BAB I
PENDAHULUAN
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat diganti oleh siapapun (khatami al-anbiya wa al-mursalin), tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagai pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan Khalifah´artinya yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas Islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-hukum Agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran, maka pemerintah Islam dipegang secara bergantian oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin affan, dan Ali ibnAbi Thalib. Khulafaurrasidin adalah para pengganti Nabi. Islam sebagai sebuah ajaran dan Islam sebagai institusi Negara, mulai tumbuh dan berkembang pada masa tersebut. Dalam Islam kedaulatan tertinggi ada pada Allah SWT, sehingga para pengganti Nabi tidak memiliki fasilitas ekstra´dalam ajaran Islam untuk menentukan sebuah hukum baru, namun mereka termasuk pelaksana hukum.
BAB II
KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA
A. Sebab-sebab berdirinya kerajaan Safawi
Ketika kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Berbeda dengan dua kerajaan besar lainnya yaitu Usmani dan Mughal, kerajaan Safawi menganut mazhab Syi’ah sebagai mazhab Negara. Oleh karena itu, kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak dasar terbentuknya Negara Iran.
Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan Tarekat yang berdiri di Ardabil. Tarekat ini bernama Tarekat safawiyah yang namanya diambil dari nama pendirinya yaitu Safi al-Din. Tarekat ini berdiri hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Turki Usmani.
Safi al-Din merupakan keturunan Imam Syi’ah yang keenam yaitu Musa al-Kazhim. Safi al-Din mendirikan tarekat Safawiyah menggantikan guru sekaligus ayah mertuanya yaitu Syaikh Taj al-Din Ibrahim Zahidi. Tujuan utama didirikannya tarekat ini adalah untuk memerangi orang-orang yang ingkar, kemudian memerangi orang-orang yang disebut sebagai ahli bid’ah. Tarekat ini kemudian berkembang dari tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang berpengaruh di Persia, Syiria, dan Anatolia. Di negeri-negeri di luar Ardabil, Safi al-di menempatkan wakilnya yang diberi gelar KHALIFAH.
Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerapkali menimbulkan keinginan untuk berkuasa. Keinginan memasuki dunia politik ini mendapat kesempatan pada masa kepemimpinana Juneid (1447-1460). Dinasti Safawi memperluas geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Hal ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam). Dalam konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan kesuatu tempat. Selama pengasingan, Juneid menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi dengan Uzun Hasan. Pada 1459 M, ia berusaha merebut Ardabil, tetapi gagal. Pada 1460 M, ia berusaha merebut Sircassia tetapi gagal dan terbunuh.
Haidar adalah anak Juneid yang resmi menggantikannya pada tahun 1470 M yang kemudian menikah dengan salah satu putri Uzun Hasan. Dari pernikahan inilah akan lahir Ismail yang kelak akan menjadi pendiri Kerajaan safawi di Persia.
Kemenangan AK Koyunlu membuat gerakan militer Safawi yang dipimpin Haidar sebagai rival politik dalam meraih kekuasaan selanjutnya, padahal AK Koyunlu adalah sekutu Safawi. AK Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Dinasti Safawi. Ali, putra dan pengganti Haidar didesak untuk membalas kematian ayahnya terhadap AK Koyunlu,tetapi pemimpin AK Koyunlu dapat menangkap Ali, Ibrahim dan Ismail di Fars. Mereka dibebaskan dengan syarat membantu Rustam untuk memerangi saudara sepupunya, tetapi kemudian Rustam berkhianat dan membubuh Ali.
Kepemimpinan Safawi selanjutnya berada di tangan Ismail. Selama lima tahun di Gilan, Ismail mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya yang kemudian bersatu membentuk pasukan QIZILBASH (baret merah). Pada 1501 M pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu dan terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan berhasil mendudukinya. Disinilah Ismail memproklamirkan diri sebagai raja pertama dinasti Safawi yang kemudian disebut Ismail I. Ia berkuasa selama 23 tahun (1501-1524 M). Dalam waktu sepuluh tahun ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Hanya dalam masa sepuluh tahun wilayah kekuasaannya sudah meliputi Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur. Ambisi politik mendorongnya untuk mengembangkan sayap menguasai daerah-daerah lainnya bahkan ke Turki Usmani. Ismail mengahadapi musuh yang kuat dan membenci golongan Syi’ah. Peperangan antara Safawi dan Turki Usmani terjadi pada 1514 M di Chaldiran dekat Tabriz yang menyebabakan Safawi mengalami kekalahan sehinnga Tabriz dapat dikuasai oleh Turki Usmani.
Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri Ismail sehingga ia lebih senang menyendiri, berburu dan hura-hura. Hal ini mengakibatkan terjadinya persaingan segitiga antara suku-suku Turki, pejabat-pejabat keturunan Persia, dan Qizilbash untuk merebut pengaruh dalam memimpin Safawi.
Keadaan ini baru dapat diatasi setelah Safawi dipimpin oleh Raja Abbas I yang memerintah dari tahun 1588-1628 M. Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam memulihkan kerajaan Safawi adalah dengan cara :
1. Menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan membentuk pasukan baru yang beranggotakan budak-budak yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan sircassia.
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan cara Abbas I berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam ( Abu Bakar, Umar, Usman ) dalam khotbah Jumatnya.
Usaha-usaha tersebut berhasil membuat Safawi kembali kuat. Abbas I kemudian memusatkan perhatiannya untuk merebut kembali daerah kekuasaan yang hilang. Pada masa kekuasaan abbas I merupakan masa kejayaan dinasti Safawi.
B. Kemajuan-kemajuan yang berhasil dicapai antara lain :
1. Secara politik ia mampu mengatasi kemelut didalam negeri yang mengganggu stabilitas Negara dan berhasil merebut wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa sebelumnya.
2. Dalam bidang ekonomi terjadi perkembangan ekonomi yang pesat setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Hal ini dikarenakan Bandar ini merupakan salah satu jalur dagang antaraTimur dan Barat. Selain itu Safawi juga mengalami kemajuan sector pertanian terutama didaerah Bulan sabit subur (fortile crescent).
3. Dalam bidang ilmu pengetahuan. Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dam mengembangkan ilmu pengetahuan. Beberapa ilmuwan yang hadir di majlis istana antara lain, Baha al-Din (generalis iptek), Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad (teolog,filosof,observatory kehidupan laba-laba). Dalam bidang ilmu pengetahuan, Safawi lebih mengalami kemajuan dari pada kerajaan Mughal dan Turki Usmani.
4. Dalam bidang Pembangunan Fisik dan Seni. Para penguasa kerajaan menjadikan Isfahan menjadi kota yang sangat indah. Disana terdapat bangunan-bangunan besar dan indah seperti masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan rakasasa di atas Zende Rudd an istana Chilil Sutun. Dalam hal seni, terdapat dalam kemajuan pada arsitektur bangunan yang terlihat pada mesjid Shah yang dibangun pada 1611 M dan mesjid Lutf Allah yang dibangunpada 1603 M. Terlihat pula adanya peninggalan berbentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar, dll.seni lukis mulai dirintis pada masa raja Tahmasp I.
Demikiankah bentuk-bentuk kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi hingga kemudian berangsur mengalami kemunduran. Kemajuan yang dicapai Safawi menjadikannya sebagai slah satu kerajaan besar yang disegani lawan politik dan militernya. Kerajaan ini juga telah memberikan kontribusinya dalam mengisi peradaban Islam melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonmi, peninggalan seni, dan gedung bersejarah.
C. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I, Safawi diperintah oleh enam raja berturut-turut tetapi tidak menunjukkan adanya kenaikan yang berarti tetapi menunjukkan kemunduran yang membawa pada kehancuran. Safi Mirza adalah cucu Abbas I yang merupakan pemimpin yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga jatuh sakit dan meninggal. Sulaiman juga seorang pemabuk.dan bersikap kejam terhadap pembesar yang dicurigainya. Sehingga rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Shah Husein yang menggantikannya memberi kekuasaan yang besar terhadap para ulama Syi’ah untuk memaksakan kehendak terhadap ulama Sunni sehingga menimbulkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan sehingga memberontak dan berhasil menghancurkan kekuasaan dinasti Safawi.
Sebab-sebab kemunduran Safawi antara lain :
Konflik panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh perbedaan mazhab antara kedua kerajaan.
Adanya dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin Safawi.
Pasukam Ghulam yang dibentuk abbas I tidak memiliki semangat perang seperti Qilzibash yang dikarenakan pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlati dan tidak melalui proses pendidikan rohani.
Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan Tarekat yang berdiri di Ardabil. Tarekat ini bernama Tarekat safawiyah yang namanya diambil dari nama pendirinya yaitu Safi al-Din. Tarekat ini berdiri hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Turki Usmani.
Pada 1501 M pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu dan terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan berhasil mendudukinya. Disinilah Ismail memproklamirkan diri sebagai raja pertama dinasti Safawi yang kemudian disebut Ismail I. Ia berkuasa selama 23 tahun (1501-1524).
Beberapa kemajuan yang dicapai oleh Kerajaan Safawi adalah:
1. Bidang politik
2. Bidang ekonomi
3. Bidang ilmu pengetahuan
4. Bidang pembangunan fisik dan seni
Ada pun sebab-sebab kemunduran/kehancuran kerajaan Safawi adalah
Konflik panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh perbedaan mazhab antara kedua kerajaan.
Adanya dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin Safawi.
Pasukam Ghulam yang dibentuk abbas I tidak memiliki semangat perang seperti Qilzibash yang dikarenakan pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlati dan tidak melalui proses pendidikan rohani.
Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
SUMBER PUSTAKA
- Al-Sharqawi, ahmad. 1986. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung : Pustaka
- Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam dirasah Islamiyah II. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari