Senin, Desember 27, 2021

 Catatan Seorang Muhammad Edwan Ansari

 











Catatan Seorang Muhammad Edwan Ansari




#EdwanAnsari

#RafliAnsari

#HasanBaseri

#SemutPemburuBerkah

#GEMPUR

Edwan Ansari

-Founder: Relawan Semut Pemburu Berkah

- Ketua LSM: GEMPUR 

(Gerakan Masyarakat Peduli Murakata)


COPYRIGHT © Catatan Seorang Edwan Ansari 2021

Catatan Seorang Muhammad Edwan Ansari Catatan Seorang Muhammad Edwan Ansari
#EdwanAnsari #RafliAnsari #HasanBaseri #SemutPemburuBerkah #GEMPUR Edwan Ansari -Founder: Relawan Semut Pemburu Berkah - Ketua LSM: GEMPUR (Gerakan Masyarakat Peduli Murakata) COPYRIGHT © Catatan Seorang Edwan Ansari 2021

Edwan Ansari Sedang Membantu Penyerahan Bantuan warga terdampak Banjir

Catatan Seorang Muhammad Edwan Ansari
Catatan Seorang Muhammad Edwan Ansari #EdwanAnsari #RafliAnsari #HasanBaseri #SemutPemburuBerkah #GEMPUR Edwan Ansari -Founder: Relawan Semut Pemburu Berkah - Ketua LSM: GEMPUR (Gerakan Masyarakat Peduli Murakata) COPYRIGHT © Catatan Seorang Edwan Ansari 2021

Jumat, Desember 24, 2021

BUKAN USTADZ "PELAWAK"

