Rabu, Desember 25, 2013

Kesehatan Mental

A. PENDAHULUAN Peran keluarga sangat penting dalam upaya mengembangkan kesehatan mental anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya, yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Syamsu Yusuf (Dosen UPI) dalam artikelnya yang berjudul ” Mengembangkan kesehatan mental berbasis keluarga ” menyatakan bahwa agama memberikan petunjuk tentang tugas dan fungsi orang tua dalam merawat dan mendidik anak, agar dalam hidupnya berada dalam jalan yang benar, sehingga terhindar dari malapetaka kehidupan, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak (kandungan Alquran, Surat Attahrim:6). Rasulullah saw. dalam salah satu hadisnya bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tauhiidulllah), karena orang tuanyalah anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (H.R. Bukhari & Muslim, dalam Panitia Mudzakarah Ulama, 1988). Berkenaan dengan peran keluarga (orang tua) dalam mendidik anak, Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ikhtisar Ihyau Ulumuddin terjemahan Mochtar Rasjidi dan Mochtar Jahja (1966:189) mengemukakan bahwa anak merupakan amanat bagi orang tuanya, dia masih suci laksana permata, baik atau buruknya perkembangan anak, amat bergantung kepada baik atau buruknya pembiasaan yang diberikan kepadanya. Keluarga merupakan aset yang sangat penting, individu tidak bisa hidup sendirian, tanpa ada ikatan-ikatan dengan keluarga. Begitu menurut fitrahnya, menurut budayanya, dan begitulah perintah Allah SWT. Keluarga memberikan pengaruh yang besar terhadap seluruh anggotanya sebab selalu terjadi interaksi yang paling bermakna, paling berkenan dengan nilai yang sangat mendasar dan sangat intim (Djawad Dahlan, dalam Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandaatmaja, 1994:49). Keluarga mempunyai peranan penting karena dipandang sebagai sumber pertama dalam proses sosialisasi (Uichol Kim & John W. Berry). Keluarga juga berfungsi sebagai transmitter budaya, atau mediator sosial budaya anak (Hurlock, 1956; dan Pervin, 1970). Keluarga juga dipandang sebagai instansi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya, dan pengembangan ras manusia. Jika mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan, dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-bilogis, maupun sosiopsikologisnya. Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan itu diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang; dan mengembangkan hubungan yang baik di antara anggota keluarga. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek, dan keinginan untuk menumbuhkembangkan anak yang dicintainya. Keluarga yang hubungan antaranggotanya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication, dapat mengembangkan masalah-masalah kesehatan mental (mental illness) bagi anak. B.PEMBAHASAN Dunia yang penuh dengan keceriaan adalah dunia anak-anak. Mereka seperti kitiran yang tak pernah berhenti bergerak dan berceloteh. Hal ini antara lain ditunjang oleh otot-otot tubuhnya yang lentur, sehingga si kecil luwes menekuk sendi seluruh tubuhnya. Itu sebabnya, waspada bila si kecil tiba-tiba lesu, karena siapa tahu dia sedang tidak enak badan namun enggan mengatakannya. 1. Bahagia dan Responsif. Ketika diajak bicara, si kecil menunjukkan kontak mata yang responsif. Banyak pakar pekembangan mengatakan, kecerdasan anak antara lain bisa dilihat dari kontak matanya yang responsif. Untuk menstimulasinya, ajak anak bicara setiap ada kesempatan. Baik ketika memberi makan. Bermain atau ketika diajak bepergian. Biasakan bicara dengan melihat mata si kecil. 2. Rambut tidak mudah rontok dan kusam. Ini bukan masalah rambut tipis, karena tebal atau tipis rambut biasanya sudah bawaan. Tapi, jangan abaikan bila rambut si kecil mudah rontok dan tampak kusam. Bisa jadi dia kekurangan zat gizi tertentu, seperti vitamin B kompleks dan mineral seng (zinc). Sebaliknya, dengan rambut mengilap dan kuat, menunjukkan bahwa si kecil cukup gizi, serta kebersihan rambut dan kulit kepalanya terjaga. 3. Gigi cemerlang. Senyum si kecil yang menggemaskan antara lain karena giginya tumbuh dengan baik, sesuai waktunya. Jika di usia setahun gigi pertamanya belum juga tumbuh, bisa jadi si kecil kekurangan kalsium. Tak perlu menunggu si kecil sakit gigi, sebaliknya biasakan ke dokter gigi 6 bulan sekali untuk pemaliharaan. 4. Gusi merah muda, tak mudah berdarah. Kalau gusi si kecil mudah berdarah, ada kemungkinan dia mengalami defisiensi (kekurangan) vitamin C. Gusi dan gigi yang sehat dan terawat juga membuat mulut si kecil tak bau busuk. 5. Kulit bersih, dan jika terjadi luka mudah sembuh. Kesehatan, termasuk kulit, memang dimulai dengan kebersihan. Dalam kondisi sehat, sel-sel kulit juga jadi lebih cepat memperbaiki diri ketika terjadi luka. 6. Kuku merah muda (tidak pucat) dan tidak rapuh. Ini menunjukkan bahwa si kecil tidak mengalami anemia (kekurangan sel darah merah) dan tidak kekurangan mineral kalsium. 7. Suhu tubuh antara 36,5 Derajat Celsius - 37,5 Derajat Celsius. Tak perlu repot-repot setiap saat mengecek suhu si kecil dengan termometer. Kita cukup mengamati perilakunya saja. Kelincahan dan cerianya bisa jadi pertanda suhu tubuhnya normal. Jika anak tampak lesu, baru cek suhu tubuhnya. Biasanya, jika terjadi infeksi kuman penyakit, suhu tubuh si kecil akan meningkat. 8. Makan, lahap. Si kecil terampil makan sesuai dengan tahap perkembangannya. Jika di usia 2 tahun anak masih melepeh makanannya, misalnya, bisa jadi dia mengalami gangguan mengunyah dan menelan makanan gara-gara ia tidak melalui “tahap emas” belajar makan dengan baik di usia 6-12 bulan. Selain kurang gizi, gangguan ini juga bisa mengganggu kemampuan bicara anak, karena kerja otot motor di organ mulut berkaitan erat dengan keterampilan bicara seseorang. 