripada beberapa dalil bahwasanya sembahyang itu tiang agama dan terlebih afdhal daripada segala taat, maka suka aku bahwa aku sebutkan akan kaifiyatnya yang dzahir dan yang bathin di dalam terjemah ini, supaya adalah ia menjadi peringatan bagiku dan bagi yang seumpamaku daripada saudara, dan supaya menjadi pertaruhan bagiku dan bagi mereka itu di dalam negeri yang aman. Dan aku namai akan dia terjemah "Asrar ash-Shalat min 'iddati kutub al-mu'tamadah" artinya terjemah beberapa rahasia sembahyang yang diambil dari pada beberapa kitab yang mu'tamad. Ketahui olehmu bahwasanya sembahyang lima waktu itu fardhu 'ain atas mukallaf dan wajib atas wali menyuruh ke anak-anak sembahyang tatkala umurnya tujuh tahun dan wajib memukul dia apabila sampai umurnya sepuluh tahun. Dan wajib lagi menyuruh anak dan istri dan mereka yang dibawah kuasanya dan jangan dibiarkan atas mereka itu udzur, firman Allah "Innashashalata kaanat alalmu'minia kitaaban mauquuta" artinya bahwasanya sembahyang adalah ia atas sekalian mu'min difardhukan lagi diwaktukan. Dan sabda Nabi SAW "Awwalu ma yuhaasabu…" artinya mula-mula yang dihisab atas hamba Allah Ta'ala pada hari kiamat yaitu sembahyang, maka jika didapat sempurna niscaya diterima ia dan sekalian amalnya, dan jika didapat kurang niscaya ditolak ia dan sekalian amalnya.
Syahdan, ketahui olehmu bahwasanya kaifiyat sembahyang itu dua bahagi, pertama zhahir dan kedua bathin.
Adapun kaifiyat yang zhahir itu di dalam tujuh perkara: pertama mengetahui syarat wajib sembahyang, kedua mengetahui syarat sah sembahyang, ketiga mengetahui rukun sembahyang, keempat mengetahui sunat ab'aadh sembahyang, kelima mengetahui sunat hai'at sembahyang, keenam mengetahui yang makruh di dalam sembahyang, ketujuh mengetahui yang membatalkan sembahyang.
Adapun kaifiyat yang bathin, sembahyang itu tiga perkara: pertama mengetahui yang menyempurnakan syarat dan rukun sembahyang, kedua mengetahui dan mei'tiqadkan rahasia tiap-tiap rukun sembahyang, ketiga bersunggu-sungguh mei'tiqadkan hakikat dan rahasia di dalam sembahyang.
Adapun yang pertama itu, maka bahwasanya tersebut di dalam kitab "tanbih al-ghafilin" bahwasanya di dalam sembahyang itu ada dua belas ribu perkara – kemudian dihimpunkan ia di dalam dua belas perkara – maka barangsiapa menghendaki sembahyang maka تدافة tiada bahwa bersungguh-sungguh ia pada memelihara akan yang dua belas perkara ini supaya sempurna sembahyangnya.
Pertama ada ilmu karena bahwasanya Nabi SAW bersabda ia "Amalun qalilun fi…" artinya bermula amal yang sedikit di dalam ilmu lebih baik daripada amal yang banyak di dalam jahil. Kedua wudhu karena sabda Nabi SAW "La shalata illa bithuhurin" artinya tiada sah sembahyang itu melainkan dengan suci daripada hadats dan najis. Ketiga pakaian karena firman Allah Ta'ala "khudzu zinatakum 'inda kulli masjid" artinya pakai oleh kamu pakaian kamu tiap-tiap sembahyang. Keempat memelihara akan waktu karena firman Allah Ta'ala "Innashshalata kanat…" artinya bahwasanya sembahyang adalah ia atas sekalian mu'min fardhu yang diwaktukan. Kelima menghadap qiblat karena firman Allah Ta'ala "fawalli wajhaka syathral masjidil haram…" artinya hadapkan olehmu muka kamu ketika sembahyang akan pihak masjid haram yakni ka'bah. Keenam niat karena sabda Nabi SAW "innamal a'mal binniyyat…" artinya hanyasanya sah segala amal itu dengan niat dan hanyasanya kebilangan bagi tiap-tiap seorang itu barang yang diniatkannya. Ketujuh takbiratul ihram karena sabda Nabi SAW "tahrimuhat takbir…" artinya yang mengharamkan sembahyang itu takbiratul ihram dan yang menghalalkan dia itu salam. Kedelapan berdiri karena firman Allah Ta'ala "wa qumu lillahi qanitin" artinya sembahyang kamu karena Allah Ta'ala hal keadaan kamu berdiri. Kesembilan membaca fatihah karena firman Allah Ta'ala "faqra'u matayassara minal qur'an" artinya maka baca olehmu akan barang yang mudah daripada qur'an. Kesepuluh ruku' karena firman Allah Ta'ala "warka'u ma'arraki'in" artinya ruku'lah kamu serta mereka yang ruku'. Dan kesebelas sujud karena firman Allah Ta'ala " wasjudu lillahi wa'budu" artinya dan sujudlah kamu bagi Allah Ta'ala dan sembah oleh kamu akan dia. Keduabelas duduk karena sabda Nabi SAW "idza rafa'a rajul ra'sahu…" artinya apabila mengangkatkan laki-laki akan kepalanya daripada akhir sujud dan duduk ia kedua membaca tahiyyat makasanya sempurna sembahyangnya. Maka apabila didapat yang duabelas perkara ini niscaya berkehendak pula kepada khatimah yaitu ikhlas sampai sempurna segala perkara ini karena bahwasanya Allah Ta'ala berfirman ia "fa'budullaha mukhlishina lahuddin" artinya maka sembah oleh kamu akan Allah Ta'ala hal keadaan kamu ikhlas baginya pada mengerjakan agama itu.
Syahdan, bermula ilmu itu maka kesempurnaannya itu atas tiga perkara: pertamanya bahwa mengenal ia akan fardhu daripada sunat, karena bahwasanya sembahyang tiada sah ia melainkan dengan dia. Dan keduanya bahwa mengenal ia akan barang yang ada pada wudhu dan sembahyang daripada fardhu dan sunat maka bahwasanya yang demikian itu daripada kesempurnaan sembahyang. Dan ketiganya bahwa mengenal ia akan tipudaya syaitan maka mengambil ia pada memerangi akan dia bersungguh-sungguh.
Dan adapun wudhu maka kesempurnaannya di dalam tiga perkara: pertamanya bahwa engkau sucikan hatimu daripada tipudaya dan dengki dan khianat. Dan keduanya engkau sucikan badan daripa segala dosa. Dan ketiganya engkau basuh anggota akan sebagai basuh yang sempurna dengan tiada berlebih-lebihan daripada air.
Dan adapun pakaian maka kesempurnaannya dengan tiga perkara: pertamanya bahwa adalah asalnya daripada harta halal. Keduanya bahwa adalah ia suci daripada najis. Dan ketiganya bahwa adalah ia muwafaqat bagi sunat Nabi SAW dan jangan ada memakainya itu atas jalan kemegahan dan takabbur.
Dan adapun memelihara akan waktu maka kesempurnaannya di dalam tiga perkara: pertamanya bahwa adalah pandangmu itu kepada matahari dan bulan dan bintang sampai bersungguh-sungguh engkau dengan dia mengetahui hadir waktu. Dan keduanya bahwa adalah pendengarmu itu kepada bang. Dan ketiganya bahwa adalah hatimu memikirkan dan memelihara akan bagi waktu.
Dan adapun mengadap kiblat maka kesempurnaannya di dalam tiga perkara: pertamanya bahwa berhadap engkau akan kiblat dengan dada dan muka engkau dan keduanya bahwa berhadap engkau dengan hatimu atas Allah Ta'ala dan ketiganya bahwa adalah engkau yang khusyu' lagi menghinakan dirinya.
Dan adapun niat maka kesempurnaannya di dalam tiga perkara: pertamanya bahwa engkau ketahui apa jua sembahyang yang engkau sembahyangkan akan dia. Dan keduanya bahwa engkau ketahui bahwasanya engkau itu berdiri anatara hadapan Allah Ta'ala dan pada hal ia memandang akan dikau maka berdiri engkau dengan hebat. Dan ketiganya bahwa engkau ketahui bahwasanya Allah Ta'ala mengetahui akan barang yang di dalam hatimu maka kosongkan olehmu akan dia daripada segala pekerjaan dunia.
Dan adapun takbiratul ihram maka kesempurnaannya itu di dalam tiga perkara: pertamanya bahwa takbir engkau dengan takbir yang sah lagi jazam. Dan kedua bahwa engkau angkatkan dua tanganmu berbetulan dengan telingamu. Dan ketiga bahwa adalah hatimu hadir dengan Allah Ta'ala maka takbir engkau serta membesarkan Allah Ta'ala.
Dan adapun kesempurnaan berdiri itu di dalam tiga perkara: pertamanya bahwa engkau jadikan memandang matamu pada tempat sujudmu. Dan keduanya bahwa engkau jadikan hatimu serta Allah Ta'ala. Dan ketiganya bahwa jangan berpaling engkau kekanan dan kekiri.
Dan adapun kesempurnaan membaca fatihah itu di dalam tiga perkara: pertamanya bahwa engkau membaca fatihah dengan bacaan yang sah lagi denga tartil dan jangan lahn. Dan keduanya bahwa engkau baca akan dia dengan tafakkut dan engkau sungguhkan akan maknanya. Dan ketiganya bahwa engkau amalkan dengan barang yang engkau baca.
Dan adapun kesempurnaan ruku' itu di dalam tiga perkara: pertamanya bahwa engkau ratakan belakangmu dan jangan engkau tundukkan dan jangan engkau tinggikan. Dan keduanya bahwa engkau hantarkan dua tanganmu atas dua lututmu dan bahwa engkau hunjurkan segala anak jarimu ke kiblat. Dan ketiganya bahwa tuma'ninah engkau di dalam ruku' dan engkau baca tasbih serta ta'zhim dan tetap pada Allah Ta'ala.
Dan adapun kesempurnaan sujud itu di dalam tiga perkara: pertamanya bahwa sujud engkau dengan anggota yang tujuh dan engkau hantarkan dua tanganmu berbetulan dua bahumu. Dan keduanya bahwa jangan engkau hamparkan dua hastamu. Dan ketiganya bahwa tuma'ninah engkau di dalam sujud serta membaca tasbih dan ta'zhim.
Dan kesempurnaan duduk itu di dalam tiga perkara: pertamanya bahwa duduk engkau atas kakimu yang kiri dan engkau dirikan kakimu yang kanan. Dan keduanya bahwa engkau baca tahiyyat dengan ta'zhim dan engkau do'akan bagi dirimu dan bagi sekalian mu'min. Dan ketiganya bahwa memberi salam engkau dengan sempurnanya.
Dan adapun kesempurnaan salam itu di dalam tiga perkara: pertamanya bahwa adalah serta niat yang benar daripada hatimu. Dan keduanya bahwa adalah salam engkau atas mereka yang dikananmu dan yang dikirimu daripada malaikat hafazhah dan jin dan manusia yang Islam. Dan ketiganya bahwa jangan melampaui pemandangmu akan bahumu.
Dan adapun kesempurnaan ikhlas itu di dalam tiga perkara: pertamanya bahwa engkau tuntut dengan sembahyang engkau itu ridha Allah Ta'ala dan jangan engkau tuntut ridha manusia. Dan keduanya bahwa engkau ketahui taufiq itu daripada Allah Ta'ala. Dan ketiganya bahwa engkau peliharakan akan sembahyangmu dan engkau kekalkan akan dia hingga hilang ia serta dirimu dengan matimu.
Adapun yang kedua yakni mengetahui dan mei'tikadkan rahasia tiap-tiap rukun dan lainnya dan yaitu di dalam beberpa perkara: pertamanya apabila engkau dengar orang yang bang maka hadirkan olehmu hatimu akan huru hara seru hari kiamat dan berkemas engkau dengan zhahirmu dan bathinmu bagi memperkenankan dan bersegera kepada sembahyang, karena bahwasanya orang yang bersegera kepada seruan ini mereka itulah orang yang diseru dengan lemah lembut pada hari kiamat, maka datangkan olehmu hatimu atas seruan ini, maka jika engkau dapat akan dia penuh dengan kesukaan lagi yang berisi dengan gemar kepada bersegera maka ketahui olehmu bahwa lagi akan datang akan dikau seru dengan kebajikan pada hari kiamat. Dan keduanya apabila datang kepada tempat bersuci daripada hadas, maka janganlah lalai daripada hatimu, maka bersungguh-sungguh engkau menyucikan bagiannya dengan tubuh dan menyesal atas barang yang taqshir daripada ibadah. Dan ketiganya menutup aurat, maka ketahui olehmu bahwasanya maknanya itu menutup yang keji daripada bendamu daripada pandang makhluk, maka bahwasanya zhahir bandamu itu tempat bagi pandang makhluk, maka betapakah hal kamu dengan aurat bathinmu dan keji daripada rahasiamu, maka hadirkan olehmu sekalian kejahatan bathinmu itu dengan hatimu dan dituntut olehmu dengan menutup dia, maka bahwa sesungguhnya tiada ada yang menutup akan dia melainkan menyesal daripada sekalian kesalahan dan malu dan takut kepada Allah Ta'ala. Dan keempatnya menghadap kiblat yaitu memalingkan zhahir mukamu daripada sekalian jihat kepada jihat baitullah, maka ketika itu hendaklah muka hatimu dan muka badanmu berhadap kepada Allah Ta'ala dan ketahui olehmu pula seperti bahwasanya tiada terhadap mukamu kepada jihat baitullah melainkan dengan berpaling daripada barang yang alinnya. Dan kelimanya berdiri, maka yaitu merupakan dengan dzat diri kita antara hadapan Allah Ta'ala, maka hendaklah engkau tundukkan kepalamu dan menjagakan atas melazimi hati akan tawadhu' dan menghinakan diri dan melepaskan diri daripada takabbur, dan engkau ingatkan disini takut ketika didirikan dihadapan hadirat Allah Ta'ala huru hara hari kiamat, dan ketika ditanya engkau daripada amal kamu. Dan keenamnya niat, maka hendaklah engkau jabat ketika itu atas memperkenankan Allah Ta'ala pada menjunjung titahnya dengan sembahyang dan menyempurnakan dia dan menjauhi daripada yang membatalkan akan dia dan ikhlas karena Allah Ta'ala, karena mengharap akan pahalanya dan takut akan siksanya dan menuntut hampir daripadanya - dan keenamnya takbiratul ihram, maka apabila menuturkan dengan dia lidahmu, maka seyogyanya bahwa tiada mendustakan akan dia hatimu, maka jika ada dalam hatimu sesuatu yang terlebih besar daripada Allah Ta'ala maka bermula