Senin, September 16, 2024

SYEKH KH. DR. MUHAMMAD SABERAN AFFANDI, MA

 SYEKH KH. DR. MUHAMMAD SABERAN AFFANDI, MA 



Mu'allim Saberan S1 di Jami'ah Islamiyah Madinah, S2 di King Abdul Aziz University, S3 di Ummul Qura University Makkah. Beliau Doktor Hadis pertama di Asia Tenggara, dan ikut andil dalam penyusunan KHI (Kompilasi Hukum Islam). 


Di luar kampus beliau pernah berguru kepada ulama terkemuka seperti Syekh Muhammad Hasan Masyath, Syekh Ismail Zein al-Yamani, Syekh Yasin al-Fadani, Syekh Muhammad Amin Kutbi, dll.


Kini  beliau sibuk sebagai pengasuh PP Ummul Qura Amuntai dan Ketua /Rektor STIQ (Sekolah Tinggi Ilmu AlQur'an) Rakha Amuntai, dan Dewan Pembina Yayasan Ponpes Rakha Amuntai Kalimantan Selatan. Anak cucu beliau semuanya hafal Alquran.


Kasarangan, 19 September 2024

Muhammad Edwan Ansari 




Diantara kalam hikmah beliau:


“Kalau seseorang dulu bermaksiat, mungkin karena gairah anak muda, atau mungkin durhaka dengan orang tua, kemudian dia bertaubat kepada Allah, maka dia yang bertaubat itu menjadi kekasih Allah. Ini anehnya, meskipun dia bekas maling kalau dia bertaubat, maka dia menjadi kekasih Allah”.


“Apabila kita menggunakan mata, telingan dan akal untuk kebaikan, maka menjadi wali Allah”.

“Mensyukuri nikmat Allah itu  adalah tidak menggunakannya untuk melakukan kemaksiatan”


“Taubatnya orang yang mulia itu karena merasa sedikitnya mencintai Allah, sedikitnya mencintai Allah ini yang mereka taubati”.


“Kenapa sembahyang tahajud kita kada terasa lezat karena hati kita berdosa, mata berdosa, telinga berdosa maka siksanya kontan (yaitu) sembahyang tahajud kada terasa lezat, karena matanya berdosa, telinganya berdosa, mulutnya berdosa, hatinya berdosa”.


“Syukur itu, adalah kita mengucap dengan lidah : Alhamdulillah, artinya kita tidak akan ujub. Misalnya : Ya Allah, aku sehat, ujarnya, kawa sembahyang ini, (maka) Allah yang menolong aku , kada aku, (tapi) aku ini ditolong oleh Allah, aku diganii oleh Allah yang menolongku kawa sembahyang, kawa sembahyang kada batal, kadang garing, kada lupa dan sebagainya. Jadi nang mangawaakan kita tu hanya Allah. Kemudian, di dalam hati kita tu ada perasaan yakin bahwa semuanya itu hanya daripada Allah. Dan kemudian dengan amal, dengan anggota tubuh. Jadi mulai tangan, kaki, mulut, telinga kita semuanya aktif digunakan untuk sesuatu yang diridhainya. Jadi syukur itu menggunakan jiwa raga untuk sesuatu yang diridhai-Nya”.


“Dengan cinta saja tidak cukup. “Ya nabi salam ‘alaika”, baikai (bagus), bapahala. Tapi amun cinta hanya dengan mulut saja, hanya dengan qasidah saja, belum. “Kun syafi’ an ya habibi” , Ya nabi Syafa’ati aku, tapi kalau amalnya kada berubah, apa gunanya ? nah ini artinya dakwahnya kada sukses”.


“(Membaca) Allahumma shalli ‘ala Muhammad”. Satu detik saja (lamanya), tapi ikhlas, (maka) pahalanya adalah 10 rahmat ganal daripada dunia ini. Dan Rahmat Allah kadada nang kecilnya”


“Khusyuk’ tu kada ngalih (sulit). Ada zahir ada bathinnya. Nang zahir yaitu berjama’ah, di awal waktu, dan dimana ada orang azan. Separohlah sudah. Sedangkan khusyuk bathin adalah konsentrasi hati yaitu hanya mencinta Allah, dan mencintai Allah adalah (dengan) ta’at”.


“Ma’af, (ini) al-Qur’an dihafal, dimusabaqahkan, tapi tidak diamalkan. Begitu musabaqah yang dimusabaqahkan hanya bunyinya saja, amalnya kada. Hendaknya yang kita musabaqahkan bunyinya, maknanya, pengamalannya dan keempat dakwahnya. Sebab, zaman Nabi al-Qur’an jadi satu, (ketika diwahyukan) langsung bunyinya dihafal, (kemudian) langsung diamalkan”.


“Mun handak kada lapah belajar (maka) orang alim kita kawani. Kawani ulama dan turuti”.


“Di akhirat tu 2 ja, mun kada ka sorga ka naraka, kadada nang katiga. Amalkan agama, ka sorga. Kada amalkan agama, ka naraka”.


“Didunia (mun) taati Allah, (menjadi) waliyullah, kada taat pada Allah (tetapi) taati nafsu, (menjadi) wali syetan”


“Cintai Allah. Cintai Mesjid. Cintai Islam”


“Tandanya kita hamba yaitu berdo’a. Kalau kita tidak mau berdo’a berarti kita termasuk orang yang sombong. Sugihkah kita ini ?. Ampun kitakah ? Kalau kita meminta (sesuatu) pada seseorang di toko, sekali mungkin diberi, tapi kali kedua atau ketiga, mungkin tidak lagi, bahkan mungkin diusir. Namun, bila kita meminta pada Allah, Masya Allah, kita pasti diberi-Nya”.


“Orang yang mau datang kepada Allah, mau bersujud kepada-Nya, maka dialah kekasih-kekasih Allah”.


“Bila shalat seseorang khusyuk, maka akhlaknya pasti bagus”.


“Hendaknya kita berhati-hati terhadap hasutan (kata-kata) syetan, seperti mengatakan : ‘orang yang shalat, orang yang puasa, orang alim ja belum tentu masuk sorga’, atau kata-kata, ‘mencari nang halal ja ngalih apalagi yang haram’ atau dengan olokan,’jangan ma alang-alang maksiat, nyaman ditimbai malaikat sing gancangan sampai talimpua pada neraka’.


“Allah tidak akan menyiksa orang yang mencintai-Nya, sebagaimana orang tua tidak sarik (marah) atau memukul kepada anaknya yang penurut, atau seseorang yang mencintai tidak akan menyakiti kekasihnya”


“Apabila kita mementingkan dan mencintai dunia, maka itu hanya  untuk kesenangan sekitar 50, 60 atau seribu tahun saja, atau sepanjang umur manusia saja, tetapi dibandingkan dengan negeri akhirat yang kekal, maka tidak ada artinya dan nilainya sedikitpun”.


“Apabila kita mau keluar ketempat lain untuk tujuan dakwah, maka akan kita lihat dan rasakan bahwasanya ilmu yang kita miliki tampak sedikit sekali, ibaratnya hanya seujung telunjuk jari”.


“Diakhirat nanti, apabila timbangan perbuatan jahat kita lebih banyak atau lebih berat dibandingkan dengan amal kebaikan kita, walaupun hanya se senti atau se mili, maka kita akan sengsara”.


“Para sahabat Rasulullah saw saangat rindu untuk melakukan shalat berjamaah, sesudah shalat hati mereka tidak akan tenang sebelum menegakkan kewajiban shalat berikutnya, ibaratnya seperti orang yang kecanduan merokok, sudah habis sebatang masih menginginkan menghisap batang rokok berikutnya.”


“Perintah Baginda Rasulullah Saw adalah mutlak untuk dipatuhi (taati) ketimbang hanya sekedar memuji-muji Nabi dengan membaca syair-syair (atau shalawat-shalawat). Seumpama seorang ayah yang mempunyai 2 (dua) orang anak yang baik. Anak pertama, apabila dipanggil dan disuruh ayahnya langsung mendatangi dan mengerjakan apa yang diperintahkan. Sedangkan anak yang kedua, ketika dipanggil dan disuruh hanya memuji-muji ayahnya. Meski kedua anaknya  baik, tetapi tentu ayahnya akan cinta atau lebih suka kepada anaknya yang pertama, yaitu yang taat kepada perintahnya. Begitu pula dengan Allah Swt dan baginda Rasulullah Saw akan mencintai orang-orang yang mengamalkan perintah-perintahnya (sunnahnya).”


“Terhadap anak, jangan “disumpahi”, siapa tahu dia nanti menjadi orang yang lebih baik daripada kita. Oleh karena itu, bagi orang tua, harus ada niat untuk mengarahkan anak kemana, kemudian disertai do’a, serta yang ketiga yaitu Mujahadah (sungguh-sungguh)”.


“Sejauh mana kita mencontoh Rasulullah, maka sejauh itu pula setiap detiknya akan mendapatkan pahala”.


"Sepakat semua ulama fiqih, ulama tasawuf dan lain-lain, bahwa manusia bisa selamat, bahagia, sukses adalah hanya dengan mengamalkan ajaran agama secara kaffah".


Mudahan dengan Taufiq dan Hidayah Allah kita kawa me'amalkan sebagian dari Papadahan sidin Aamiin


رب فانفعنا ببركتهم 

واهدنا الحسنى بحرمتهم 

وامتنافي طريقتهم 

ومعافاة من الفتن

 🤲🤲🤲

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari