Sebuah catatan kecil untuk sekedar dikenang dan orang tau bahwa aku pernah Hidup. Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia!” semoga dengan catatan kecil ini dapat bermanfaat dan menebarkan kebaikan Apa yang dikatakan akan lenyap, apa yang ditulis akan abadi. Aku melintasi kehidupan Kuberanikan diri menulis catatan ini untuk mengabadikan momen hidup (Muhamad Edwan Ansari)
Kamis, Desember 26, 2013
Demi waktu. Sesungguhnya semua manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman den mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. (QS. AI Ashr (103):1-3).
Pengantar Kata Redaksi
Assalamualaikum wr.wb
Sebuah tulisan dalam rangka mencari inspirasi untuk hidup lebih baik dan lebih indah ditengah himpitan, kesulitan, beban, dan persaingan hidup yang sangat ketat.
Hidup ini tidak mulus, selalu saja ada halangan dan rintangan yang selalu menghampirinya, tetapi kita tidak bisa meminta kepada Allah untuk dihindarkan dari musibah. Disinilah keindahan Islam, yang harus kita minta adalah agar kita bisa melalui ujian yang diberikan Allah, supaya kita menjadi umat pilihan, umat yang membuktikan kadar keimanan kita kepada Allah.)
Untuk inilah buletin ini ditulis, sebagai cara kami belajar mengambil inspirasi dari Kehidupan agar kami bisa melewati ujian yang menimpa diri kami ini dengan baik. Sengaja ditulis agar bisa berbagi dengan pembaca lainnya dan mendapatkan manfaat yang sama bahkan bisa mengambil hikmah lebih dalam dibanding saya sendiri.
Buletin ini bukan maksud mengurui, jika Anda ingin mendalami tafsir lebih dalam dari ayat-ayat yang dikutip dalam Buletin ini silahkan buka buku-buku tafsir dari para ulama yang terpercaya seperti Ibnu Katsir dan Sayyid Quthb. Atau Anda juga bertanya kepada para ulama terpecaya yang bisa Anda temui. Buletin ini hanya berisikan renungan-renungan pribadi kami yang tidak bermaksud menafsirkan ayat-ayat tersebut, dan hanya Berusaha melakukan sebuah Ikhtiar sederhana untuk generasi umat. Semoga Allah Swt memberikan kekuatan kepada kami.Amien...
Ketua Redaksi : M. Edwan Ansari, S.Pd.I
WAKTU
( Oleh : M. Edwan Ansari, S.Pd.I )
Demi waktu. Sesungguhnya semua manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman den mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. (QS. AI Ashr (103):1-3).
Surat dengan tiga ayat tersebut di atas, begitu populer di kalangan kita, umat Islam. Bahkan saking populemya, hampir semua kita telah menghafalnya, termasuk anak-anak kecil sekalipun. Memang, ayat yang mengandung makna yang sangat dalam tersebut betul-betul mudah untuk dihafalkan.
Imam Syafi’i rahimahullah pemah mengatakan, bahwa seandainya Allah SWT hanya menurunkan surat Al Ashr ini saja kepada kita, sebenarnya sudah cukup. Hal itu dikarenakan isi kandungan ayat dalam surat tersebut sudah mewakili dari semua ajaran Islam. Atau bisa dikatakan, ayat-ayat dalam
surat Al Ashr tersebut, merupakan intisari dari keseluruhan ajaran al Qur’an.
Dengan jelas kita dapat membaca arti ayat dalam surat Al Ashr tersebut. Secara tegas Allah SWT bersumpah dengan nama ciptaannya, yakni waktu. Menurut para mufassiriin (ulama ahIi
Tafsir Al Quran), jika Allah SWT bersumpah atas nama salah satu ciptaanNya, maka hal itu menunjukkan bahwa apa yang Allah SWT sampaikan setelah sumpah tersebut adalah hal yang sangat penting dan perlu perhatian khusus.
Termasuk dalam surat Al Ashr ini. Allah SWT telah menegaskan, bahwa pada dasarnya, manusia yang tidak dapat memenuhi apa yang disebutkan setelah sumpah Allah SWT dalam surat ini, betul-betul akan menjadi orang yang muflis (bangkrut), bukan saja di dunia, namun juga di akhirat. Na’udzubillahimindzaalika.
Saking pentingnya waktu dalam kehidupan seorang manusia, terlebih seorang muslim, maka patut kiranya jika kita mencoba menggali sifat dan kelebihan waktu ini, agar kita menjadi orang yang mampu menghargai waktu yang diberikan Allah SWT kepada kita. Karena, shahabat Ali bin Abi Thalib ra. pemah mengatakan bahwa: “Al waqtu kasy syaif”, “Waktu itu ibarat pedang” Artinya, siapa yang mampu memanfaatkan waktu yang dimilikinya, maka dia akan mendapatkan keberuntungan dan siapa yang tidak dapat memanfaatkan waktu yang dimilikinya, maka dia akan celaka, ibarat orang yang tertebas pedang, yang dipegangnya sendiri.
Dr. Yusuf Qardhawi rahimahullah dalam kitabnya yang berjudul : “Al waqtu fii hayaatil muslim; Waktu dalam kehidupan seorang muslim” menegaskan bahwa sesungguhnya waktu itu memiliki beberapa sifat yang sekaligus merupakan kelebihan atau keutamaannya.
Diantara sifat waktu adalah:
1. Waktu, sangat cepat berlalunya.
2. Waktu, tak ada yang mampu menahan gerak Iajunya.
3. Waktu, jika sudah berlalu, tak mungkln kombali lagi.
4. Waktu, kekayaan yang paling berharga bagi manusla.
Agar tidak bangkrut
Sesungguhnya, Allah SWT sangat sayang kepada manusia. Allah SWT sangat memperhatikan kondisi kita. Allah Maha tahu, bahwa manusia itu lemah dan bodoh. Untuk itulah Allah SWT menurunkan aturannya, agar manusia tidak usah pusing-pusing lagi mencari cara demi meraih kebahagiaan hidupnya. Semuanya dengan gamblang telah Allah jelaskan di dalam firman-firman-Nya.
Berdasarkan ayat dalam surat Al Ashr di atas, agar kita tidak tergolong ke dalam kelompok orang-orang yang bangkrut, orang-orang yang merugi dan menyesal, maka kita harus selalu melakukan beberapa perkara, yaitu:
a. Selalu menjaga kualitas kelmanan
Kita, manusia biasa. Kita bukan malaikat. Kita bukan nabi, bukan pula rasul. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha agar keimanan yang terpatri dalam hati kita tetap terjaga kekokohannya. Sebab, Rasulullah SAW pemah bersabda bahwa: “Al iimaanu yazildun wa yanqushun”
‘Keimanan (manusia) itu bisa bertambah dan bisa berkurang’ (Hadits Syarif).
Karena fluktuasi naik turunnya keimanan itu begitu mudah terjadi, maka kita harus selalu mewaspadai masuknya tipu daya syaithan laknatullah alaih dan berbagai macam hal yang akan meruntuhkan benteng keimanan kita.
Menjaga stabilitas keimanan, menjadi sebuah tuntutan yang harus dilaksanakan setiap perang, jika ia ingin bahagia.
b. SeIaIu melipatgandakan amal shalih
Allah SWT telah berfirman, bahwa segala amal yang kita lakukan, pasti akan mendapat balasan. Yang baik akan dibalas dengan pahala dan nikmat berupa syurga, dan yang buruk akan dibalas dengan siksa di neraka.
“Fa man ya’mal mitsqala dzarratin khairan yarah, wa man ya’mal mitsqala darratin syarran yarah, ‘Barangsiapa beramal kebajikan sekecil atom sekalipun, pasti akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang berbuat keburukan, sekecil atom sekalipun, pasti juga akan melihat balasannya, begitu salah satu terjemah bebas dari firman Allah SWT di dalam Al Quran. Bahkan, dengan sangat-angat tegas lagi jelas, Allah SWT menjelaskan di dalam Al Quran bahwa:
“Hal jazzaa’ul ihsaan illal ihsaan”, Tidak ada balasan bagi kebaikan, kecuali kebaikan pula (OS. Ar Rahmaan (55): 60).
Dalam pepatah Jawa juga telah dikatakan, bahwa “Becik ketitik, ala ketara, atau “Sapa sing nandhur, bakale ngundhuh.”
Untuk itu, agar kita tidak termasuk orang-orang yang akan merugi, maka kita harus melipatgandakan investasi (tabungan) amal shalih kita. lnilah cara yang paling efektif.
c. SelaIu melakukan kegiatan da’wah
Resep ketiga agar kita tidak celaka dan menyesal, kita diwajibkan untuk melakukan kegiatan dawah, amar ma’ruf nahi munkar, mengajak kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran.
Maka, meski ktia belum mahir bekhutbah, bukan berarti kita tidak wajib berda’wah. Sebab, khutbah, bukan satu-satunya cara berda’wah. Khutbah, hanyalah salah satu model dari cara berdawah. Masih banyak cara lain yang dapat kita lakukan. Misalnya berdawah melalui tulisan atau menyebarkan ide dan gagasan melalui media massa, berdawah melalui seni dan hiburan yang Islami, dan lain sebagainya.
d. SeIaIu melipatgandakan kesabaran
Hidup ini, memang banyak tantangan, hambatan, cobaan dan godaan. Hanya mereka yang sabarlah yang akan mampu meraih keberuntungan. Bahkan, saking pentingnya bersabar menghadapi segala cobaan hidup ini, DR. Yusuf Qardhawi rahimahullah pemah melakukan penelitian, bahwa di dalam Al Quran kata-kata shabar disebutkan Allah SWT
lebih dan 60 kali. Hal mi menunjukkan, betapa pentingnya arti kesabaran dalam menjalani kehidupan kita.
Shabar memang berat, sebab tidak ada-balasan yang akan Allah SWT berikan kepada orang yang penyabar, kecuali syurga yang penuh kenikmatan. Allah SWT berfirman: “lnnallaah maash shaabiriin, “Sesungguhnya Allah senantiasa bersama orang-orang yang shabar’.
Namun, yang dimaksud kesabaran di sini bukanlah kesabaran tanpa ikhtiyar (usaha). Justru, shabar yang dimaksudkan dalam al Quran adalah kesabaran yang disertai dengan perjuangan yang sungguh-sungguh (mujahadah) untuk dapat keluar dan problematika yang melilit.
Untuk itulah, mari kita semua senantiasa berusaha sekuat tenaga agar waktu yang Allah SWT berikan kepada kita betul-betul membawa keberkahan dalam hidup kita.
Mumpung waktu masih ada, mari kita berlomba, meraih ridha Allah dan syurga-Nya.
Tolong-menolong Dalam Kebaikan Dan Ketaqwaan
(Riadushalihin Bab 21)
Allah Ta'ala berfirman: "Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan." (al-Maidah: 2)
Allah Ta'ala juga berfirman: "Demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amatan shalih, juga suka sating pesan-memesan dengan kebenaran serta saling pesan-memesan dengan saling kesabaran." (al-'Ashr: 1-3) Imam as-Syafi'i rahimahullah mengucapkan suatu uraian yang maksudnya ialah bahawasanya seluruh manusia atau sebahagian besar dari mereka itu terlalai untuk memikir-mikirkan isi kandungan surah ini.
Dari Abdur Rahman bin Zaid bin Khalid al-Juhani r.a., katanya: "Nabiullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang memberikan persiapan - bekal - untuk seseorang yang berperang fi-sabilillah, maka dianggaplah ia sebagai orang yang benar-benar ikut berperang - yakni sama pahalanya dengan orang yang ikut berperang itu. Dan barangsiapa yang meninggalkan kepada keluarga orang yang berperang - fi-sabilillah - berupa suatu kebaikan - apa-apa yang dibutuhkan untuk kehidupan keluarganya itu, maka dianggap pulalah ia sebagai orang yang benar-benar ikut berperang." (Muttafaq 'alaih)
Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan suatu pasukan sebagai utusan untuk memerangi Bani Lihyan dari suku Hudzail, lalu beliau bersabda: "Hendaklah dari setiap dua orang berangkat salah seorang saja dari keduanya itu -maksudnya setiap golongan supaya mengirim jumlah separuhnya, sedang separuhnya yang tidak ikut berangkat adalah yang menjamin kehidupan keluarga dari orang yang ikut berangkat berperang itu, dan pahalanya adalah antara keduanya - ertinya pahalanya sama antara yang berangkat dengan yang menjamin keluarga yang berangkat tadi." (Riwayat Muslim Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. bertemu dengan sekelompok orang yang berkenderaan di Rawha' - sebuah tempat di dekat Madinah,
lalu beliau bertanya "Siapakah kaum ini?" Mereka menjawab: "Kita kaum Muslimin." Kemudian mereka bertanya: "Siapakah Tuan?" Beliau menjawab: "Saya Rasulullah." Kemudian ada seorang wanita yang mengangkat seorang anak kecil di hadapan beliau lalu bertanya: "Adakah anak ini perlu beribadat haji?" Beliau menjawab: "Ya dan untukmu - wanita itu - juga ada pahalanya." (Riwayat Muslim)
Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. dari Nabi s.a.w. bahawasanya beliau s.a.w. bersabda:
"Juru simpan yang Muslim dan dapat dipercaya yang dapat melangsungkan apa yang diperintahkan padanya, kemudian memberikan harta yang disimpannya dengan lengkap dan cukup, juga memberikannya itu dengan hati yang baik - tidak kesal atau iri hati pada orang yang diberi, selanjutnya menyampaikan harta itu kepada apa yang diperintah padanya, maka dicatatlah ia - juru simpan tersebut - sebagai salah seorang dari dua orang yang bersedekah - juru simpan dan pemiliknya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Yang memberikan untuk apa saja yang ia diperintahkan." Para ulama lafaz almutashaddiqain dengan fathah qaf serta nun kasrah, kerana tatsniyah atau sebaliknya - kasrahnya qaf serta fathahnya nun, kerana jamak. Keduanya shahih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari