Kamis, Maret 21, 2024

dalam kehidupan materialis. Kemewahan dianggap fantastis dan yang hidup minimalis dianggap fanatis.

Sekelabat memori menguar. Merobek segenap kenangan yang mengakar. Dalam ingatan bernama Pengabdian dan perjuangan mendobrak peradaban pemikiran



Yang kuingat, kita pernah begitu payah mengedukasi teman sejawat. Bergelut dengan berbagai nawacita,


Antara amanah dakwah. Risiko perjuangan. Nafsu dunia pun tak mau kalah.

Yang paling membenak. Saat kita sedang berusaha menjaring massa. Yang ada setiap kami sampaikan Islam malah dicibir.... Tiap bait ide kami jelujur, yang ada mereka tepuk tangan memaksa kami berhenti....itulah kaum munafik ...


Dari satu Desa, kecamatan dan tongkrongan anak muda kami jejali. Papan pengumuman pun tak luput dari leaflet kami. Rindu bersemi di tengah Ramadhan ini. Mengingati jejak juang dan menginsyafi atas ketidakmaksimalan diri. 


Sampai pada akhirnya ada saja manusia yang terus mencibir kami, tp Ikhiat niat sudah dalam genggaman. Pernah berpikir untuk berhenti namum aku tak bisa melihat sekitar yang tak hentinya menjadi perhatian.


Meski sebagian dari kita sibuk meniti membangun rumah tangga, mencari nafkah tetapi menuntut ilmu tetap digeluti. Fase hidup boleh berganti. Tapi perjuangan belum berhenti dan jangan sampai terwarnai.


walau belakang ku dengar seseorang ada yg berkata mereka itu "kada dipakai di *** yang inya umpati waktu kuliah makany setelah lulusan kuliah membentuk *** ....

anda salah besar bung kami membangun organisasi kami dengan tujuan melanjutkan perjuangan dengan cara yg berbeda tentunya ..bisa saja suatu hari nanti keluarga anda yang kami tolong nantinya...tp..... Ahhhh sudahlah....sulit menjelaskan kepada lalat kalau bunga itu lebih baik dari sampah.... .dan satu hal...tujuan akhir dri semua perjuangan adalah berharap ikhtiar ini diridhai Allah SWT


Kami hanya tak ingin jadi pejuang yang terjebak fakta. Militan di waktu senggang namun tenggelam dalam kesibukan. Aktivis saat kuliah namun oportunis setelah bekerja. Punya kontribusi saat lajang bin sendiri namun pragmatis sibuk mengurus anak dan suami. Inilah yang ku takutkan sampai saat ini.

Bahkan rela cakar cakaran sesama teman hanya berebut Pekerjaan yang sementara, sementara berteman itu selamanya


Di saat semua orang tak meyakini. Perjuangan mengembalikan kehidupan Islam yang dinanti...kami mencoba membngun organisasi dengan berusaha meletakkan sendi sendi Islam di dalam ruh perjuanganya


Menjadi idealis memang seringkali dianggap tidak realistis. Dengan kondisi yang kian mencekik karna kapitalis. Menangis. Karena benturan kepentingan dan kebutuhan hidup mengikis idealis.


menjadi relawan juga semakin terdegradasi, ada beberapa orang yg bertanya berapa gajih kalian....

Memang

Kami tidak dibayar, tidak digajih....bukan karena relawan tak bernilai tetapi karena relawan itu tak ternilai


Gajih Kami do'a orang yang kami bantu, para habaib dan ulama yang kami berkhidmah di majelisnya ..dll


Tentu dalam kehidupan materialis. Kemewahan dianggap fantastis dan yang hidup minimalis dianggap fanatis.

Idealis memilih untuk tetap dalam rel perjuangan. Meski dianggap keras kepala karena stigma ketidakpahaman.

Jika realitas dijadikan standar perubahan. Yang ada malah pasrah pada keadaan, memukul mundur mimpi besar dan semangat juang.


Jika pragmatisme jadi landasan. Kepentingan akan jadi sesembahan, mengarahkan perbuatan pada yang menguntungkan.


Bayangkan. Jika Sultan Muhammad Alfatih realistis dengan mimpi besar menaklukkan konstantinopel. Takkan terukir sejarah bahwa pemuda adalah penakluknya. Meski ia hanya pemuda dengan idealisme yang mengakar. Dengan realitas kekalahan pasukan di lautan sampai meriam pun gagal menembus tembok keangkuhan. Karena Idealis tak membuatnya mundur. Justru kegagalannya terpacu menggali strategi yang tak disangka.


Peduli pada hal-hal yang besar, agar tak ada ruang baper pada hal kecil. Sebab idealisme mengarahkan bukan diarahkan. Mempengaruhi bukan dipengaruhi. Mewarnai bukan malah terwarnai.


Maka di manapun kita berada. Entah jadi mahasiswa, rakyat jelata, pelajar dan lainnya atau peran lainnya kita tetaplah hamba Allah. Poros hidup tetap  pengharapan Ridho Allah SWT dan setua tuanya kita...pada akhirnya jika ada Iman di hati maka kita akan kembali ke mesjid dan Agama ....maka jangan menunggu tua untuk berwakaf diri untuk Agama....

gunakan tinta kekuasaan, pangkat, jabatan kalian untuk Agama, karena pada Akhirnya Hanya Kain Kafan pakaian kalian dan Keranda  yang akan menjadi kendaraan terakhir, dan kubur tempat terakhir kalian 


Panjang umur perjuangan. Dari menyusuri Hidup yang sederhana ini berusaha merobek keangkuhan. Menembus masyarakat mengurai kemujudan dan kesalahpahaman. 


Semoga tetap dalam keistiqomahan. Lekatnya ingatan tak luput untuk saling menemukan. Di surga Firdaus yang Allah janjikan.

Untuk mu para Pemuda dan Pemudi yang sedang hijrah, berjuang dan memperbaiki diri yang dirindukan.


di salah satu Pojok Rumah sederhanaku sembari memandang air banjir ....

(Muhammad Edwan Ansari)

Kasarangan, 29 Maret 2023