9. Tidurnya lelap dalam waktu yang cukup. Anak usia di bawah 5 tahun perlu tidur sekitar 10 jam sehari, sehingga sel-sel saraf di otaknya berkembang baik. Tentu saja ini akan mendukung perkembangan kecerdasannya, selain rangsangan dari lingkungan. 10. Urusan ke “Belakang” lancar. Si kecil buang air besar secara teratur, tidak pernah sembelit dan diare. Hal ini menunjukkan kerja organ pencernaannya baik. Ganggguan sembelit yang berkepanjangan dapat menyebabkan berbagai gangguan di organ dalam, karena sisa makanan terlalu lama tersimpan di perut. Selain itu, mungkin juga timbul gangguan di alat pembuangan, misalnya ambeien. Karena anak sering mengejan. Sedangkan diare menunjukkan ada gangguan di alat pencernaan, sehingga penerapan makanan kurang baik. 11. Cocok dengan KMS. Kartu menuju sehat (KMS) atau agenda tumbuh kembang si kecil dari dokter sebaiknya Anda jadikan “primbon” untuk memantau perkembangan si kecil. Apakah tumbuh kembangnya sudah sesuai dengan usianya? Bila ada penyimpangan, jangan tunda berkonsultasikannya dengan dokter si kecil agar segera ditangani, sehingga si kecil pun tumbuh dan berkembang optimal! 12. Antusias Bermain Anak sehat selalu antusias diajak bermain (tentu saja kecuali bila dia mengantuk). Sekadar bermain ciluk ba, main bola, atau mengayun-ayun tubuhnya, sudah akan menyenangkan si kecil. 13. Bentuk Kaki Normal. Kalau pun ketika lahir bentuk kakinya O, biasanya menjelang usia 2 tahun akan berangsur normal. Jika setelah usia 3 tahun kaki si kecil, masih tampak seperti O atau X, sebaiknya diperiksakan ke dokter. Siapa tahu dia butuh pertolongan khusus dari dokter. Lebih cepat terdeteksi, lebih maksimal pula hasil koreksinya. 14. Harum Baunya! Berkeringat sih boleh, tapi sebaiknya segera dilap dan diganti bajunya, sehingga bau tubuhnya pun tidak menyengat. Keringat yang tak dilap dan tubuh yang jarang dibersihkan, bisa menjadi sumber munculnya penyakit. Ciri - ciri kepribadian anak yang sehat Hingga saat ini, para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitiankepustakaan yangdilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall danGardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentangkepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya,akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggaplebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalahorganisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yangmenentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadaplingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalahpenyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian dirisebagai "suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioralmaupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalamdiri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memeliharakeseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan(norma) lingkungan. Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khassehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya.Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya,misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup : 1. Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat. 2. Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsang an yang datang dari lingkungan. 3. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen 4. Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhada prangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa 5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi. 6. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth(Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut : Kepribadian yang sehat : 1. Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. 2. Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna. 3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik. 4. Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. 5. Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya. 6. Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak) 7. Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan. 8. Berorientasi keluar (ekstrovert) ; bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya. 9. Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan social dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain. 10. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya. 11. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh factor faktor achievement (prestasi) acceptance (penerimaan) , dan affection (kasih sayang) Kepribadian yang tidak sehat : 1. Mudah marah (tersinggung) 2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan 3. Sering merasa tertekan (stress atau depresi) 4. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang 5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum 6. Kebiasaan berbohong 7. Hiperaktif 8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas 9. Senang mengkritik/ mencemooh orang lain 10. Sulit tidur 11. Kurang memiliki rasa tanggung jawab 12. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan factor yang bersifat organis) 13. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama 14. Pesimis dalam menghadapi kehidupan 15. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Mental .oleh : Prof. Dr. Zakiah Daradjat. refleksiteraphy.com www. refleksiteraphy.com - Powered by Alkindyweb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Muhammad Edwan Ansari