Sabtu, Mei 01, 2021

 Air mata Umar ibn Khattab رَضِيَ اللهُ عَنْهُ tak terbendung melihat kondisi rumah yang ditempati oleh Rasulullah ﷺ.


SUATU hari, Umar bin Khattab berkunjung ke rumah Rasulullah ﷺ. Rasulullah pada saat itu tinggal di sebuah ruangan kecil yang kini berada dibagian pojok Masjid Nabawi atau di area makam Rasulullah ﷺ di Madinah. 


waktu itu tembok rumah Rasulullah dibangun dari tanah liat dan batu, atapnya dari pelepah kurma dan lantainya yang kasar berasal dari tanah bercampur pasir. 


Ketika Umar datang, Rasulullah yang saat itu tengah istirahat mempersilahkannya masuk. Umar duduk di lantai dan mulai memperhatikan ruangan itu untuk pertama kalinya. Tidak ada tempat tidur di ruangan itu. Nabi waktu itu tengah terbaring di atas sebuah tikar. Sebagian tubuhnya ada di lantai dan sebagian di atas tikar. Tikar itu kasar dan lantainya keras. Tanda dari tikar itu terlihat di tubuhnya. Rasulullah mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan yang kasar. Nabi punya bantal, tapi bantal itu terbuat dari kulit yang diisi dengan dedaunan Kurma. 


Tidak ada yang lain di ruangan itu, tidak ada lemari pakaian, tidak ada makanan berlimpah untuk dimakan, tidak ada kasur yang nyaman. Sebagai gantinya, di sudut ada beberapa daun berry, dan setumpuk kecil gandum, dan sepotong kulit yang belum diolah sedang digantung.


Air mata mulai mengalir di mata Umar. Ketika Nabi melihat Umar menangis, Nabi bertanya kepadanya, “Kenapa kau menangis, wahai Umar?”


Umar menjawab dengan suara pahit, “Bagaimana aku tidak menangis, wahai Nabi Allah? Aku melihat tempat tidur dan tanda dari tikar di punggungmu, aku melihat semua barang milikmu yang sederhana, dan namun engkau adalah Nabi Allah dan Rasul pilihan-Nya!


“Kaisar Byzantium dan Persia tinggal dalam kemewahan dan kenyamanan. Tahta mereka terbuat dari emas dan pakaian dan tempat tidurnya terbuat dari sutra terbaik,” Umar masih berkata.” Hanya inikah yang engkau miliki ? Inikah hartamu ?


Jawab dan tanya Umar pada Rasulullah, karena baginya Rasulullah jauh lebih layak menerima kenikmatan dunia ini daripada para penguasa kafir tersebut. 


Mendengar Umar berkata seperti itu, Rasulullah pun tersenyum dan memandangi Umar dengan lembut sembari berkata “Apakah engkau tidak bahagia? wahai Umar bukankah kita akan menerima kekayaan dan harta kita dan kenyamanan dalam kehidupan yang kekal nanti? Raja-raja dunia ini telah menerima bagian penuh mereka di sini, dan bahkan bagian ini tidak akan berguna bagi mereka segera setelah mereka meninggalkan dunia ini. Bagian kita akan datang nanti, tapi begitu kita menerimanya, maka akan tetap bersama kita selamanya.” Tegas Rasulullah ﷺ.


Dalam riwayat yang lain, selain Umar, ada Abdullah bin Mas'ud yang juga menuturkan bahwa ia pernah melihat Nabi tidur di atas tikar sampai membekas punggung Nabi. Ketika Rasulullah bangun, Abdullah bin Mas'ud mengusap punggung Nabi dan berkata: “Wahai Rasulullah, bolehkah saya mengambil hamparan di atas tembikar ini untuk menjaga badan Rasul?”.


Rasulullah pun menjawab: “Apalah artinya dunia bagiku? Aku di dunia ini tidak lebih dari seorang yang sedang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkan pohon itu,”.


Sumber : Buku “Islam di Amerika”, Karya KH. Ali Mustafa Ya’qub