BUKAN USTADZ "PELAWAK"
Dakwah itu seni. Seni berkomunikasi mempengaruhi audiens agar mengikuti ajakan, seruan, dan nasehat yang disampaikan. Jadi disebabkan dakwah itu seni retorika, maka selain pengetahuan ilmu yang mendalam, diperlukan kemampuan menganalisa psikologis audiens terhadap hal-hal yang membuat mereka senang dan betah menyimak pembicaraan si da'i berlama-lama. Faktor "Sense of Humor" atau bumbu-bumbu humor yang menghibur seringkali dijadikan "senjata pamungkas" para da'i dalam menjadikan dakwahnya diminati dan disenangi para jamaahnya. Menyelipkan ungkapan humoris atau kisah-kisah lucu dalam dakwah itu bagus sebagai sebuah strategi dan metode dakwah bagi kalangan masyarakat awam. Namun apa jadinya jika justru yang terjadi hari ini, bermunculan ustadz-ustadz dan dai yang viral disebabkan hanya faktor "Sense of Humoris" saja, bukan disebabkan tujuan dakwah atau berdasarkan keilmuannya? Padahal tujuan goal dakwah itu sendiri sesungguhnya bukan membuat orang gelak tertawa terpingkal-pingkal, melainkan membangunkan kesadaran diri para audiens atau jama'ahnya terhadap perintah, larangan, anjuran dalam beragama. Nasehat agama bukanlah bahan candaan atau olokan untuk bahan "jualan" dakwah, bukan? Sekedar perbandingan, selama berguru dan belajar di Timur Tengah bertahun-tahun pun, kami tidak pernah mendapati para masyaikh atau du'at yang menyampaikan dakwah dengan penuh candaan dan membuat orang gelak tertawa. Alih-alih, ada pendakwah yang ingin lucu dan kemudian viral, pastilah tanggapan mereka, "Kamu pengin jadi pelawak atau apa?!" Ya, mungkin kalau hal ini disampaikan pada para dai di tanah air atau da'i lokal, mereka akan menjawab, "Lah, itu kan di Timur Tengah, beda dengan karakter masyarakat kita yang senang humor atau ceramah. Kalau nggak lucu ya, orang akan bosan dan ngantuk." Nah, jika seorang da'i telah berubah pada disorientasi humorisnya saja dan kemudian melekat dengan sebutan ustadz lucu, maka tak akan salah jika audiens atau jama'ah juga akan kehilangan roh dakwah itu dan hanya terobesi mengejar dan mencari "banyolan-banyolan" terbaru dari si pendakwah. Jika demikian faktanya, maka apa bedanya seorang dai dengan seorang komika atau pelawak? Nah, jika menelisik strategi dan manhaj dakwah Nabawiyyah, maka kita tidak akan dapati seorang pendakwah pun yang bercanda-canda dalam dakwahnya, sebab dakwah merupakan misi Ilahiyyah yang begitu sangat agung dan sakral yang menjadi tugas mulia para Nabi dan Rasul sejak ribuan tahun yang lalu. Bahkan, terkadang dalam menyampaikan misi risalah dakwah itu, mereka harus berhadapan dengan penentangan dan keingkaran dari para pembully dan pembenci kebenaran. Mereka ditertawakan, diolok-olok, dicaci, disakiti, bahkan terancam dibunuh. Lantas, apakah dakwah Nabi itu terkesan kaku dan keras? Tidak juga. Dakwah Rasulullah adalah yang humanis, penuh hikmah dan pengajaran sederhana, namun begitu dahsyat merubah karakter masyarakat Jahiliyyah yang keras menjadi lembut dan mulia seumpama malaikat. Apakah dalam dakwah Nabi tidak ada humornya? Tidak juga. Sesekali Nabi juga bercanda, namun tidak berlebihan. Paling lucu, Nabi hanya tersenyum, hingga nampaklah giginya. Nabi Saw pernah bercanda dengan mengatakan bahwa orang tua tidak masuk surga atau tidak ada orang tua di dalam surga. Seorang nenek renta yang mendengar pun menangis. Nabi Saw tersenyum seraya mengatakan bahwa di surga memang tak ada orang tua, sebab semua penghuni surga akan dijadikan muda kembali seperti sediakala. Begitulah salah satu bentuk candaan Nabi Saw sesekali. Oleh karenanya, sampai hari ini ada banyak para ulama kontemporer yang menyusun karya-karya terbaik dalam meneladani dakwah Nabi Saw. Salah satunya, kitab "فقه الدعوة" karya Syekh Yusuf al-Qardhawi atau lebih lengkapnya berjudul "فقه دعوة إلى الله" yang disusun oleh Syekh Abdurrahman Jinkah al-Madani setebal 1289 halaman. Pada zaman dahulu, dai-dai yang senang bercerita dengan dongeng-dongeng atau kisah-kisah menarik yang dibuat-buat dan tidak berdasarkan dalil agama, lebih dikenal dengan sebutan "Tukang Cerita", ketimbang penamaan "Syaikh" atau "Ulama". Sayangnya, hari ini banyak masyarakat kita yang sulit membedakan antara ulama dengan selebritis. Alih-alih, dianggap ulama, artis saja bisa dilabeli "Ustadz" atau pelawak bisa berubah menjadi "Ulama" atau justru "Ulama Pelawak". Syaratnya, cukup bisa menyampaikan satu dua ayat, satu dua hadits, pandai bertutur nasehat, perpenampilan seperti ulama, syarat paling penting harus bisa melawak. Komplet.. Soal keilmuan, kemampuan Nahwu Sharaf, Pemahaman Fiqh-Ushul Fiqh, Tafsir- Ushul Tafsir, Tarikh dan Kebahasaan, itu soal belakangan, nomor sekian... Pada akhirnya, jika dai terkesan hanya mencari "jualan" dakwah yang disesuaikan dengan pangsa pasar audiensnya saja, maka janganlah heran jika paling lama hanya setahun dua tahun, si da'i akan ditinggalkan dan pesan dakwahnya dilupakan orang dikala "Sense of Humoris"-nya menurun atau tergantikan oleh da'i yang lebih berilmu bernash.

Manaqib Singkat Wali Katum

Nama “Wali Katum” sudah tidak asing lagi bagi warga asli Kota Banjarmasin khususnya, dan masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya.







Berikut Photo Beliau


Nama beliau sebenarnya adalah Muhammad Ramli bin Anang Katutut, sedangkan Gelar KATUM berasal dari Kata Katum diambil dari bahasa Arab yang berarti sembunyi.

di masa kecil beliau bernama Artum Ali, beliau hidup apa adanya tanpa berusaha (bekerja), hari-hari beliau habiskan hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT.

Apabila ada makanan beliau makan, tapi kalau tidak ada beliau akan puasa. Meskipun demikian beliau tidak pernah mengeluh, minta-minta dan menyusahkan orang lain.

Beliau selalu menutup diri dari orang lain dan suka menyendiri, sehingga tidak banyak aktivitas beliau yang terekspos. Karena itulah di masyarakat beliau lebih dikenal dengan sebutan “ Wali Katum”.

Diceritakan, beliau kalau pergi selalu membawa Al-Qur’an apabila berhenti beliau akan membacanya, hingga akhir hayat beliau. Al-Qur’an tersebut tidak lagi persegi empat,  melainkan berbentuk lonjong karena sisi-sisinya sudah aus terkikis lantaran sering dibaca.

Menurut penuturan Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan (‘Guru Tuha’ kawan dekat dari Tuan Guru Abdussamad Kampung Melayu Sungai Bilu, Banjarmasin, sewaktu selama 7 tahun menuntut ilmu di Mekah), bahwa :

Gusti H.Hasan adalah kakak dari Gusti Anang Katutut yang adalah ayah dari Muhammad Ramli (“Wali Katum”).

Dengan demikian maka, Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan adalah memiliki hubungan keluarga sebagai sepupu sekali dengan” Wali Katum” atau Gusti Muhammad Ramli bin Gusti Anang Katutut.

Selanjutnya, menurut Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan, yang kini berusia 95 tahun di Banyiur Dalam, Basirih Banjarmasin, ada beberapa keganjilan (khawariqul ‘adat) dari “Wali Katum”, begitu pula dengan bapaknya Gusti Anang Katutut.

Diriwayatkan pernah suatu hari serombongan orang bermobil datang untuk mengundang dan menjemput Gusti Anang Katutut (ayah Wali Katum), namun beliau tidak mau naik mobil dan mempersilahkan tamu yang menjemputnya lebih dahulu pulang. Sedangkan beliau mengeluarkan sebuah sepeda butut yang tempat duduknya hanya dililitkan kain supaya bisa duduk di atas sepeda butut tersebut.

Namun Alangkah terkejutnya rombongan yang ingin mengundang beliau, ternyata ayah Wali Katum sudah tiba lebih dahulu dan sedang menyandarkan sepeda bututnya di depan rumah yang ingin mengundang tersebut, padahal sewaktu berangkat tadi rombongan yang mengundang lebih dahulu dan cepat karena menggunakan mobil.

Selanjutnya diriwayatkan pula oleh Gusti Sulaiman bin Gusti H. Hasan, bahwa tempo dahulu pada musim haji, seseorang jama’ah haji dari Hulu Sungai melihat seorang pria di mekah yang berjalan beriringan, namun sambil berinting-inting atau jalan berjingkat-jingkat tanpa terompah (maklum zaman dulu tidak ada sandal jepit). Lalu jama’ah haji tersebut bertanya pada pria yang berjingkat, apakah sedang kepanasan kaki berjalan di padang pasir, namun pria itu menjawab :” Tidak”. Kemudian ditanyakan siapa namanya dan tinggal dimana, Pria misterius itu menyebutkan namanya Muhammad Ramli dan alamatnya di Tebu Darat, Hulu Sungai Tengah.

Karena merasa kasihan oleh jama,ah haji itu ketika melewati pasar dibelikanlah “Sepasang Terompah”, namun setelah menerima terompah tersebut, pria berjingkat-jingkat tadi menghilang begitu saja.

Setelah selesai menunaikan ibadah haji dan pulang ke kampung halaman, Sang jama’ah haji tadi teringat dan ingin pergi menemui Muhammad Ramli, di Tebu Darat. Tapi menurut penduduk kampung Tebu Darat, bahwa tidak ada warganya yang naik haji tahun ini. Tapi kalau orang yang bernama Muhammad Ramli memang ada, tapi tidak pergi haji, namun hanya berkhalwat di gubuk persawahan.

Merasa penasaran sang jama’ah haji itu lalu minta bawakan ke Gubuk Muhammad Ramli tersebut. Dan ternyata memang beliau lah yang bertemu dengannya di Mekah, sedangkan “Sepasang Terompah” terlihat ada digantungkan di dinding rumah / Gubuk Muhammad Ramli.

Sejak saat itulah masyarakat baru mengetahui, bahwa Muhammad Ramli adalah seorang Wali Allah SWT, sehingga beliau diberi gelar “Wali Katum” atau wali yang tersembunyi.

Gusti Muhammad Ramli atau (“Wali Katum”) wafat tanggal 24 Juni 1982 M bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1402 H pada usia sekitar 70 tahun.

Makam “Wali Katum” terletak di desa Tabu Darat kecamatan Labuan Amas Selatan kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan.

Makam keramat “Wali Katum” juga menarik ,karena selalu mendapat kunjungan ziarah dari masyarakat Kalimantan Selatan dan juga wisatawan peziarah lainnya. Alfatihah

Sumber : H.Gusti Sulaiman bin Gt.H.Hasan (Guru Tuha) , Banyiur Dalam, Basirih

Disadur Kembali oleh: Muhammaad Edwan Ansari


-------------------

Present by : Relawan Semut Pemburu Berkah 

Penulis : Muhammad Edwan Ansari

Editor : Rahimah


COPYRIGHT © Catatan Seorang Edwan Ansari 2022

COPYRIGHT © Relawan Semut Pemburu Berkah Kalimantan Selatan 2022



Kamis, Desember 23, 2021

Hulu Sungai Tengah akankah engkau mampu menjaga Meratusmu

Hari ini Jum'at 24 Desember 2021 menandakan jika Kabupaten kita tercita berulang tahun ke 62 Untuk itu, secara khusus aku mengucapkan “Selamat Hari Jadi ke 62 untuk tanah kelahiran ku, Kabupaten Hulu Sungai Tengah Semoga dengan bertambahnya usia mu, semakin dekat dan cepat pula cita-cita mu tercapai” Di hari jadi mu ini, aku secara khusus tidak akan mengutak-atik kemajuan dan keberhasilan mu ataupun apa itu tentang kinerja mu selama ini. Ada dua alas an kuat kenapa aku melakukan hal ini pada postingan ini. Pertama, ku kira semua lapisan masyarakat Hulu Sungai Tengah bisa mendiskripsikan atau berpendapat atas apa yang mereka rasakan bagaimana kondisi daerah saat ini, meskipun tentu dengan kapasitas dan kebutuhan serta keinginan yang mereka inginkan. Kedua, kemajuan tidak terlepas dari hasil pembangunan yang dilakukan dan terpenting, pembangunan ini harus dipandang sebagai suatu proses multi dimensi yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial dan sikap masyarakat. Tapi aku hanya mengingatkan, jika dulu, bahkan hingga sekarang perebutan atau penguasaan wilayah menjadi pemicu utama terjadinya perang dan pada dasar kedaulatan itu lebih didominasi oleh factor kewilayahan tersebut. Lalu jika bercermin sekarang, dimana wilayah mu menjadi areal incaran pertambangan, Meratusmu Terancam Jauh dari itu, ancaman kehancuran Meratus wilayah yang sudah di lirik perusahaan tambang tersebut, tapi masih ada 2 izin pertambangan yang tersebar di setiap jangkal tatah mu yang tiap waktu siap mencaplok hak kelola pusaka mu tersebut. Aku hanya mengingatkan sekaligus bertanya, apakah ancaman keperawanan meratus selama ini tidak menggangu rasa kedaulatan mu???, Kita ambil contoh, bagaimana banjir di Banua kita dalam sebulan bisa empat kali banjir dan bahkan di daerah hilir Banua kita masih terendam banjir, Tapi ada sesuatu hal yang lebih mengerikan jika kita bicara terkait kedaulatan tentang Meratus ini dibanding kedaulatan hanya sebatas wilayah (tanah) yakni, kedaulatan dalam persepsi keyakinan, kepercayaan kepada pemimpin Terlepas dari ini semua, aku selalu bangga akan dirimu, sebab sejak aku lahir hingga kini dirimu tetap setia mengakui ku sebagai warga mu dan menerima pengkuan ku atas namu sebagai tempat lahir dan hidup, meskipun ternyata aku tak pernah berbuat yang semestinya bagi mu apalagi yang terbaik bagi mu. Terakhir ku sampaikan, jika pun aku berbuat untuk mu nanti kelak, aku tak yakin itu betul-betul hanya untuk mu, sebab aku teringat akan ungkapan kawan ku ‘Tidak ada istilah jasa apalagi pengorbanan, jika itu merupakan keinginan terlebih jika itu merupakan kewajiban karena ada hak yang didapat dari itu’ "Entahlah, tapi yang ku lihat dulu, kini dan mungkin nanti. Mereka dan aku selalu saja mementingkan diri, keluarga, kawan, bubuhan diatas kepentingan mu. Sekali lagi, aku minta maaf semoga dengan bertambah usia mu juga akan berdampak baik kepada warga mu secara merata dan adil,'' Baisukan. ... di Kasarangan Jum'at, 24 Desember 2021 di kursi buruk muka rumah sambil melihat air sungai yang tak kunjung jernih...wan hujan Nang Sian balabat