Selasa, April 05, 2022

Dan diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar ra—beliau termasuk sahabat yang zuhud dan alim—bahwa ia berbuka puasa dengan jimak sebelum makan. Kadang-kadang beliau melakukan jimaknya sebelum mengerjakan shalat Maghrib, kemudian mandi dan mengerjakan shalat. Dan hal tersebut dilakukan untuk memfokuskan hati beribadah kepada Allah…" (Lihat, Abu Hamid al-Ghazali, Ihya` Ulumiddin, juz, II, h. 33).

 [5/4 20.40] Edwan Ansari/Duan ILung/Abah Rafli: Dan diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar ra—beliau termasuk sahabat yang zuhud dan alim—bahwa ia berbuka puasa dengan jimak sebelum makan. Kadang-kadang beliau melakukan jimaknya sebelum mengerjakan salat Maghrib, kemudian mandi dan mengerjakan salat. Dan hal tersebut dilakukan untuk memfokuskan hati beribadah kepada Allah…" (Lihat, Abu Hamid al-Ghazali, Ihya` Ulumiddin, juz, II, h. 33).

[5/4 20.43] Edwan Ansari/Duan ILung/Abah Rafli: Dan kadang hal tersebut dilakukan sebelum shalat Maghrib. Setelah itu baru mandi dan mengerjakan shalat. Namun riwayat ini tidak menjelaskan secara pasti seberapa seringnya Ibnu ‘Umar ra melakukannya.


 حَكُىِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا وَكَانَ مِنَ زُهَّادِ الصَّحَابَةِ وَعُلَمَائِهِمْ انَّهُ كَانَ يُفْطِرُ مِنَ الصَّوْمِ عَلَى الْجِمَاعِ قَبْلَ الْأَكْلِ.وَرُبَّمَا جَامَعَ قَبْلَ اَنْ يُصَلِّيَ الْمَغْرِبَ ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيُصَلِّي وَذَلِكَ لِتَفْرِيغِ الْقَلْبِ لِعبَادَةِ اللهِ





"Dan diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar ra—beliau termasuk sahabat yang zuhud dan alim—bahwa ia berbuka puasa dengan jimak sebelum makan. Kadang-kadang beliau melakukan jimaknya sebelum mengerjakan shalat Maghrib, kemudian mandi dan mengerjakan shalat. Dan hal tersebut dilakukan untuk memfokuskan hati beribadah kepada Allah…" (Lihat, Abu Hamid al-Ghazali, Ihya` Ulumiddin, juz, II, h. 33).

[5/4 20.46] Edwan Ansari/Duan ILung/Abah Rafli: Pendapat yang mu’tamad (didapat dijadikan pegangan) adalah tidak terdapat kesunahan menyegerakan berbuka puasa dengan jimak karena jimak dapat melemahkan stamina." (Kyai Nawawi Banten, Nihayah az-Zain, h. 194)

[5/4 21.04] Edwan Ansari/Duan ILung/Abah Rafli: Dalam Fatwa Asy-Syabakah Al-Islamiyah [Link] disebutkan:


ولا مانع من أن يطأ الرجل الصائم زوجته بعد غروب الشمس قبل أن يأكل أو يشرب شيئاً، وصومه صحيح ولا يلزمه شيء لأنه بمجرد غروب الشمس فقد حل للصائم ما كان محرماً عليه من الأكل والشرب والوطء، فله أن يفعل من ذلك ما يشاء


"Tidak mengapa jika seorang laki-laki yang berpuasa menggauli istrinya setelah matahari terbenam sebelum ia makan atau pun minum sesuatu, puasanya sah dan tidak ada konsekuensi apapun darinya. Karena ketika matahari terbenam, sungguh telah halal bagi orang yang berpuasa apa yang diharamkan untuknya; makan, minum, dan hubungan intim. Dia boleh melakukan mana saja yang ia sukai.." [Fatwa no. 75995]



© Hukum Buka Puasa Dengan Jima' (Hubungan Intim) Sebelum Makan Dan Minum | AL MUKHTASHAR

Source: https://eshaardhie.blogspot.com/2016/06/buka-puasa-dengan-jima-hubungan-intim.html?m=1

[5/4 21.04] Edwan Ansari/Duan ILung/Abah Rafli: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


وفي بُضع أحدكم صدقة ، قالوا : يا رسول الله أيأتي أحدُنا شهوتَه ويكون له فيها أجر ؟ قال : أرأيتم لو وضعها في حرام أكان عليه فيها وزر ؟ فكذلك إذا وضعها في الحلال كان له أجر 


"Hubungan badan salah seorang di antara kalian adalah sedekah." Para sahabat berkata: "Wahai Rasulullah, apakah dengan kami mendatangi istri kami dengan syahwat itu mendapatkan pahala?" Beliau menjawab: "Bukankah jika kalian bersetubuh pada yang haram, kalian mendapatkan dosa. Maka demikian juga jika kalian bersetubuh pada yang halal, tentu kalian akan mendapatkan pahala.." [HR. Muslim]


Ustadz Abu Ubaidah bin Mukhtar As-Sidawi dalam Majalah Al-Furqan (E.04/T.13) pada Rubrik غرائب وطرائف menyebutkan:


Diriwayatkan oleh Ibnu Habib dalam Adab Nisa' hlm. 184 dari al-Hakam bin 'Utaibah bahwa ada seorang lelaki tua pernah menikah dengan seorang wanita gadis belia. Tiba-tiba istrinya memeluk suaminya dengan kuat dan melukai dadanya hingga akhirnya meninggal dunia. Masalah itu kemudian diadukan kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu, kemudian beliau mengatakan, "Wanita itu memiliki syabaq (kekuatan syahwat).."


Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa "kuat syahwat" bukanlah sesuatu yang tercela, kecuali jika sampai dia tidak sabar yang menyebabkannya tejatuh dalam keharaman. Adapun apabila dia melampiaskan pada yang halal maka itu tidaklah tercela bahkan hal itu adalah terpuji.. [Al-'Ajab 'Ujab fi Asykalil Hijab, hlm. 18]


© Hukum Buka Puasa Dengan Jima' (Hubungan Intim) Sebelum Makan Dan Minum | AL MUKHTASHAR

Source: https://eshaardhie.blogspot.com/2016/06/buka-puasa-dengan-jima-hubungan-intim.html?m=1

[5/4 21.10] Edwan Ansari/Duan ILung/Abah Rafli: ada kawan memposting d grup... kadang pandiran di grup menghasilkan muzakarah dan tamuthalaah kitab jadinya... ingat kisahya aja...kada ingat lagi detail dimana andaknya.. malm ini tabuka 🤭bab yang di bahas ...yang paham mangarti tu🙏🏻