Sabtu, Februari 09, 2019

Rakyat jelata

Jika,,, Saat bertanya diartikan mengkritik Saat mengeluh dikatakan mawada Saat menyampaikannya aspirasi disamakan sikap buruk Saat berbagi bingung disetarakan dengan hal yang sia-sia Saat merefleksikan diangap pembangkang Saat itulah kekeliruan terjadi, sebab Tiap pertanyaan kita,, ada orang yang digajih untuk menjawabnya Tiap keluhan kita,, ada orang yang digajih untuk menanggapinya Tiap harapan kita,,ada orang yang digajih untuk mewujudkannya Tiap kritikan kita,, ada orang yang digajih untuk mengkajinya Tiap aspirasi kita,, ada orang yang digajih untuk menyampaikannya Lalu apa yang kita takutan, jika tiap kebingungan, pertanyaan, keluhan kritik, refleksi dan harapan serta aspirasi kita adalah rejeki buat yang lain. Dan dilain sisi, jika kebingungan kita hentikan, bertanya kita hindari, kritik kita dimatikan, kepedulian kita ciutkan dan refleksi kita tiadakan dan harapan kita samarkan, maka jangan berharap kita lebih baik dari hantu Mariaban/Bariaban yang mempunyai kesaktian namun tidak memiliki kemewahan berupa sebuah anugerah. Karena bisa jadi, anugerah terbesar kita adalah daya pikir yang kita miliki, sebab tidak mustahil semua hidup kita ini karena pikiran. Lalu jika daya pikir itu anugerah terbesar kenapa kita hanya menggunakannya untuk hal-hal yang biasa saja, seperti membuat caption di Instragram agar terlihat lebih bijak atau status facebook supaya disangka hebat dan seterusnya dan selanjutnya dan sebagainya. Padahal “Pikiran” bisa dijadikan bagian terpenting untuk menghasilkan sebuah kritik (refleksi) yang diharapkan jadi bahan permenungan untuk dijadikan bahan diskusi lebih lanjut, dengan tujuan perbaikan kondisi. Lalu jika kita bisa mengunakan anugerah terbesar ini untuk menghasilkan sebuah refleksi, tentu tingkatannya jauh lebih tinggi jika dibanding memakainya hanya untuk sekedar membuat sebuah caption di media sosialnya yang menurut catatan, ada sekira 130 juta masyarakat Indonesia yang aktif di media sosial tersebut. Lalu jika kita masih bersikukuh malu, tidak berani, segan, acuh, tak peduli untuk membuat sebuah refleksi karena takut di cap tukang kritik dan tukang mengeluh, maka gantilah refleksi dengan pertanyaan, karena bertanya adalah level tertinggi dari rasa binggung dan konon puncak dari penggunaan logika adalah munculnya rasa binggung, mengapa bisa begitu, karena katanya, kebinggungan adalah awal dari semua upaya pencarian pencerahan. jika dipersingkat, kalau kita tidak bertanya maka sama dengan kita tidak mempunyai rasa binggung atau kita tidak berlogika atau kita tidak berupaya mencari pencerahan. Lalu apa buruk, salah dan takutnya kita berbagi kebingungan, memberikan pertanyaan, mengutarakan keluhan, menyampaikan harapan, menjual aspirasi dan membuat refleksi yang adalah rejeki buat yang lain dan upaya kita dalam mencari pencerahan!!!!