Allah Ta'ala menyiksakan atasmu bahwasanya engkau itu dusta. Dan ketujuhnya baca do'a iftitah, maka permulaan kalimahnya "wajjahtu wajhiya …" artinya aku hadapkan mukaku bagi tuhan yang menjadikan tujuh petala langit dan bumi - maka murad dengan muka itu muka hati dan ketika itu tilik olehmu akan dia adakah berhadap ia kepada jabatannya di dalam rumah dan pasar lagi mengikut bagi syahwatnya atau berhadap ia kepada Tuhan yang menjadikan tujuh petala langit dan bumi – dan apabila engkau kata "hanifa muslima" artinya hal keadaanku cenderung kepada agama yang sebenarnya lagi Islam, maka ketika itu seyogyanya terlintas di dalam hatimu bahwasanya yang bernama orang Islam itu yaitu orang yang selamat sekalian orang Islam daripada kejahatan lidahnya dan tangannya, maka jikalau tiada seperti yang demikian itu engkau niscaya adalah engkau itu orang yang dusta – maka pikirkan olehmu ketika itu dengan hatimu akan syirik khafi dan takuti olehmu akan syirik ini, karena bahwasanya nama syirik itu jatuh ia atas syirik yang jali dan yang khafi, dan apabila engkau kata "inna shalati wanusuki…" artinya bahwasanya sembahyangku dan ibadatku dan hidupku dan matiku bagi Allah Ta'ala tuhan yang memiliki sekalian alam tiada yang menyekutui baginya, dan dengan yang demikian itu diperintahkan aku dan aku itu daripada orang yang Islam. Maka ketahui olehmu bahwasanya seperti inilah hal orang yang fana bagi dirinya dan maujud dengan tuhannya. Dan kedelapan apabila engkau kata "a'udzubillah…" artinya berlindung aku dengan Allah Ta'ala daripada syaitan yang kena rajim, maka ketika itu ketahui olehmu bahwasanya ia seterumu dan yang mengintai-ngintai bagi memalingkan hatimu daripada Allah Ta'ala, karena ia dengki bagimu atas munjatmu serta Allah Ta'ala dan sujudmu baginya. Dan ketahui olehmu bahwasanya setengah daripada tipu daya syaitan bahwa membimbangkan ia akan dikau di dalam sembahyangmu dengan mengingatkan akhirat dan membicarakan memperbuat kebajikan sampai menegahkan ia akan dikau daripada memfahamkan barang yang engkau baca, maka ketahui olehmu tiap-tiap barang yang membimbangkan akan dikau daripada memfahamkan makna bacaanmu, maka yaitu waswas namanya, dan tiap-tiap waswas itu syaitan, karena bahwasanya gerak lidah itu tiada dimaksud tetapi yang dimaksud itu maknyanya. Dan apabila engkau kata "bismillahirrahmanirrahim" artinya dengan nama Allah Ta'ala yang amat murah lagi yang amat mengasihani, maka ketika itu niatkan olehmu bahwasanya maknanya itu sekalian pekerjaan dunia dan akhirat tertentu bagi Allah Ta'ala dan murad dengan nama disini yaitu dzat yang mempunyai nama. Dan apabila engkau kata "Alhamdulillahirabbil'alamin" artinya segala puji bagi Allah Ta'ala Tuhan yang memiliki sekalian alam, maka ketika itu engkau citakan akan syukur pada segala nikmat Allah Ta'ala. Dan apabila engkau kata "Araahmanirrahim" artinya Tuhan yang amat murah lagi yang amat mengasihi, maka hadirkan di dalam hatimu ketika itu akan segala bagi rahmat Allah Ta'ala atasmu daripada rahmat dunia dan rahmat agama, maka datanglah di dalam hatimu syukur dan ta'zhim bagi Allah Ta'ala. Dan apabila engkau kata "Maliki yaumiddin" artinya Tuhan yang memiliki hari agama, maka ketika itu takut olehmu akan Allah Ta'ala daripada huru hara hari kiamat dan hisab dan timbangan dan lainnya, sekira-kira Allah Ta'ala yang mempunyai kerjaan hari itu sendirian. Dan apabila engkau kata "iyyaka na'budu" artinya akan dikau jua kami sembah, maka hadirkan di dalam hatimu ketika itu ikhlas ibadatmu karena Allah Ta'ala. Dan apabila engkau kata "wa iyyaka nasta'in" artinya dan akan dikau jua kami minta tolong, maka hadirkan olehmu ketika itu akan lemah engkau dan hajat engkau dan melepaskan diri daripada daya dan upaya daripada berbuat taat.
Syahdan, kemudian daripada itu tuntut olehmu akan hajatmu dan maksudmu yang amat benar pada agama pada kata "Ihdinashshirat…waladhdhollin" artinya hai Tuhanku tunjuki olehmu akan kami agama yang sebenarnya yaitu jalan agama mereka yang telah engkau beri nikmat atas mereka itu daripada anbiya dan shiddiqin dan syuhada dan shalihin, lain daripada mereka yang dimarahkan atas mereka itu seperti yahudi dan lain daripada orang yang sesat seperti nashrani, kemudian engkau pohonkan akan diterima hajatmu dengan ketemu aamin, artinya perkenankan olehmu hai Tuhanku. Dan kesembilan ruku' dan sujud, maka ketika itu seyogyanya bahwa engkau baharukan menyebut kebesaran Allah Ta'ala dan engkau angkatkan dua tanganmu, hal keadaanmu berlindung dengan ma'af Allah Ta'ala daripada siksanya, dan adapun tetap engkau di dalam berdiri membaca fatihah dan surah dan lainnya, maka yaitu menjagakan atas hadir dan tetap hati serta Allah Ta'ala atas sifat yang satu yaitu hudhuur. Dan kesepuluhnya tahiyyat, maka apabila duduk engkau baginya, maka duduk engkau dengan adab dan hadirkan olehmu di dalam hatimu akan dzat Nabi SAW, kemudian bicarakan olehmu bahwasanya Allah Ta'ala bahwa memulangkan ia atasmu akan salam yang sempurna dengan sebilang-bilang hamba Allah Ta'ala yang shalih, kemudian naik saksi bagi Allah Ta'ala dengan wahdaniyyat dan bagi Nabi Muhammad dengan risalah, kemudian berdo'a engkau pada akhir sembahyangmu dengan do'a yang warid serta tawadhu' dan khusyu' dan benar dan harap dengan perkenankan dan sekutukan olehmu dengan do'amu akan ibu bapamu dan sekalian orang yang Islam, dan qashad olehmu ketika salam itu akan member salam atas malaikat dan manusia dan jin yang Islam dan niatkan olehmu dengan salam itu menyudahkan sembahyang dengan dia, dan niatkan di dalam hatimu syukur kepada Allah Ta'ala atas taufiq bagi meyempurnakan taat ini, dan engkau sangka bahwasanya inilah sembahyang engkau dan barangkali bahwasanya engkau tiada hidup bagi mengerjakan seumpama sembahyang ini, dan takut olehmu tiada menerima Allah Ta'ala akan sembahyangmu, dan bahwasanya engkau dimurahi dengan yang demikian itu zhahir dan bathin, maka ditolaknya sembahyangmu pada mukamu dan engkau harap serta yang demikian itu bahwa menerima akan dia oleh Allah Ta'ala dengan kemurahannya dan karunianya, dan adalah setengah ahli tasawwuf berhenti kemudian daripada sembahyangnya satu saa'ah seolah-olah ia sakit.
