Minggu, Januari 19, 2014

Muhammad Edwan Ansari

Aku dilahirkan di sebuah Desa Kecil dengan pemandangan Rimbunnya pepohonan. Tepatnya pada tanggal 28 Agustus 1987, dari seorang rahim wanita yang merawat dan membesarkanku dengan penuh kasih dan cinta bernama “Isnawati”,yang selalu penuh inspirasi memotivasiku. Aku dibesarkan di lingkungan keluarga sederhana, bukan dari golongan priyai atau golongan ningrat & bukan Orang kaya. Tetapi itulah sebuah anugerah Tuhan yang begitu Indah, ditemani dengan saudara yang berjumlah 1 orang, dimana aku anak ke-1, dan merupakan sulung di dalam keluarga kecil kami. Untuk membekali dalam proses pencarian sebuah jati diri dan ilmu yang kelak akan menjadi tuntunan dalam menjalankan roda kehidupan dan dapat melaksanakan satu kewajiban sebagai seorang manusia yang dinobatkan menjadi Khalifah di muka bumi. Aku menempuh studi di SDN Ilung Pasar Lama (1994 s/d 2000), Dilanjutkan di MTSN Batang Alai Utara (2000s/d 2003), SMA Negeri 2 Barabai (2003 s/d 2006), S1 Ilmu Pendidikan agama Islam Tarbiyah di STAI Alwashliyah Barabai ( 2007 s/d 2012 ). Diantara manusia yang selalu terjaga di tengah kesunyaian malam. Kini Hidup brsama seorang Istri yang tercinta di kota dengan semboyan “Bandung Van Borneo “ & “Murakata” Sambil terus berusaha untuk terus berproses menjadi aku tanpa harus memasrahkan pada keadaan dan pada apapun yang tak sepatutnya manusia memasrahkan pada sesuatu yang haknya yakni Dia yang maha memberi kehidupan untuk kita semua sebagai makhluk-Nya. Di kota inilah arti tentang perjuangan, persahabatan, pengorbanan, komitmen, loyalitas dan segala bentuk yang telah aku kerjakan untuk aku pertanggunjawabkan bergelut dalam hidup yang terkadang orang mengatakan itu monoton dan menjemukan. Sebagai anak muda yang bergejolak dalam arus dinamika di Kehidupan dan Organisasi, Kami di ajarkan tentang Idealita dan Idealisme. Setiap kami berdebat tentang cita-cita Islam dan metodologi untuk mendaratkannya pada arus empiris, pada saat itu pula Idealita itu menabrak karang realitas. Cita-cita memang berdiam di wilayah in absracto, sementara kenyataan mewujud dalam ruang in concretto. Pada saat benturan itu terjadi, maka yang terlahir adalah protes dan kritik. Tentu tidak sekedar itu. Kami juga di ajarkan tentang jawaban alternatif tetapi terus terang, jawaban bagi kami belum menjadi hal yang utama, suatu waktu generasi saya akan melakukannya juga”, Namun inilah proses anak muda yang haus akan sebuah makna dari kehidupan yang sesungguhnya. Makna yang coba digali sendiri dengan proses pergulatan antara rasa, perasaan yang berbaur menjadi satu dan bukan menurut siapa-siapa diluar atas pilihanya sebagai manusia yang terus berproses untuk tetap menjadi manusia pada porsinya. Dalam tinta proses memaknai hidup. Sembari berlari mengejar mimpi, aktifitas sehari aku isi dengan bergelut dengan para pencari, dalam ruang-ruang seminar dan diskusi, sembari menuliskan dalam tinta-tinta liar, dan berharap di kota kecil yang guyub dan dinamis ini. Riakan-riakan tinta liar ini dapat menjadi gelombang tinta yang mewujudkan duniaa dengan penuh cinta dan damai dalam keridhaan Allah S.W.T Amin……. “ Hidup Untuk Berproses dan Berproses Untuk Memaknai Hidup karna Berproses yang sesungguhnya adalah dengan beraktifitas ” “semuanya akan menjadi kenangan pada masanya, jalani dengan bumbu bersyukur dan lakukan dengan keikhlasan untuk berproses dalam kehidupan sampai pada kebahagian yang sesungguhnya” akhirnya ulun mengambil jalur parlemen, karena generasi muda harus berani masuk ke gedung DPR yang kadang sudah hilang kepercayaan dari rakyat," Ulun yang menjadi calon legislator Partai Demokrat untuk daerah pemilihan Hulu Sungai Tengah 4 (Batang Alai Utara, Batang Alai Selatan, Batang Alai Timur dan Limpasu) Tantangan terbesar ulun, dipercaya publik, serta memberi harapan bagi perubahan masyarakat, Dengan latar belakang aktivis ulun saat masih duduk di akademisi cukup membekali diri, untuk berkompetisi bersama generasi tua. Masalahnya, ulun caleg muda yg terbentur dengan kekuatan uang yang tak ulun miliki. "lawan ulun itu Caleg-caleg yang punya uang," Bahkan, tantangan terbesar ulun, adalah melawan tradisi politik yang serba diukur menggunakan kekuatan uang. Ulun akuinya, modal ulun bacaleg hanya bermodalkan Bismillah , Semoga Allah Melindungi, Meridhai, Meluruskan Ikhtiar ulun dan semangat untuk membenahi & yg dikerjakan dalam perjuangan ini adalah untuk mencapai tujuan bersama dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT, umat dan bangsa, kami memang tidak punya kekuatan uang namun jika jurus yang dipakai oleh politisi Busuk yg sangat pragmatis atau kepentingan sesaat saja seperti politik uang, caleg-caleg oportunis yang tidak jelas pretasinya tapi hanya mengandalkan tampang, kekayaan, dan penampilan yang elite.yang ujungnya akan membuat kita lupa dari tujuan digelarnya Pemilu. Apa lagi kada ingat lagi dgn masyarakat nang mamilih,, lapah sudah kita kana dusta’i politisi Busuk,,,,,ulun merasa terpangil untuk memperjuangkan segala apa yang pantas untuk masyarakat kita perjuangkan, Kesalahan dalam menentukan pilihan, berbanding sejajar dengan lahirnya Anggota DPRD yang salah. Mari Kita Buktikan Bahwa Rakyat sekarang cerdas, cermat, teliti dan bertanggung jawab Mari kita lawan tradisi politik Busuk yang serba diukur menggunakan kekuatan uang Muhammad Edwan Ansari, S.Pd.I Pengalaman Organisasi : * BKPRMI HST & KBU Kec B.A.U dari tahun 2005, * Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Barabai Sebagai Ketua Kabid Pembinaan Anggota tahun 2009-2010, * Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAI Al-Washliyah Sebagai Ketua Umum 2010-2011, * Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Barabai Sebagai Sekretaris Badan Penglola latihan tahun 2011-2012, * Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia Hulu Sungai Tengah Sebagai Wakil Sekretaris 2012-2015, Motto“ Bermanfaat Bagi Orang Lain, Yakin Usaha Sampai ”