Selasa, September 14, 2021

Tunduk Tertindas Atau Mati Melawan, Karena Diam Adalah Penghianataan” Wawan Wirawan, 11 Desember 1984 – 14 September 2018.

 Tunduk Tertindas Atau Mati Melawan, Karena Diam Adalah Penghianataan” Wawan Wirawan, 11 Desember 1984 – 14 September 2018.



Demikian kutipan moto hidup seorang mantan Presiden Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin, kala masa itu yang lantang berjuang melakukan pemberontakan atas ketidak adilan yang masih terjadi di Tanah Pangeran Antasari Kalimantan Selatan.



perjuangan itulah yang menjadi dasar semangat dan warisan sebuah organisasi eksternal kampus Lingkar Studi Ilmu Sosial Kerakyatan atau yang dikenal eksis dengan sebutan LSISK, yang hingga saat ini sering memutuskan untuk melakukan aksi demonstasi menyampaikan aspirasi ke jalan, walau sudah tidak banyak lagi dilakukan oleh kampus dan mahasiswa lainya


Beliau adalah salah satu senior yg banyak


membuka paradigma saya, pertama kali bertemu beliau di Basic Training tahun 2009 di Desa Batu Panggung, Kala itu Beliau datang dengan beberapa orang senior lainnya ada bang Aldo dan Bang Efran, ratusan kilometer di tempuh, turun naik gunung beliau hadir untuk Mengkader kami, sebuah momen pertama saya mengagumi sosok beliau, berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya, terkadang beliau yang ke Barabai atau kami yg ke Banjarmasin, agenda wajib kalau ke Banjarmasin walaupun sudah bekerja kala itu adalah saya mampir ke sekretariat LSISK, atau ke Rumah pribadi beliau menikmati kopi hitam dan mendengarkan wejangan-wejangan beliau


Beliau orang pertama yang akan mengeksekusi atau memarahi kami jika kami melakukan kesalahan. kalau melakukan yang baik, ya biasa aja, gak pernah di apresiasi, agar tidak mudah bangga dan sombong.tapi kalau salah...Pasti Habissss... Itulah cara Beliau mendidik kami, bukan cuman intelektual tapi karakter dan Mental 


saya ingat ketika itu  pada Tahun 2015 kala itu saya menjadi sekretaris koordinator demonstrasi Akbar di HST, yg pada kala itu suasana cukup memanas, hampir mendekati hari H beliau datang ke Barabai karena schedule pekerjaan dari kantor beliau  ada agenda ke  Tabalong beliau mampir ke sekretariat Organisasi Saya pada Waktu Masih menjadi Mahasiswa, yang kami memang satu bendera dengan beliau, Kala itu saya yg sudah alumni hadir mendatangi beliau, Karena memang lumayan lama saya tidak bertemu beliau, hampir 2 jam berliau memberikan masukan, arahan dan lain sebagainya... padahal waktu itu saya sudah alumni, tetapi kata beliau kalian adalah saudaraku sedarah Hijau Hitam, dan bagi saya pribadi beliau adalah senior, guru dan Abang, setiap kali ke Banjarmasin atau ke Martapura sebisanya saya sempatkan mampir ke maqam beliau sampai istri dan anak saya sudah hapal betul agenda kemana kami akan mampir kalau lewat kota Rantau memasuki Desa Banua Padang akan mampir Sebentar ke mesjid dekat maqam Abangda Wawan Wirawan

suatu saat kami akan selalu rindu moment diskusi bersamamu.  terima kasih senior.

Saya Bersaksi Engkau Orang Baik


Alfatihah untuk Kakanda


Wawan Wirawan bin Jaderiansyah



Senin, September 13, 2021

Manaqib Singkat Wali Katum (Muhammad Ramli bin Anang Katutut)


Nama “Wali Katum” sudah tidak asing lagi bagi warga asli Kota Banjarmasin khususnya, dan masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya.

Maqam Wali Katum





Berikut Photo Beliau


Nama beliau sebenarnya adalah Muhammad Ramli bin Anang Katutut, sedangkan Gelar KATUM berasal dari Kata Katum diambil dari bahasa Arab yang berarti sembunyi.

di masa kecil beliau bernama Artum Ali, beliau hidup apa adanya tanpa berusaha (bekerja), hari-hari beliau habiskan hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT.

Apabila ada makanan beliau makan, tapi kalau tidak ada beliau akan puasa. Meskipun demikian beliau tidak pernah mengeluh, minta-minta dan menyusahkan orang lain.

Beliau selalu menutup diri dari orang lain dan suka menyendiri, sehingga tidak banyak aktivitas beliau yang terekspos. Karena itulah di masyarakat beliau lebih dikenal dengan sebutan “ Wali Katum”.

Diceritakan, beliau kalau pergi selalu membawa Al-Qur’an apabila berhenti beliau akan membacanya, hingga akhir hayat beliau. Al-Qur’an tersebut tidak lagi persegi empat,  melainkan berbentuk lonjong karena sisi-sisinya sudah aus terkikis lantaran sering dibaca.

Menurut penuturan Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan (‘Guru Tuha’ kawan dekat dari Tuan Guru Abdussamad Kampung Melayu Sungai Bilu, Banjarmasin, sewaktu selama 7 tahun menuntut ilmu di Mekah), bahwa :

Gusti H.Hasan adalah kakak dari Gusti Anang Katutut yang adalah ayah dari Muhammad Ramli (“Wali Katum”).

Dengan demikian maka, Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan adalah memiliki hubungan keluarga sebagai sepupu sekali dengan” Wali Katum” atau Gusti Muhammad Ramli bin Gusti Anang Katutut.

Selanjutnya, menurut Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan, yang kini berusia 95 tahun di Banyiur Dalam, Basirih Banjarmasin, ada beberapa keganjilan (khawariqul ‘adat) dari “Wali Katum”, begitu pula dengan bapaknya Gusti Anang Katutut.

Diriwayatkan pernah suatu hari serombongan orang bermobil datang untuk mengundang dan menjemput Gusti Anang Katutut (ayah Wali Katum), namun beliau tidak mau naik mobil dan mempersilahkan tamu yang menjemputnya lebih dahulu pulang. Sedangkan beliau mengeluarkan sebuah sepeda butut yang tempat duduknya hanya dililitkan kain supaya bisa duduk di atas sepeda butut tersebut.

Namun Alangkah terkejutnya rombongan yang ingin mengundang beliau, ternyata ayah Wali Katum sudah tiba lebih dahulu dan sedang menyandarkan sepeda bututnya di depan rumah yang ingin mengundang tersebut, padahal sewaktu berangkat tadi rombongan yang mengundang lebih dahulu dan cepat karena menggunakan mobil.

Selanjutnya diriwayatkan pula oleh Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan, bahwa tempo dahulu pada musim haji, seseorang jama’ah haji dari Hulu Sungai melihat seorang pria di mekah yang berjalan beriringan, namun sambil berinting-inting atau jalan berjingkat-jingkat tanpa terompah (maklum zaman dulu tidak ada sandal jepit). Lalu jama’ah haji tersebut bertanya pada pria yang berjingkat, apakah sedang kepanasan kaki berjalan di padang pasir, namun pria itu menjawab :” Tidak”. Kemudian ditanyakan siapa namanya dan tinggal dimana, Pria misterius itu menyebutkan namanya Muhammad Ramli dan alamatnya di Tebu Darat, Hulu Sungai Tengah.

Karena merasa kasihan oleh jama,ah haji itu ketika melewati pasar dibelikanlah “Sepasang Terompah”, namun setelah menerima terompah tersebut, pria berjingkat-jingkat tadi menghilang begitu saja.

Setelah selesai menunaikan ibadah haji dan pulang ke kampung halaman, Sang jama’ah haji tadi teringat dan ingin pergi menemui Muhammad Ramli, di Tebu Darat. Tapi menurut penduduk kampung Tebu Darat, bahwa tidak ada warganya yang naik haji tahun ini. Tapi kalau orang yang bernama Muhammad Ramli memang ada, tapi tidak pergi haji, namun hanya berkhalwat di gubuk persawahan.

Merasa penasaran sang jama’ah haji itu lalu minta bawakan ke Gubuk Muhammad Ramli tersebut. Dan ternyata memang beliau lah yang bertemu dengannya di Mekah, sedangkan “Sepasang Terompah” terlihat ada digantungkan di dinding rumah / Gubuk Muhammad Ramli.

Sejak saat itulah masyarakat baru mengetahui, bahwa Muhammad Ramli adalah seorang Wali Allah SWT, sehingga beliau diberi gelar “Wali Katum” atau wali yang tersembunyi.

Gusti Muhammad Ramli atau (“Wali Katum”) wafat tanggal 24 Juni 1982 M bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1402 H pada usia sekitar 70 tahun.

Makam “Wali Katum” terletak di desa Tabu Darat kecamatan Labuan Amas Selatan kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan.

Makam keramat “Wali Katum” juga menarik ,karena selalu mendapat kunjungan ziarah dari masyarakat Kalimantan Selatan dan juga wisatawan peziarah lainnya. Alfatihah

Sumber : H.Gusti Sulaiman bin Gt.H.Hasan (Guru Tuha) , Banyiur Dalam, Basirih

Ditulis Ulang : Muhammaad Edwan Ansari


dan setiap bulan sya'ban selalu diadakan haul beliau dengan ribuan jamaah yang menghadirinya


Present by : Relawan Semut Pemburu Berkah 

Penulis : Muhammad Edwan Ansari

Editor : Rahimah


COPYRIGHT © Catatan Seorang Edwan Ansari 2022

COPYRIGHT © Relawan Semut Pemburu Berkah Kalimantan Selatan 2022