Adapun ketiga itu yakni bersungguh-sungguh mei'tikadkan hakikat dan rahasia di dalam sembahyang, maka yaitu amat banyak dan sekurang-kurangnya sebelas perkara: pertamanya khusyu', artinya tetap anggota daripada gerak yang sia-sia dan tetap hati menghadap kepada Allah Ta'ala, maka khusyu' ini syarat bagi menyempurnakan pahala sembahyang kepada fuqaha, dan jadi syarat bagi sah sembahyang kepada ulama tasawwuf, karena firman Allah Ta'ala "La shalata illalkhasyi'in" artinya tiada sempurna sembahyang melainkan atas orang yang khusyu', dan lagi Allah Ta'ala "Qad aflahal mu'minun…" artinya sesungguhnya dapat kemenangan orang yang mu'min yang adalah mereka itu di dalam sembahyang mereka itu khusyu'. Dan keduanya khudhu', artinya merendahkan diri dan menghinakan dia kepada Allah Ta'ala. Dan ketiganya khudhur', artinya hadir hatinya serta kepada Allah Ta'ala, maka tiada ia berpaling kepada sesuatu di dalam sembahyangnya. Dan keempatnya ta'zhim, artinya membesarkan Allah Ta'ala di dalam sembahyangnya, karena firmannya "dzul jalali wal ikram" artinya Tuhan yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan, lagi mengetahui zhahir bathin kita dan memandang segala rahasia kita. Dan kelimanya haya', artinya malu kepada Allah Ta'ala karena taqshir kita pada menunaikan hak Allah Ta'ala akan sebenar-benar menunaikan. Dan keenamnya khauf, artinya takut akan murka Allah Ta'ala dan akan siksanya dan akan tiada diterima amalnya karena beberapa banyak dosa kita dan taqshir kita pada menjauhi larangannya. Dan ketujuhnya raja', artinya harap akan rahmat Allah Ta'ala dan harap akan ampunnya dan harap akan diterima sekalian amalnya. Dan kedelapannya haibah, artinya gemetar dan takut akan kekerasan-kekerasannya yang lolos pada segala hambanya, karena terkadang ditolaknya amal kita karena kurang adab kita sertanya karena firman Allah Ta'ala "Wahuwal qahiru fawqa 'ibadih" artinya dan Allah Ta'ala jua yang mengerasi atas segala hambanya. Dan kesembilan ikhlas, artinya bersih amal kita kepada Allah Ta'ala, maka ikhlas inilah syarat bagi dapat pahala sekalian amal, karena firman Allah Ta'ala "Wa'budullaha mukhlishina lahuddin" artinya dan sembah oleh kamu akan Allah Ta'ala hal keadaan kamu ikhlas baginya akan mengerjakan akan agama, dan lagi firman Allah Ta'ala "Watabattal ilaii tabtila" artinya dan ihklas engkau kepada Allah Ta'ala akan sempurna ihklas. Dan makna ikhlas itu benar niatnya kepada Allah Ta'ala di dalam ibadatnya, maka ikhlas itu terbahagi kepada dua bahagi: pertama ikhlasul abrar artinya yaitu seorang yang beramal ia karena semata-mata menjunjung perintah Allah Ta'ala dan tiada maksud ia akan sesuatu yang lain daripada Allah Ta'ala seperti memohonkan surga atau minta jauhkan daripada api neraka, maka yaitulah isyarat firman Allah Ta'ala "iyyaka na'budu" artinya akan dikau jua kami sembah, dan dinamakan orang yang ikhlasul abrar itu amalun lillahi, artinya amal karena Allah Ta'ala. Kedua ikhlasul muqarrabin artinya ikhlas orang yang hampir kepada Allah Ta'ala, yaitu seorang yang beramal yang tiada ia mengaku dan tiada merasa dengan usaha ikhtiarnya di dalam ma'rifatnya, hanyasanya dipandangnya amalnya itu semata-mata dengan diamalkan Allah Ta'ala dan taufiqnya seperti kata ulama tasawwuf "Al-ikhlashu huwat tabarrai 'anil hauli wal quwwati" artinya bermula ikhlas itu yaitu melepaskan diri daripada daya dan upaya, maka yaitulah isyarat firman Allah Ta'ala "Wa iyyaka nasta'in" artinya dan akan dikau kami minta tolong pada memperbuat taat dan menjauhi ma'siat. Dan dinamakan amal orang yang ikhlasul muqarrabin itu amalun billahi, artinya amal dengan pertolongan Allah Ta'ala. Dan kesepuluhnya tadabbur lil qira'ati, artinya memikir dan membicarakan bagi bacaan yang dibacanya di dalam sembahyang, maka yaitu lagi akan datang makna bacaan itu insya Allah ta'ala. Dan kesebelasnya munajatun lillahi, artinya berkata dan berhadap dengan ruhnya dan sirnya bagi Allah Ta'ala, maka inilah sebesar-besar rahasia bathin sembahyang.
Syahdan, hasilnya tatkala engkau ketahui dan engkau amalkan sekalian yang tersebut itu, maka tinggal bagimu tiga perkara yang ia kepala sekalian yang tersebut itu: pertama ikhlas dengan hatimu, sekira-kira tetap pandang hatimu bahwasanya engkau beribadah itu semata-mata taufiq Allah Ta'ala atasmu dengan daya dan upayamu. Kedua tadabburul lilqira'ati artinya engkau pikirkan dan engkau ingatkan ma'na yang engkau baca itu dengan ingatan pikirmu dan jangan memikirkan engkau akan yang lain daripada bacaanmu dan jikalau surga dan neraka dan ilmu sekalipun. Ketiga munajat artinya berkata-kata dan menyeru akan tuhanmu dengan ruhmu dan rahasiamu dan dengan ma'rifatmu hingga mudah-mudahan engkau dapat fanafillah dan baqafillah di dalam sembahyangmu dan engkau dapat qurratul'ain, artinya sejuk mata di dalam sembahyang karena mendapat lezat memandang jamal Allah dan jalalnya, seperti yang tersebut di dalam hadis sabda Nabi SAW "Hubbiba ilayya min dunyakum tsalatsut tybu wan nisaa wa qurratu 'ainii fishshalati" artinya disukakan kepadaku daripada dunia kamu tiga perkara, pertama harum-haruman dan kedua perempuan dan ketiga sejuk mataku di dalam sembahyang dan mudah-mudahan engkau dapat segala faidah yang amat besar.
Yang tertentu pada sembahyang yaitu sepuluh perkara: pertama sembahyang itu menerangkan ia akan hati, dan kedua mencahayakan ia akan muka, dan ketiga meridhakan ia akan Tuhan Rahman, dan keempat memarahkan ia akan syaitan, dan kelima menolakkan ia akan bala, dan keenam memadakan ia akan kejahatan segala seteru, dan ketujuh membanyakkan ia akan rahmat, dan kedelapan menolakkan ia akan adzab kubur dan adzab akhirat, dan kesembilan menghampirkan ia akan hamba daripada tuhannya, dan kesepuluh menegahkan ia daripada segala yang keji-keji dan yang munkar.
Dan mudah-mudahan engkau dapat faidah dan fadhilah sembahyang yang dua puluh lima yang tersebut di dalam hadis, sabda Nabi SAW bermula sembahyang itu meridhakan bagi Tuhan kita tabaraka wa ta'ala, dan kedua dikasihkan segala malaikat, dan ketiga sembahyang itu jalan anbiya dan mursalin, dan keempat sembahyang itu nur ma'rifat, dan kelima sembahyang itu asal ma'rifat, dan keenam sembahyang itu memperkenankan do'a, dan ketujuh sembahyang itu sebab diterima segala amal yang lainnya, dan kedelapan sembahyang itu jadi berkah pada rezeki, dan kesembilan sembahyang itu jadi kesenangan bagi badan, dan kesepuluh sembahyang itu jadi senjata atas segala seteru, dan kesebelas sembahyang itu membencikan bagi syaitan, dan keduabelas sembahyang itu mensyafa'atkan antara orang yang sembahyang dan malakul maut, dan ketigabelas sembahyang itu kindil di dalam kubur, dan keempatbelas sembahyang itu jadi hamparan di bawah lambungnya, dan kelimabelas sembahyang itu jadi dapat menjawab soal munkar dan nakir, dan keenambelas sembahyang itu menjanakkan akan dia di dalam kubur hingga hari kiamat, dan ketujuhbelas apabila hari kiamat jadi, sembahyang itu dinding kepalanya daripada panas matahari, dan kedelapanbelas sembahyang itu jadi mahkota atas kepalanya, dan kesembilanbelas sembahyang itu jadi pakaian atas badannya, dan keduapuluh sembahyang itu jadi cahaya yang berjalan antara hadapannya, dan kedaupuluhsatu sembahyang itu jadi dinding mu'min antaranya dan antara api neraka, dan keduapuluhdua sembahyang itu jadi hujjah bagi orang yang mu'min dihadapan Allah 'azza wajalla, dan keduapuluhtiga sembahyang itu memberatkan timbangan bagi kebajikan, dan keduapuluhempat sembahyang itu melalukan atas titian shiratal mustaqim, dan keduapuluhlima sembahyang itu membukakan pintu surge karena bahwasanya sembahyang itu ada di dalamnya tasbih dan taqdis dan shalawat dan lainnya. Maka bahwa sungguhnya yang terlebih afdhal amal sekalian yaitu sembahyang di dalam waktunya.
