Kamis, Desember 26, 2013

Perkembanagan Pikiran Manusia

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ilmu alamiah (IA) sering disebut ilmu pengetahuan Alam (IPA) dan akhir-akhir ini ada juga yang menyebut ilmu kealaman yang dalam bahasa inggris disebut Natural Science atau disingkat sclences dan dalam bahasa Indonesia sudah lazim digunakan istilah Sains. IA merupakan ilmu pengetahuan yang dikaji gejala-gejala alam semesta, termasuk bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan perinsip. Ilmu Alamiah Dasar (IAD) yang disebut juga dengan (Basic Natural Science) hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja. 2. Tujuan Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi dengan adanya makalah ini dapat memudahkan dan memahami konsep perkembangan penalaran manusia terhadap gejala-gejala alam sampai terwujudnya metode ilmiah. 3. Rumusan Masalah Makalah ini akan membahas tentang apa yang dikatakan dengan perkembangan pikiran manusia, mitos, dan metode ilmiah. Adapun semuanya itu akan dibahas dan diuraikan pada materi pembahasan selanjutnya. BAB II PEMBAHASAN 1. Perkembanagan Pikiran Manusia a. Sifat Unik Manusia Dibanding dengan mahluk lain, jasmani manusia adalah lemah, sedangkan rohaninya atau akal budi dan kemauannya sangant kuat. Maka untuk membelah diri terhadap serangan dari mahluk lain dan untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan manusia harus memanfaatkan akal budinya dengan cemerlang. Kemauannya yang keras menyebabkan manusia dapat mengendalikan jasmaninya. Hal ini dapt menimbulkan efek yang negatif, misalnya manusia dapat mogok makan, dapat minum-minuman keras sampai mabuk, dan bahkan dapat bunuh diri dari lingkungan yang merugikan itu. Hal semacam ini jarang kita jumpai pada hewan. Jadi sifat unik manusia itu ialah akal budi dan kemauannya menaklukkan jasmaninya. b. Rasa Ingin Tahu Dengan pertolongan akal budinya manusia menemukan berbagai cara untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Tetapi adanya akal budu itu juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang.Rasa ingin tahu itu tidak pernah dapat ingin dipuaskan. Kalau salah satu soal dapat dipecahkan, maka timbul soal lain yang menunggu penyelesaian. Manusia tidak pernah puas dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.Selalu timbul keingin untuk menambah pengetahuan itu.Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul dalam pikirannya.Tetapi kegagalan biasanya tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali justru membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa : • Penyelidikan langsung. • Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain, ataupun • Kerjasama dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memcahkan soal yang sama atau yang sejenis. Sebenarnya setiap orang mempunyai rasa ingin tahu, meskipun kekuatan atau intensitasnya tidak sama, sedangkan bidang minatnyapun berbeda-beda pula. Jadi rasa ingin tahu tiap manusia pada tiap saat belum tentu sama kuat, demikian pula pada klompok fenomena yang menimbulkan rasa ingin tahu biasanya berbeda-beda dan dapat berubah-ubah menurut keadaan [1]. Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas untuk menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia.Dengan selalu berlansungnya perkembangan pengetahuan itu lebih nyata bahwa manusia berbeda dari pada hewan. Manusia merupakan mahluk hidup yang berakal serta mempunyai derajat yang tinggi bilah dibandingkan degan hewan atau mahluk lainnnya. c. Rasa ingin tahu menyebabkan alam pikiran manusia berkembang Ada dua macam pekembangan akan kita tinjau yaitu: 1) Perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purab hingga dewasa ini. 2) Perkembangan alam pikiran manusia sejak lahirkan sampai akhir hayatnya. Pada zaman puraba manusia sudah menghadapi berbagai teka teki, terbit dan terbenamnya matahari, perubahan bentuk bulan, pertumbuhan dan pembikan mahluk hidup, adanya angin, petir, hujan dan pelangi. Terdorong oleh rasa ingin tahu yang sangat kuat, manusia purba mulai menyelidiki apa penyebabnya terjadinya fenomena-fenomana itu dan apa akibatnya. Penyelidikan ini menghasilkan jawaban atas banyak persoalan, tetapi kemudian timbul persoalan-persoalan baru. Dengan demikian alam pikiran manusia mulai berkembang. Perkembangan itu berlangsung terus sampai sekarang dan akan berlanjut di masa mendatang. Meskipun semua orang memiliki rasa ingin tahu, tidak semua orang dan mampu mengadakan penyelidikan sendiri. Banyak yang sudah merasa puas dengan memilih jalan pintas yaitu bertanya kepada orang lain yang telah mengadakan penyelidikan atau bertanya. Alam pikiran seorang bayi yang baru lahir mengalami perkembangan yang hampir serupa. Ketika anak kecil mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan itu, anak kecil mengadakan penyelidikan sendiri atau bertanya kepada ibu, ayah, kakak atau orang lain yang mengasuhnya. Dengan demikian alam pikiran anak berkembang dengan pesat .rasa ingin tahu anak akan melemah, apabila orang-orang disekelilingnya terlalu sibuk, terlalu malas atau terlalu bodoh untuk memuaskan rasa ingin tahu anak itu. Dengan dwmikian alam pikiran anak itu akan terhambat. Perkembangan alam dapat juga disebabkan oleh rangangan dari luar, tanpa dorongan dari dalam yang berupa rasa ingin tahu. Misalnya: orang yang tinggal dekat hutan menyaksikan kebakaran hutan, orang yang sebenarnya tidak berminat dipaksah untuk mendengarkan ceramah. Sebab eksteren semacam itu memang dapat menimbulkan perkemangan alam pikiran manusia, tapi hasil itu biasanya tidak mndalam dan tidak tahan lama [3]. 2. Mitos, Penalaran Dan Pengetahuan Pangkal Kelahiran Ipa a. Mitos Menurut A. Comte bahwa dalam sejarah perkembangan manusia ada tiga tahap, yaitu: 1) Tahap teologi atau tahap metafisika 2) Tahap filsafat 3) Tahap positif atau tahap ilmu. Dalam tahap teologi atau tahap metafisika, manusia menyusun mitos atau dongeng mengenal realita atau kenyataan, yaitu pengetahuan yang tidak obyektif, melainkan subyektif.Mitos ini diciptakan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia.Dalam alam pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk, yang berkerja hanya daya khayal, intuisi, atau imajinasi. Dalam menghadapi pristiwa yang menakjubkan seperti terjadinya gerhana, halilintar, topan, banjir, gempa, gunung meletus, manusia prmitif selalu menghubungkannya dengan kekuasaan atau perbuatan dewa, hantu, setan atau mahluk ghaib lainnya. Demikianlah manusia pada tahap mitos/teologi menjawab keingintahuannya dengan menciptakan dongeng-dongeng atau mitos, karena alam pikirannya masih terbatas pada imajinasi atau intuisi. b. Penalaran deduktif (Rasionalisme). Berkat pengamatan yang sitematis dan kritis, serta makin bertambahnya pengalaman yang diperoleh, lambat laun manusia berusaha mencari jawab secara rasional dengan meninggalkan cara yang irisional. Pemecahan secara rasional berarti mengandalkan rasio dalam usaha memperoleh pengetahuan yang benar.Kaum rasionalis mengembangkan paham yang disebut rasionalisme. Dalam menyusun pengetahuan, kaum rasionalis menggunakan penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme.Silogisme itu terdiri atas dua buah pertanyaan dan sebuah kesimpulan.Kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis minor. Dengan demikian jelas bahwa penalaran deduktif ini pertama-tama harus mulai dengan pernyataan yang sudah pasti kebenarannya. Penalaran deduktif dapat diperoleh bermacam-macam pengetahuan mengenai sesuatu, obyek tertentu tanpa ada kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak. Disamping itu juga terdapat kesulitan untuk menerapkan konsep rasional kepada kehidupan praktis. c. Penalaran Indukatif ( Empirisme) Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan penalaran deduktif ternyata mempunyai kelemahan, maka muncullah pandangan lain yang berdasarkan pengalaman kongkret. Mereka yang mengembangkan pengetahuan berdasarkan pengalamanan kongkret disebut penganut empirisme. Paham empirisme menganggap bahwa pengetahuan yang benar ialah pengetahuan yang diperoleh langsung dari pengalaman kongkret. Menurut paham empirisme ini, gejala alam itu bersifat kongkret dan dapat ditangkap dengan panca indera manusia. Dengan penalaran indukatif ini makin lama dapat disusun pernyataan yang lebih umum lagi dan bersifat fundamental. Dengan cara ini dapat diperoleh prinsip-prinsip yang bersifat umum sehingga memudahkan dalam memahami gejala yang beraneka ragam. Namun demikian ternyata bahwa pengetahuan yang dikumpulkan berdasarkan penalaran induktif ini masih belum dapat diandalkan kebenarannya. Misalnya dari hasil pengamatan terhadap anak-anak yang berprestasi tinggi dibeberapa sekolah menunjukkan bahwa semuanya berhidung mancung. d. Pendekatan Ilmiah, kelahiran IPA Agar supaya himpunan pengetahuan itu dapat disebut ilmu pengetahuan, harus digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan ilmiah. Dengan demikian kesimpulan yang diperoleh lebih dapat diandalkan dan hasilnya lebih mendekati kebenaran. Jadi suatu himpunan pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan bilamana cara memperolehnya menggunakan metode keilmuan, yaitu gabungan antara rasionalisme dan empirisme. 3. Metode Ilmiah Sebagai Ciri Ipa a. Metode Ilmiah Metode ilmiah merupakan cara dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Dapat juga dikatakan bahwa metode ilmiah merupakan gabungan antara rasionalisme dan empirisme. Cara-cara berfikir rasional dan empiris tersebut tercermin dalam langkah-langkah yang terdapat dalam proses kegiatan ilmiah tersebut. Kerangka dasar prosedurnya dapat diuraikan atas langkah-langkah berikutnya: 1) Penemuan atau penentuan masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita menghadapi berbagai masalah.Dengan adanya masalah ini maka otak kita mulai berfikir.Masalah tersebut harus dirumuskan sedemikian rupa hingga memungkinkan untuk dianalisis secara logis dan kemudian mudah untuk dipecahkan. 