Editor : Muhammad Edwan Ansari

COPYRIGHT © Sahabat Edwan Ansari Kalimantan Selatan

Meratusku

Meratus Tanah Syurga Yang Malang. Hutan Kalimantan yang mana termasuk di dalamnya hutan di pegunungan Meratus dikenal oleh dunia sebagai Lungs of The World (paru-paru dunia). Dan sebutan itu tidak berlebihan mengingat Hutan di Pegunungan Meratus termasuk hutan hujan tropis yang merupakan penyuplai oksigen terbesar di bumi kita ini. Karena hampir 80% suplai oksigen di seluruh dunia berasal dari kawasan hutan hujan tropis. Hal ini disebabkan karena hutan hujan tropis memiliki banyak sekali pohon-pohon yang melakukan proses fotosintesis, sehingga mereka melepaskan oksigen ke udara dalam jumlah yang sangat banyak. Tapi selain merupakan paru paru dunia, hutan hujan tropis banyak memberi mamfaat bagi manusia dan binatang, di antara nya ialah. 1. Sebagai penyeimbang ekosistem dunia. 2. Penyuplai oksigen. 3. Sebagai daerah resapan air dan menjaga siklus air. 4. Mencegah banjir dan tanah longsor. 5. Tempat tinggal suku suku pedalaman. 6. Tempat mencari penghasilan masyarakat. 7. Sebagai tempat penelitian. 8. Tempat Wisata. Akan tetapi selain memiliki banyak mamfaat dan keindahan alam serta keasrian hutannya, pegunungan Meratus juga kawasan yang dikenal memiki cadangan bahan tambang melimpah khususnya batu bara yang menggairahkan berbagai kalangan mengeksploitasinya. Dan dari delapan Kabupaten di Kalsel yang masuk wilayah Meratus, cuma Kabupaten HST yang belum digarap pertambangan batu baranya, sehingga menjadi incaran para Perusahaan besar dan kecil untuk mendapatkan izin untuk melakukan penambangan di daerah ini. Pusat Sumberdaya Geologi Departemen Pertambangan dan Energi juga pernah melalukan penelitian dan menyelidiki potensi tambang di HST dengan mendeteksi cadangan batu bara di dua Kecamatan Batang Alai Timur terdapat 15 juta ton dengan nilai panas 5.000-6.000 kcal per kilogram sedangkan di Kecamatan Haruyan terdeteksi sekitar 300 ribu ton,dengan nilai kalori 6.000-7.000 kcal per kilogram. Ada dua perusahaan besar yang mengantongi izin dari Pemerintah pusat yang merupakan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yaitu PT Antang Gunung Meratus (AGM) dengan luas arealnya di HST 3.242 hektare Sedangkan PT Mantimin Coal Mining (MCM) yang juga memgantongi ijin dengan bahan galian seluas 1.964 hektare. Dan pada awal tahun 2018 ini masyarakat HST terkejut dan heboh mendengar bahwa Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang menerbitkan keputusan dengan Nomor 441.K/30/DJB/2017 tentang Penyesuaian Tahap Kegiatan PKP2B kepada PT MCM menjadi tahap kegiatan operasi produksi. Surat Keputusan tersebut dikeluarkan untuk penambangan di wilayah Kabupaten HST yang meliputi Kecamatan Batang Alai Timur yang ditandatangani atas nama Menteri ESDM yaitu Dirjen mineral dan Batu bara Bambang Gatot Ariyono tertanggal 4 Desember 2017 lalu yang ditembuskan kepada Bupati HST, Bupati Tabalong dan Bupati Balangan serta Direksi PT MCM. Adapun titik koordinatnya untuk tahap kegiatan produksi meliputi tiga lokasi yaitu di Kabupaten HST, Balangan dan Tabalong dengan total luas 5.908 hektare dan kegiatan operasi produksi berlaku sampai 2034 mendatang. Izin pertambangan batubara tentunya sangat menyakiti hati rakyat HST, karena mayoritas penduduknya adalah petani dan dampak ini akan langsung dirasakan oleh mereka karena area konsesi pertambangan batubara semuanya bermuara ke Sungai Batang Alai yang merupakan sungai utama sebagai sumber irigasi petani, apalagi setelah rampungnya bendungan Sungai Batang Alai ini akan mampu mengairi 6.223 Ha sawah dari ribuan petani. Semoga pemerintah sebagai penentu kebijakan bisa lebih bijak menyikapi masalah ini. Dan semoga Allah selalu memberi perlindungan dari berbagai macam bala bencana untuk BANGSA dan NEGARA kita. Khususnya buat banua kita KALIMANTAN SELATAN. Amin Allahumma Amin. #savemeratus