Syahdan, inilah makna bacaan di dalam sembahyang supaya ditadabburkan maknanya, Allahu Akbar artinya bermula Allah Ta'ala maha besar, wajjahtu wajhiya aku hadapkan mukaku, lilladzi fatharas samawati wal ardh bagi tuhan yang menjadikan tujuh petala langit dan tujuh petala bumi, hanifammuslima hal keadaanku cenderung kepada agama yang sebenarnya dan aku orang yang Islam, wa ma ana minal musyrikin dan tiada aku daripada orang yang syirik, inna shalati wanusuki bahwasanya sembahyangku dan ibadatku, wamahyaya wamamati dan hidupku dan matiku, lillahi rabbil 'alamin bagi Allah Ta'ala tuhan yang memiliki sekalian alam, lasyarika lahu tiada yang menyekutui baginya, wabi dzalika umirtu dan dengan yang demikian itu dititahkan akan daku, wa ana minal muslimin dan aku daripada orang yang Islam. A'udzubillahi…rajim berlindung aku dengan Allah Ta'ala daripada syaitan yang kena rajm, bismillahi… dengan nama Allah Ta'ala yang amat murah lagi yang amat mengasihani, alhamdulillahi… segala puji bagi Allah Ta'ala tuhan yang memiliki sekalian alam, arrahmanirrahim lagi yang amat murah lagi yang amat mengasihani, maliki yaumiddin lagi yang memiliki hari agama, iyyaka na'budu dan akan dikau jua kami menyembah, wa iyyaka nasta'in dan akan dikau jua kami minta tolong, ihdinas… tunjuki olehmu kiranya akan kami jalan agama yang sebenarnya, shiratal… jalan agama mereka yang telah engkau karuniai atas mereka itu daripada anbiya dan shiddiqin dan syuhada dan shalihin, ghairil… lain daripada mereka yang dimarahkan atas mereka itu daripada yahudi dan lainnya, waladhdhollin dan lain daripada mereka yang sesat daripada nashrani dan lainnya, amiin perkenankan olehmu hai tuhanku.
Bismillahi… dengan nama Allah Ta'ala yang amat murah lagi yang amat mengasihani, alam nasyrah… tiadakah kami bukakan bagimu hai Muhammad akan hatimu bagi nubuwwah dan Islam, wawadha'na…zhahrak dan kami ringankan daripadamu hai Muhammad keberatan nubuwwah yang memberatkan ia akan belakangmu, warafa'na… dan kami tinggikan bagimu akan sebutanmu hai Muhammad di dalam syahadat dan bang dan qamat, fainnama'al… maka bahwasanya serta payah itu ada mudah, innama'al… bahwasanya serta payah itu ada mudahnya dunia dan akhirat, faidza faragta… maka apabila selesai engkau daripada suatu ibadat, maka ikutkan olehmu akan dia dengan ibadah yang lainnya, wa ila… dan kepada tuhanmu jua maka tuntut olehmu segala hajatmu dan jadikan olehmu gemarmu kepadanya.
Bismillahi… dengan nama Allah Ta'ala yang amat murah lagi yang amat mengasihani, wattini… demi masjid damsyiq dan masjid baitul maqdis, wathurisinin… dan jabal thur sinin dan ini negeri mekkah yang aman, laqad… sesungguhnya kami jadikan manusia di dalam sebaik-baik kejadian, tsumma radadna… kemudian kami pulangkan akan dia akan tempat yang terkebawah daripada orang yang dibawah, illalladzi… melainkan mereka yang beriman mereka itu, wa 'amilu… dan beramal mereka itu akan segala amal shalih, falahum… maka bagi mereka itu balasan amal mereka itu yang tiada dibangkit-bangkit dengan dia atas mereka itu, fama yukadzdzibu… maka apakah yang jadi mendustakan akan dikau hai manusia dengan bangkit daripada kubur pada hari kiamat kemudian daripada nyata segala dalil, alaisallahu… tiadakah Allah Ta'ala dengan yang terlebih menghukumkan daripada segala orang yang mahkum.
Bismillahi… dengan nama Allah Ta'ala yang amat murah lagi yang amat mengasihani, inna anzalna… bahwasanya kami menurunkan kami akan qur'an dengan jumlah dari pada lauhil mahfuzh kepada baitul izzah pada langit yang pertama di dalam malam lailatul qadar, wama adrakama… dan apakah sesuatu yang member tahu akan dikau akan kesudahan-kesudahan kelebihan lailatul qadar dan kesudahan tinggi qadarnya, lailatu qadr min… bermula ibadah malam lailatul qadar itu telebih baik daripada ibadah seribu bulan yang tiada ada di dalamnya lailatul qadar – maka seribu bulan itu delapan puluh tiga tahun dan empat bulan – tanazzalul… turun malaikat yang diam pada sidratulmuntaha dan Jibril pada malam lailatul qadar, bi idzni… dengan izin tuhan mereka itu daripada tiap-tiap pekerjaan yang د نبتهكن Allah Ta'ala, salamun… malam lailatul qadar itu selamat daripada angin dan penyakit dan petir dan tiap-tiap kebinasaan hingga terbit fajar.
Bismillahi… dengan nama Allah Ta'ala yang amat murah lagi yang amat mengasihani, qulya… katakana olehmu hai Muahammad hai sekalian kafir, la a'budu… tiada aku sembah barang yang kamu sembah akan dia, wala antum… dan tiada kamu menyembah barang yang aku sembah akan dia, wala ana… dan tiada perintah aku menyembah barang yang kamu sembah, wala antum… dan tiada kamu menyembah barang yang aku sembah akan dia, lakum… bagi kaamu agama kamu dan bagiku agamaku.
Bismillahi… dengan nama Allah Ta'ala yang amat murah lagi yang amat mengasihani, qulhuwa… katakana olehmu hai Muhammad bagi sekalian kafir musyrik dan yahudi dan nashrani ia jua tuhan yang esa, Allahushshamad… Allah Ta'ala jua tuhan yang maha tinggi dan kekal dan yang dipohonkan kepadanya segala hajat, lam yalid… tiada ia beranak dan tiada ia diperanakkan, walam yakun… dan tiada orang sebangsa baginya.
Subhana rabbiyal 'azhimi wabi hamdihi… maha suci tuhanku yang maha besar dan aku puji akan dia dengan kepujiannya.
Sami'allahu liman hamidah… mendengar dan menerima Allah Ta'ala bagi mereka yang memuji akan dia.
Rabbana lakal hamdu… tuhanku bagimu jua kepujian. mil'ussamawati… sepenuh-penuh tujuh petala langit, wamil'ul ardhi… dan sepenuh-penuh tujuh petala bumi, wa mil'uma syi'ta min syai'in ba'du… dan sepenuh-penuh barang yang engkau kehendaki daripada sesuatu kemudian daripada keduanya.
Subhana Rabbiyal a'la wabihamdihi… maha suci tuhanku yang maha tinggi dan aku puji akan dia dengan kepujiannya.
Rabbighfirli… hai tuhanku ampuni olehmu bagiku, warhamni… dan kasihani olehmu akan daku, wajburni… dan timpalkan olehmu akan daku segala kesalahan kami, warfa'ni… dan angkatkan olehmu akan daku derajatku, warzuqni… dan nugerahi akan daku, wahdini… dan tunjuki olehmu akan daku, wa'afini… dan 'afiatkan olehmu akan daku, wa'fu 'anni… dan maafkan olehmu daripada aku.
Allahummahdini… hai tuhanku tunjuki olehmu akan daku, fiman hadait… seperti mereka yang engkau tunjuki akan dia, wa'afini… dan engkau 'afiatkan akan daku, fiman 'afait… sepeti mereka yang engkau 'afiatkan akan dia, watawallani… dan nugerahi taufiq olehmu akan daku, fiman tawallait… seperti mereka yang engkau nugerahi taufiq akan dia, wabarikli… dan beri berkah olehmu bagiku, fiman a'thait… pada barang yang engkau nugerahi akan dia, waqini syarrama qadhait… dan peliharakan olehmu akan daku kejahatan barang yang telah engkau hukumkan akan dia, fainnaka taqdhi… maka bahwasanya engkau jua tuhan yang mehukumkan, wala yuqdha 'alaik… dan tiada dihukumkan atasmu, wainnahu layadzilluman walait… dan bahwasanya tiada hina mereka yang engkau nugerahi taufiq akan dia, wala ya'izzuman 'adait… dan tiada mulia mereka yang engkau seterukan akan dia, tabarakta rabbana… bertambah-tambah kebajikan engkau hai tuhanku, wata'alait… dan maha tinggi engkau, falakal hamdu 'ala maqadhait… maka bagimu jua kepujian hai tuhanku atas barang yang engkau hukumkan, astaghfiruka… meminta ampun aku akan dikau, wa atubu ilaik… dan tobat aku akan kepada engkau, washallallahu 'ala sayyidina Muhammad… dan mudah-mudahan menambahi rahmat Allah Ta'ala atas penghulu kami Nabi Muhammad, wa 'ala alihi wa shahbihi wasallam… dan atas keluarganya dan sahabatnya dan mensejahterakan ia akan mereka itu.
Attahiyyatul mubarakat… bermula segala haluan yang bertambah-tambah dan beberapa rahmat yang baik tertentu bagi Allah Ta'ala, asslamu'alaika… bermula sejahtera itu atasmu hai nabi Muhammad dan rahmat Allah dan berkatnya itu atasmu jua hai nabi Muhammad, asslamu'alaina… bermula sejahtera itu atas kita dan atas sekalian hamba Allah Ta'ala yang shalih, wa asyhadu… dan naik saksi aku bahwa sesungguhnya nabi Muhammad itu pesuruh Allah Ta'ala, Allahummashalli… hai tuhanku tambahi rahmat kiranya olehmu atas penghulu kami nabi Muhammad dan atas keluarga penghulu kami nabi Muhammad, kamashallaita 'ala… seperti barang yang telah engkau nugerahi rahmat atas penghulu kami nabi Ibrahim dan atas keluarga penghulu kami nabi Ibrahim, wabarik 'ala… dan beri berkah olehmu atas penghulu kami nabi Muhammad dan atas keluarga penghulu kami nabi Muhammad, kamabarakta 'ala… seperti barang yang engkau karuniai berkah atas penghulu lami nabi Ibrahim dan atas keluarga penghulu kami nabi Ibrahim, fil'alamina… di dalam sekalian alam bahwasanya engkau jua yang dipuji lagi yang amat elok.
Allahummaghfirli maqaddamtu… hai tuhanku ampuni olehmu bagiku dosa barang yang aku perbuat dahulu dan barang yang aku perbuat kemudian dan barang yang aku perbuat dengan bersembunyi dan barang yang aku perbuat dengan nyata dan barang yang aku perbuat dengan melampaui had dan dan barang yang engkau terlebih mengetahui dengan dia daripada aku, antal muqaddim… engkau jua tuhan yang dahulu dan engkau jua tuhan yang kemudian, lailaha illa anta… tiada ada tuhan melainkan engkau.
Yamuqallibal qulub… hai tuhan yang membali-balik segala hati, tsabbit qalbi… tetapkan olehmu akan hatiku, 'ala dinik… atas agama engkau dan atas berbuat taat akan dikau.
Allahumma ini a'udzubika min 'adzabil qabri… hai tuhanku bahwasanya aku berlindung aku dengan dikau daripada adzab kubur dan fitnahnya dan daripada adzab api neraka dan daripada fitnah hidup dan mati, wamin fitnati masihiddajjal… dan daripada fitnah masihiddajjal.
Rabbi inni zhalamtu nafsi zhulman katsiran kabiraa… hai tuhanku bawasanya aku menzhalim aku akan diriku akan zhalim yang amat banyak lagi besar, walayaghfirudzdzunuba illa anta… tiada yang mengampuni akan segala dosa melainkan engkau, faghfirli maghfiratan min 'indika… maka ampini olehmu bagiku akan sebagai ampunan daripadamu, warhamni innaka antal ghafururrahim… dan kasihani olehmu akan daku bahwasanya engkau jua tuhan yang mengampuni lagi yang mengasihani.
Subhana man la yanamu wala yansa… maha suci tuhan yang tiada tidur dan tiada lupa.
Asssalamu'alaikum warahmatullah… bermula sejahtera atasmu dan rahmat Allah Ta'ala atas kamu.

Mata Kuliah IAD, IBD, ISD

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan sekalian alam, yang telah melimpahkan rahmatNya kepada seluruh makhluknya sekalian alam. Semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikut jejak langkah beliau hingga hari kiamat.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Drs. H. Hasbullah, M.Si selaku dosen pengasuh mata kuliah IAD, IBD, ISD yang telah menyampaikan mata kuliah tersebut. Semoga apa yang telah beliau sampaikan dapat bermanfaat bagi kami serta bisa mengamalkannnya dalam kehidupan sehari-hari dalam konteks sosial.
Mata Kuliah IAD, IBD, ISD merupakan mata kuliah yang penting untuk dipelajari dan sudah menjadi mata kuliah umum yang wajib diambil oleh setiap mahasiswa Perguruan Tinggi Umum dan Perguruan Tinggi Islam, karena dengan mempelajari mata kuliah ini maka pengetahuan dan pengalaman mahasiswa tentang alam, sosial, dan budaya akan bertambah sebagai seorang mahasiswa muslim yang intelektual.
Akhirnya, semoga apa yang telah kami pelajari dalam perkuliahan ini dapat bermanfaat di dunia dan di akhirat. Tidak lupa pula kami ucapkan maaf yang sedalam-dalam apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan-kesalahan, baik berupa konsep, isi pembahasan, sistimatika penulisan, dll. Dan semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Amien Ya Rabbal ’Alamin.


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi dan transportasi, karena keduanya merupakan bagian integral dari system dan tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat.
Aktivitas komunikasi dapat terlihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia, yaitu sejak dari bangun tidur di pagi hari sampai dengan manusia beranjak tidur lagi pada malam hari. Sepanjang hari apa yang kita lakukan dalam aktivitas komunikasi?. Kita dapat menghitung dari waktu ke waktu, selalu terlibat dalam aktivitas komunikasi yang sifatnya rutinitas. Berapa jam waktu yang kita gunakan untuk mengobrol, membaca koran, mendengarkan siaran radio, menonton acara televisi, menggunakan computer, belajar dan sebagainya.
Hal tersebut membuktikan betapa vitalnya komunikasi dalam tatanan kehidupan social manusia, dengan kata lain komunikasi telah menjadi jantung dari kehidupan kita. Komunikasi sudah menjadi bagian dari kegiatan kita dalam sehari-hari. Dan yang jarang disadari adalah bahwa pada prinsipnya tak seorang pun dapat melepaskan dirinya dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kaitannya dengan pembentukan masyarakat.
Begitu pula dengan transportasi, menigkatnya laju industrialisasi dan urbanisasi saat ini mengakibatkan jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga hal ini mengakibatkan manusia sangat membutuhkan sarana yang cepat dan hemat waktu menuju suatu daerah yang mereka inginkan dan tentunya lagi untuk mendukung sarana ini dibutuhkan suatu energi yang tidak dapak dipungkiri lagi. Dewasa ini, hampir semua kebutuhan energi manusia pun diperoleh dari konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkit tenaga listrik dan sarana transportasi yang dewasa ini sudah menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya sejalan dengan lajunya perkembangan transportasi dan komunikasi saat ini yang semakin maju. Secara langsung kita sadari maupun tidak, hal ini mengakibatkan dampak positif dan negatif terhadap bebagai aspek yang berhubungan langsung dengan manusia dan lingungan sekitarnya.
B. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang ingin diangkat penulis di dalam pembahasan makalah ini hanya terbatas pada peranan iptek terhadap komunikasi dan transportasi agar permasalahnnya tidak melebar. Antara lain mencakup:
1. Definisi komunikasi dan transportasi
2. Peranan keduanya dalam bentuk positif effect dan negatif effect.
3. Solusi alternatif terhadap dampak positif effect dan negatif effect.
























BAB II
PERANAN IPTEK TERHADAP
KOMUNIKASI DAN TRANSPORTASI.
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata-kata latin, yaitu communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonness) dengan seseorang, yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap.
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan/informasi dari komunikator kepada komunikan melalui saluran tertentu. Ada pula yang menyebutkan komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan/informasi (berupa lambang, suara, gambar dan lain-lain) dari suatu sumber kepada sasaran (audience) dengan menggunakan saluran tertentu. Hal ini dapat digambarkan melalui sebuah percakapan misalnya sebagai bentuk awal dari sebuah komunikasi. Orang yang sedang berbicara adalah sumber (source) dari komunikasi atau dengan istilah lain disebut sebagai komunikator. Orang yang sedang mendengarkan disebut sebagai audience, sasaran, pendengar atau komunikan. Apa yang disampaikan oleh orang yang sedang berbicara disebut sebagai pesan, sementara kata-kata yang disampaikan melalui udara disebut sebagai saluran atau channel.
1. Dampak Positif Komunikasi
a. Dengan teknologi moderen, manusia dapat menciptakan telegram (pertengahan abad ke 20), yang dapat dipakai untuk menyampaikan esan sampai ribuan kilometer dalam waktu beberapa menit saja.
b. Dengan teknologi moderen, manusia dapat menciptakan telepon (oleh Graham Bell tahun 1876) sehingga orang dapat berkomunikasi langsung.
c. Ditemukannya pesawat radio (oleh Marconi 1896), untuk mengirim dan menerima berita tanpa melalui kawat penghubung seperti pada telepon dan telegram.
d. Ditemukannya televisi yang dapat mengirim suara dan gambar hidup kepada para pemirsa dalam jarak ratusan kilometer dari objek ang disaksikan.
e. Ditemukannya alat komunikasi terbaru, yaitu satelit dikombinasikan dengan radio dan televisi. Dengan alat ini, dapat melihat wajah lawan bicara walaupun keduanya berada di belahan bumi yang berbeda.
2. Dampak Negatif Komunikasi
Untuk media televisi misalnya, dampak negatif dari tayangan-tayangan yang tidak aman tentunya perlu diwaspadai. Dewasa ini, media televisi sangat memengaruhi anak-anak dengan program-programnya yang banyak menampilkan adegan kekerasan, hal-hal yang terkait dengan seks, mistis, dan penggambaran moral yang menyimpang. Tayangan televisi yang sangat liberal membuat tidak ada lagi jarak pemisah antara dunia orang dewasa dan anak-anak. Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di negara-negara liberal, namun juga di negara-negara berbudaya timur, karena besarnya infiltrasi media televisi di berbagai penjuru dunia. Dengan kata lain, anak-anak zaman sekarang memiliki kebebasan untuk melihat apa yang seharusnya hanya ditonton oleh orang dewasa. Di Amerika serikat, dampak media massa terutama televisi dan video game, semakin membuat para orangtua kuatir. Data yang ada menunjukkan bahwa para remaja Amerika Serikat dengan rata-rata usia 15 tahun, menyaksikan aksi pembunuhan brutal sebanyak 25 ribu kali dari televisi dan 200 ribu kali tindak kekerasan dari media massa lainnya. Antara tahun 1950 sampai 1979, terjadi peningkatan jumlah kejahatan berat yang dilakukan oleh anak-anak muda di bawah 15 tahun di AS, sebesar 110 kali lipat, yang berarti peningkatan sebesar 11 ribu persen ("Fenomena Kekerasan Masyarakat Modem", 2007). Interaksi Anak dengan Media
Dari waktu ke waktu, banyak sekali kasus mengenai dampak media terutama siaran televisi di Indonesia. Misalnya, akibat meniru adegan di televisi, seorang anak kehilangan nyawanya. Maliki yang berusia tiga belas tahun, tewas setelah mempraktikkan adegan bunuh diri dalam film India di televisi. Rentetan kasus dampak negatif televisi seakan tidak ada habisnya. Masih segar dalam ingatan kita kasus "Smack Down" yang juga menelan korban jiwa. Reza, seorang siswa Sekolah Dasar menjadi korban, setelah temannya mempraktikkan adegan smack down kepadanya.
Jika kemajuan ilmu pengetahuan alam dan teknologi dikendarai oleh orang yang tidak bertanggungjawab, maka akan timbul kehancuran di bumi ini, misalnya dengan satelit orang dapat mengetahui adanya pabi senjata, ada reaktor atom di dalam perut bumi, cadangan minyak, uranium, dan sebagainya. Niat jahat untuk menguasai semua itu akan timbul, sehingga terjadi rebutan yang pada akhirnya menimbulkan perselisihan.

B. Pengertian Transportasi

1. Dampak Positif Transportasi
Dengan diterapkannya ilmu pengetahuan alam dan teknologi moderen, orang dapat membuat sarana transportasi, misalnya sepeda motor, mobil, bus, kereta api, kapal laut, pesawat terbang, dan lain-lain. Sarana transportasi tersebut sangat efektif dan efisien daripada memakai alat transportasi pada zaman dulu, misalnya kuda, naik kereta kuda, atau kapal layar.
2. Dampak Negatif Transportasi
a. Timbulnya pencemaran suara (kebisingan) dan pencemaran udara. Hal tersebut dapat diakibatkan dari konstruksi alatnya maupun ulah orang-orang yang kurang bertanggungjawab dalam menggunakannya. Misalnya:
b. Pesawat concorde 002 yang megah dan cepat menimbulkan kebisingan yang sangat mengganggu lingkungan. Pesawat ini juga mengeluarkan gas NO2 yang sangat mengganggu lapisan ozon stratosfer, (N02 merupakan efek katalitik oksida nitrogen).
c. Sarana transportasi yang menggunakan bahan bakar minyak bumi jika terjadi pembakaran yang tidak sempurna, dapat mengeluark gas CO (monoksida) dan gas SO2 (Sulfurdioksida) jika bahan bakar tersebut belum dibebaskan dari sulfur (belerang).
d. Dengan perkembangan teknologi, perubahan alam menjadi tidak estetis, misalnya, asap kendaraan bermotor yang bercampur dengan debu akan membentuk oksidasi nitrogen di udara sehingga terbentuk awan kecoklatan. Hal ini sangat mengganggu kita pada waktu menikmati keindahan alam. Adanya kapal pengangkutan minyak yang bocor atau meledak di lautan dapat mengganggu pemandangan keindahan taman laut.
e. Pencemaran suara dan pencemaran udara dapat mengganggu psikologis maupun fisiologis manusia. Bunyi keras dapat merusak pendengaran dan mengakibatkan tuli. Udara yang kotor dapat menyebabkan polusi udara.
f. Berkurangnya lahan-lahan pertanian yang produktif karena dipakai untuk menampung kebutuhan akan jasa transportasi, seperti terminal, landasan kapal terbang, atau parkir kendaraan.

C. Solusi Alternatif Terhadap Dampak Positif dan Negatif Dari Perkembangan IPTEK .
1. Solusi Terhadap Dampak Yang Ditimbulkan Komunikasi
Masalah yang sering ditimbulkan oleh komunikasi adalah selalu berhubungan dengan moralitas terhadap orang yang memegangnya. Misalnya pada tayangan televisi saat ini yang membuat anak-anak sekarang menjadi dewasa sebelum saatnya, meniru adegan-adegan panas, membuka aurat tidak pada tempatnya yang nyata-nyata dilarang oleh agama, kekerasan, mistis yang berlebihan, dll. Hal ini tentu saja memerlukan obat yang paling mujarab, dan tentunya obat yang paling mujarab saat ini adalah dengan menanamkan landasan-landasan agama yang kuat terhadap kita sendiri, anak-anak kita, dan orang lain. Dengan memfilter diri kita dan anak-anak kita melalui pengamalan terhadap al-Quran dan Hadist-hadist nabi, maka kita akan selamat dari ancaman moral yang bejad yang telah telah ditimbulkan komunikasi tersebut. Sehingga yang kita ambil adalah dampak positif yang ditibulkannya saja.
2. Solusi Terhadap Dampak Yang Ditimbulkan Transportasi
Masalah kemacetan dan polusi (pencemaran) dari sistem transportasi darat memang merupakan problema yang sulit dicari solusinya. Hal ini bukan saja menimpa Kota Banjarmasin, namun kota-kota lainnya di Indonesia, bahkan kota-kota di dunia pun juga mengalami kesulitan dalam upaya mengurangi kemacetan dan menekan kadar polusi udara dari kendaraan bermotor. Untuk itu, perencanaan sistem transportasi haruslah menjadi prioritas dalam upaya menanggulangi hal tersebut, terutama dalam menekan dampak negatif bagi lingkungan. Memang, dampak sektor transportasi terhadap lingkungan perlu dikendalikan dengan melihat semua aspek yang ada di dalam sistem transportasi, mulai dari perencanaan sistem transportasi, model transportasi, sarana, pola aliran lalu lintas, jenis mesin kendaraan dan bahan bakar yang digunakan.
Perencanaan sistem transportasi harus disertai dengan pengadaan prasarana yang sesuai dan memenuhi persyaratan dan kriteria transportasi, antara lain volume penampungan, kecepatan rata-rata, aliran puncak, keamanan pengguna jalan. Selain itu harus juga memenuhi persyaratan lingkungan yang meliputi jenis permukaan, pengamanan penghuni sepanjang jalan, kebisingan, pencemaran udara, penghijauan, dan penerangan. Dalam mencapai sistem transportasi yang ramah lingkungan dan hemat energi, persyaratan spesifikasi dasar prasarana jalan yang digunakan sangat menentukan. Permukaan jalan yang halus misalnya, akan mengurangi emisi pencemaran debu akibat gesekan ban dengan jalan. Tabir akustik atau tunggul tanah dan jalur hijau sepanjang jalan raya akan mereduksi tingkat kebisingan luigkungan pemukiman yang ada di sekitar dan sepanjang jalan, dan juga akan mengurangi emisi pencemar udara keluar batas jalan kecepatan tinggi.
Dalam konteks ini, untuk mencapai perencanaan sistem transportasi darat tersebut, ada beberapa hal yang perlu dijalankan, di antaranya:
a. Rekayasa lalu lintas. Rekayasa lalu lintas khususnya menentukan jalannya sistem transportasi yang direncanakan. Penghematan energi dan reduksi emisi pencemaran dapat dioptimalkan secara terpadu dalam perencanaan jalur, kecepatan rata-rata, jarak tempuh per kendaraan per tujuan, dan seterusnya. Pola berkendara pada dasarnya dapat direncanakan melalui rekayasa lalu lintas. Data mengenai pola dan siklus berkendaraan yang tepat di Indonesia belum tersedia hingga saat ini. Dalam perencanaan, pertimbangan utama diterapkan adalah bahwa aliran lalu lintas berjalan dengan selancar mungkin, dan dengan waktu tempuh yang sekecil mungkin, seperti yang dapat di uji dengan model asal-tujuan. Dengan meminimumkan waktu tempuh dari setiap titik asal ke titik tujuannya masing-masing akan dapat dicapai efisiensi bahan bakar yang maksimum, dan reduksi pencemar udara yang lebih besar.
b. Pengendalian pada sumber mesin kendaraan. Jenis kendaraan yang digunakan sebagai alat transportasi merupakan bagian di dalam sistem transportasi yang
akan memberikan dampak bagi lingkungan fisik dan biologi akibat emisi pencemaran udara dan kebisuigan. Kedua jenis pencemaran ini sangat ditentukan oleh jenis dan kinerja mesin penggerak yang digunakan. Persyaratan pengendalian pencemaran seperti yang diterapkan Amerika Serikat (AS) telah terbukti membawa perubahan-perubahan besar dalam perencanaan mesin kendaraan bermotor yang beredar di dunia sekarang ini.
c. Kontrol Energi transportasi. Besarnya intensitas emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor selain ditentukan oleh jenis dan karakteristik mesin, juga sangat ditentukan oleh jenis BBM yang digunakan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, diharapkan sistem transportasi perkotaan, terutama bagi Kota Banjarmasin akan sesuai dengan yang diharapkan, khususnya dalam upaya mengurangi tingkat kemacetan dan mencegah semakin meningkatnya kadar polutan udara oleh asap kendaraan bermotor. Mudah-mudahan Kota Banjarmasin sebagai kota yang nyaman, indah, dan bersih akan tetap terpelihara eksistensinya.























BAB III
PENUTUP
Pada penulisan makalah ini ada beberapa point yang ingin kami simpulkan, antara lain:
1. Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan/informasi dari komunikator kepada komunikan melalui saluran tertentu, berupa lambang, suara, gambar dan lain-lain, dari suatu sumber kepada sasaran (audience) dengan menggunakan saluran tertentu.
2. Komunikasi dan Transportasi tidak dapat dipungkiri lagi mempunyai dampak positif dan negatif yang sangat mempengaruhui kehidupan manusia. Jadi tinggal manusianya saja yang bisa mengolah dampaknya itu sebaik-baiknya dan mengurangi kerugian yang akan ditimbulkannya.
3. Solusi alternatif terbaik terhadap dampak yang ditibulkannya adalah dengan penanaman nilai agama yang kuat, tetap menjaga kelestarian alam dengan perencanaan sistem transportasi yaitu dengan Rekayasa lalu lintas, Pengendalian pada sumber mesin kendaraan, serta mengontrol energi yang dikeluarkan transportasi.