2) Perumusan kerangka masalah Langkah ini merupakan usaha untuk mendeskripsikan permasalahannya secara lebih jelas.Unsur-unsur yang membentuk kerangka ini dapat diturunkan secara empiris.Jadi dalam langkah perumusan kerangka permasalahan ini, kita sudah mulai berfikir secara empiris dan secara rasional. 3) Pengajuan Hipotesis Hipotesis adalah kerangka pemikiran sementara yang menjelaskan hubungan antara unsur-unsur yang membentuk suatu kerangka permasalahan.Kerangka pemikiran sementara diajukan tersebut disusun secara deduktif berdasarkan premis-premis atau pengetahuan yang telah diketahui kebenarannya. 4) Deduksi Hipotesis Kadang-kadang, dalam menjembatani permasalahan secara rasional dengan pembuktian secara empiris membutuhkan langkah perantara. 5) Pengujian Hipotesis Langkah ini merupakan usaha untuk mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan deduksi hipotesis.Jika fakta-fakta tersebut sesuai dengan konsekuensi hipotesis, berarti bahwa hipotesis yang diajukan terbukti/benar, karena didukung oleh fakta-fakta yang nyata.Jadi kriteria untuk menetukan apakah suatu hipotesis itu benar atau tidak ialah kenyataan empiris, apakah hipotesis tersebut didukung oleh fakta atau tidak.Langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut diatas tersusun dalam urutan yang teratur, langkah yang satu merupakan persiapan bagi langkah berikutnya. 4. Keterbatasan dan keunggulan metode ilmiah a. Keterbatasan Data berasal dari pengamatan yang dilakukan oleh panca indera.Kita mengetahui bahwa panca indera mempunyai keterbatasan untuk menangkap sesutu fakta. Keterbatasan lain dari metode ilmiah adalah tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan yang bersangkutan dengan baik dan buruk atau sistem nilai, tentang seni dan keindahan, dan juga tidak dapat menjangkau untuk menguji adanya Tuhan. b. Keunggulan Ilmu atau Ilmu pengetahuan (termasuk IPA) mempunyai ciri khas yaitu obyektif, metodik, sistematik dan berlaku umum. Dengan sikap tersebut maka orang berkecimpung atau selalu berhubungan dengan ilmu pengetahuan akan terbimbing sedemikian hingga padanya terkembangkan suatu sikap yang disebut ilmiah. Yang dimaksud dengan sikap ilmiah tersenut adalah sikap: • Mencintai yang kebenaran obyektif, dan bersikap adil. • Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolut. • Tidak percaya pada takhayul, astrologi maupun untung-untungan. • Ingin tahu lebih banyak. • Tidak berpikir secara perasangka. • Tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata. • Optimis, teliti dan berani menyatakan kesimpulan yang menurut keyakinan yang ilmiahnya adalah benar. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Segala yang diketahui oleh manusia itu adalah “pengetahuan” pengetahuan itu dapat digolongkan menjadi dua bagian : Pengetahuan Ilmiah dan Non Ilmiah. Pengetahuan Non Ilmiah didapat dari perangsangka, coba-coba, intuisi, dan tidak sengaja. Pengetahuan ilmiah ini didapat dari usaha yang dasar (Sengaja) dengan syarat : Objektif, Metodik, sistematik, dan berlaku umum Kelemahan metode ilmiah adalah bahwa metode ilmiah tidak dapat menjawab atau memperoleh kesimpulan dalam hal-hal yang menyangkut keindahan, sitem penilaian baik dan buruk, serta agama yang berasal dari wahyu ilahi. Adapun keunggulan metode ilmiah antara lain adalah dapat membuat kita menjadi obyektif dan universal, menceritakan kebenaran, tidak percaya pada tahayul, mempunyai pikiran yang terbuka, tidak percaya begitu saja kepada pendapat sebelum ada bukti yang nyata dan bersikap optimis, teliti dan berani karena benar B. Saran Dengan adanya makalah ini, diharapkan pada mahasiswa, khususnya bagi sipenulis sendiri agar lebih muda memahami sedara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang dikaji kedalam IAD, antara lain memahami konsef-konsef dasar penalaran mahasiswa dalam akses tensinya sebagai telektual Muslim. DAFTAR PUSTAKA Abdul Aly, dkk. 2011. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta : PT Bumi Aksara. Ibnu Mas’ud, dkk. 1998. Ilmu Alamiah Dasar, Bandung : CV Pustaka Setia. Jasin Maskoeri. 1987. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta : PT Rajagrapindo Persada. Mawardi, dkk. 2002. IAD, IBD, ISD, Bandung : Pustaka Setia. Tim UNS, 1988. Ilmu Alumni Dasar I-II-III, Solo : UNS. Margono, dkk. 1982. Ilmu Alamiah Dasar, Surakarta : UNS. Rosmin Mien, dkk. 1986. Ilmu Alamiah Dasar, Semarang : IKIP. Darmodjo Hendro. 1986. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta : Modul 1-3, Karunika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari