PENGHULU RASYID. Meninggal saat sujud, kepalanya dipenggal kawan seperguruan.
PENGHULU RASYID. Meninggal saat sujud, kepalanya dipenggal kawan seperguruan.
Setelah melalui perjuangan panjang dan berbagai pertempuran, akhirnya tempat persembunyian Penghulu Rasyid bersama sepupu beliau bernama Umpak telah tercium oleh Sepiun Belanda, yaitu kawan seperguruan Penghulu Rasyid yang kebetulan menjadi Pembakal (Kepala Desa) bernama Busan asal Sungai Rukam Kecamatan Kelua.
Pembakal Busan langsung saja menemui sasarannya dengan membayangkan uang kontan 1.000 Golden serta Bintang Jasa dan tidak dikenakan Pajak selama 7 turunan.
Penghulu Rasyid saat itu sedang melaksanakan Shalat Ashar dan sampai pada Sujud akhir pada raka’at yang terakhir tidak bangkit-bangkit lagi. Pembakal Busan timbul rasa curiga dan langsung mendekati serta menyentuh pada bagian leher Penghulu Rasyid, ternyata beliau kembali ke rahmatullah dalam keadaan sujud.
Pembakal Busan rasa terkejut dan timbul rasa keraguan untuk mengambil langkah selanjutnya, beliau berjalan -+ 20 meter kemudian terbayang dalam benaknya 1.000 Golden, Bintang jasa dan Bebas Pajak 7 Turunan, dengan tidak berpikir panjang lagi langsung lah ia memotong leher Penghulu Rasyid yang sudah dalam keadaan meninggal.
Kepalanya langsung dibawa guna diperuntukkan kepada Opsir Belanda yang menunggu di Pos Terdepan. Namun di tengah jalan terjadi perebutan atas kepala itu dengan seorang sersan yang seolah-olah sersan itulah yang berhasil membunuh Penghulu Rasyid, akhirnya dapat dilerai oleh serdadu lain dan Pembakal Busan dapat membuktikan atas kebenaran dirinya.
Dari beberapa sumber, uang 1.000 Golden dimaksud yang diterima oleh Busan hanya 500 Gulden, sedang selebihnya dibagi-bagikan oleh Serdadu Belanda yang telah berusaha juga mendapatkannya. Jenazah Penghulu Rasyid dimakamkan pada sore Jum’at (setelah Shalat Ashar) di samping Mesjid Banua Lawas pada tahun 1865 dalam usia 50 tahun.
Sumber: Buku Perang Banjar (Datu Cendikia Hikmadiraja Ahmad Barjie)
Penghulu Rasyid, Kelua
BARATIB BAAMAL
Penghulu Rasyid lahir di desa Telaga Itar tahun 1815 – meninggal di desa Banua Lawas, Kelua 15 Desember 1861 pada umur 46 tahun adalah salah seorang di antara sejumlah ulama Islam yang bangkit bergerak berjuang mengangkat senjata melawan penjajah Belanda dalam Perang Banjar. Ayah dari Penghulu Rasyid bernama Ma’ali adalah penduduk kampung Telaga Itar. Pada waktu terjadi Perang Banjar dan perjuangan yang menghangat di seluruh wilayah Banua Lima tahun 1860 sampai tahun 1865, Rasyid berumur sekitar 45 tahun.
Sejak kecil ia mempunyai ciri-ciri pemimpin dan kepemimpinan serta mempunyai kepribadian yang tinggi. Dengan pengetahuan agama Islam yang dimilikinya disertai dengan amaliah yang kuat, Rasyid pun dijadikan sebagai pemimpin agama dengan sebutan Penghulu. Selanjutnya ia lantas dikenal sebagai Penghulu Rasyid.
Sebagai seorang pimpinan agama, Penghulu Rasyid tergerak jiwa patriotismenya untuk membela Kesultanan Banjar yang dijajah dan diperhinakan Belanda. Penghulu Rasyid dan para ulama lainnya mengobarkan semangat juang, sebagai gerakan Baratib Baamal. Gerakan Baratib Baamal ini meliputi hampir seluruh Banua Lima dengan pusat kegiatan di masjid dan langgar.
Beratib Baamal nama diberi
Hadirkan Allah di dalam hati
Meminta syafaat tiadalah rugi
Syafaat Rasulullah sangatlah pasti
Lailahaillallah menadah kepada Tuhan
Rizki minta murahkan
Bahaya minta jauhkan
Berumur minta panjangkan, sertanya iman
Lailahaillallah tummat Mekkah ke Madinah
Disitu tampat Rasulullah
Lailahaillallah tummat Mekkah ke Madinah
Disitu tampat Siti Fatimah
Lailahaillallah hati yang sididik ya Maulana
Ya Muhammad Rasulullah
Lailahaillallah hati yang mukmin Bait Allah
Lailahaillallah Nabi Muhammad hamba Allah
Lailahaillallah Nabi Muhammad Pesuruh Allah
Lailahaillallah Muhammad Rasulullah
Lailahaillallah Muhammad Sifatullah
Lailahaillallah Muhammad Auliya Allah
Lailahaillallah, Maujud hamba Allah, Lailahaillallah
Biasanya sesudah melakukan ini, mereka terjun ke medan perang dengan jihad yang pantang surut ke belakang. Di samping itu, mereka seperti mempunyai kekuatan berlebih, kebal terhadap senjata dan peluru tajam, maka mereka sering menang pada event-event pertempuran melawan penjajah Belanda meskipun jumlah mereka sedikit.
Setelah melalui perjuangan panjang dan berbagai pertempuran, akhirnya tempat persembunyian Penghulu Rasyid bersama sepupu beliau bernama Umpak telah tercium oleh spion Belanda, yaitu kawan seperguruan Penghulu Rasyid yang kebetulan menjadi Pembakal (Kepala Desa) bernama Busan asal Sungai Rukam Kecamatan Kelua. Pembakal Busan langsung saja menemui sasarannya dengan membayangkan uang kontan 1.000 Golden serta Bintang Jasa dan tidak dikenakan Pajak selama 7 turunan.
Penghulu Rasyid saat itu sedang melaksanakan Salat Ashar dan sampai pada Sujud akhir pada raka’at yang terakhir tidak bangkit-bangkit lagi. Pembakal Busan timbul rasa curiga dan langsung mendekati serta menyentuh pada bagian leher Penghulu Rasyid, ternyata beliau sudah kembali ke rahmatullah dalam keadaan sujud.
Pembakal Busan rasa terkejut dan timbul rasa keraguan untuk mengambil langkah selanjutnya, beliau berjalan kurang lebih 20 meter kemudian terbayang dalam benaknya 1.000 Golden, Bintang jasa dan Bebas Pajak 7 Turunan, dengan tidak berpikir panjang lagi langsung lah ia memotong leher Penghulu Rasyid yang sudah dalam keadaan meninggal.
Kepalanya langsung dibawa guna diperuntukkan kepada Opsir Belanda yang menunggu di Pos Terdepan. Namun di tengah jalan terjadi perebutan atas kepala itu dengan seorang sersan yang seolah-olah sersan itulah yang berhasil membunuh Penghulu Rasyid, akhirnya dapat dilerai oleh serdadu lain dan Pembakal Busan dapat membuktikan atas kebenaran dirinya.
Dari beberapa sumber, uang 1.000 Golden dimaksud yang diterima oleh Busan hanya 500 Gulden, sedang selebihnya dibagi-bagikan oleh Serdadu Belanda yang telah berusaha juga mendapatkannya. Jenazah Penghulu Rasyid dimakamkan pada sore Jum’at (setelah Shalat Ashar) di samping Mesjid Banua Lawas pada tahun 1865 dalam usia 50 tahun. Allah Yarham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari