Selasa, April 07, 2020

Mengharapkan ketaatan rakyat sementara kezaliman dan ketidakadilan terpampang jelas di mata rakyat, itu sama saja menegakkan benang basah...
Pada masa Khalifah Umar bin Abdulaziz, gubernur Khurasan minta dikirim tambahan pasukan dan senjata dgn alasan rakyatnya membangkang. Khalifah berang kpd sang gubernur, "Engkau dusta, rakyat akan taat dgn sendirinya kalau keadilan ditegakkan!!'
WHATS NEXT ?
________________________

Kadang ketidakpastian itulah satu-satunya hal yang pasti, dalam hidup ini kita memang harus terbiasa dengan itu. Sebagaimana Musa tak tahu bahwa terbelahnya lautan akan menyelematkan dirinya saat kejaran Fir'aun mendesaknya.

Sebagaimana Ibrahim tak tahu bahwa api akan menjadi dingin dan menyelamatkan saat ia dilemparkan dalam kobaran api yang menjilat-jilat. Begitu juga Yusuf tak tahu bahwa ia akan duduk di kursi menteri saat penjara dan fitnah menyiksa dirinya, atau saat ia berteriak di sumur meminta pertolongan.

Yang mereka tahu secara pasti adalah, Allah pasti akan menolong mereka yang menolong agama-Nya, Allah pasti akan memberikan kemenangan dengan cara paling indah.

So, whats next? Kita tanya pada para ulama...

jika paradigma dogma kehidupan yg ingin mengejar materil yg menjadi tolak ukur seperti itu yg terus terbangun maka hilanglah sudah tahta tertinggi dari seorang anak manusia
Ia seakan menyerah terhadap nasip, terhadap kezaliman, terhadap kesewenang-wenangan

yg haq dan yg bathil akan tercampur
Air yg jernih yg selama ini mampu menjadi pelepas dahaga, pengobat rasa sakit ketertindasan rakyat akan menjadi keruh bahkan bisa menjadi racun

kita mungkin bisa hidup tenang tanpa harus melawan penguasa, kita mungkin akan hidup tenang tanpa harus peduli terhadap lingkungan, terhadap sesama.....
Apa artinya ketenangan bagi rakyat yg tertindas
Apa artinya ketenangan bagi yg terpinggirkan

Tp kita tidak akan bisa hidup tanpa udara
Tanpa air
Jika alam ini rusak dan ia marah maka kekayaan, ketenangan yg selama ini kadang bagi sebagian orang  menjadi tolak ukur hidup seseorang ...maka ia akan sirna,....

Bencana yg akan turun tidak akan bisa engkau hadang dgn koper uang mu,,,

Udara yg kotor tidak akan bisa engkau bersihkan dgn Mobil mewah maupun hartamu

Air yg kering tidak bisa engkau alirkan dgn pangkat dan jabatan yg engkau mengemis selama ini karena ny
Ancaman kematian yg akan datang kapan saja tidak akan bisa engkau tunda dgn kata-kata kesombongan dan ketidakpedulian mu selama ini
Sungguh kita semua akan mati, bercampur tanah, busuk dimakan cacing dan ulat..
Kebermanfaatan umurmu yg akan engkau bawa,
Lembaran kebaikan yg akan engkau bawa ke sana
Bukan harta, pangkat jabatan yg menentukan luas kuburmu, indahnya kain kafanmu
Atau mewahnya peti kematianmu yg jua akan Busuk d makan tanah

jika semua orang lari, tumbang, patah
Maka biarlah tangan kecil ini
yg kan terus mengengam kepalan tangan perlawanan
maka biarlah mulut dan lidah yg jarang menikmati makanan yg enak ni yg akan terus berteriak
Kaki yg gemetar ini yg tak pernah menginjakkan kaki berpangkat tinggi ini yg akan terus menopang berdirinya perlawanan

Teruntuk saudara-saudaraku
Jangan pernah padamkan perjuangan itu,
Sejarah Meratus adalah sejarah rakyat mencintai negeri ini, tanah ini, tumpah darah negeri Pertiwi
Menrawat Meratus
mencintai Indonesia

semoga tuhan meridhoi perjuangan kita,
Karena tiada daya daya dan upaya yg kita lakukan, selembar daun yg jatuh ke bumi pun atas kehendak sang pencipta...
dlm perjuangan ada do'a yg menjadi senjata hati akan penguasa diri dlm setiap sujud kepadanya

(Muhammad Edwan Ansari)
Batang Alai Utara, sepertiga malam 21 Maret 2018
#CatatanRakyatJelata
#SaveMeratus