Kamis, Desember 26, 2013

Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial

A. Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial Pada Kurikulum 1999 kebijakan salah satunya adalah konsep pendekatan belajar tuntas. Siswa tidak bisa mengikuti kompetensi berikutnya jika siswa belum menuntaskan kompetensi yang sedang dijalani. Sedang siswa yang memperoleh ketuntasan dan berprestasi melebihi rata-rata dalam konsep kurikulum 1999 ini juga perlu mendapat perhatian khusus oleh guru. Dalam istilah kurikulum 1999 mereka yang belum tuntas perlu mendapatkan pengajaran remedial, sedang mereka yang sudah tuntas dan berprestasi diatas rata-rata perlu mendapatkan pengayaan. Dengan demikian sekolah berkewajiban untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan sesuai dengan lingkungan yang tersedia. Untuk beberapa siswa yang mempunyai prestasi belajar dibawah rata-rata atau norma yang ditetapkan bila dibandingkan dengan prestasi belajar teman-temannya. Berdasarkan prinsip belajar tuntas maka siswa tersebut perlu mendapatkan penangan khusus. Sebagaimana telah disebutkan di atas siswa yang mengalami kejadian tersebut perlu mendapat perhatian dari guru yaitu diberi pengajaran remedial (remedial teaching). Dalam Kamus Bahasa Inggris , kata Remedial berarti : yang berhubungan dengan perbaikan. Dengan demikian yang dimaksud dengan pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat perbaikan, atau pengajaran yang membuat menjadi baik. Dalam belajar mengajar guru melakukan pengajaran dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara optimal. Namun jika ternyata terdapat siswa yang lamban dalam belajar dan prestasi belajarnya rendah maka diperlukan suatu proses belajar mengajar yang dapat membantu siswa agar tercapai hasil yang diharapkan. Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diadakan pengajaran biasa (klasikal), dimana siswa (kelompok) yang belum memenuhi standar minimimal yang telah ditentukan pada topik/kompetensi, dikumpulkan tersendiri untuk mendapatkan pengajaran kembali. Dalam pengajaran remedial yang diperbaiki adalah keseluruhan proses belajar mengajar seperti cara mengajar, metode pengajaran, materi pelajaran, alat belajar dan lingkungan belajar. Dalam pengajaran remedial terjadi proses penyembuhan (terapi) pada siswa, jika sudah sembuh maka akan dikembalikan lagi ke kelas semula. Anonim (1999:34) Pengajaran remedial berbeda dengan proses belajar mengajar biasa dalam segi : • Tujuan. Pengajaran biasa diarahkan pada penguasaan (matery) bahan secara tuntas sehingga tujuan instruksional maupun tujuan pengiring tercapai secara maksimal. Sedangkan pengajaran remedial lebih diarahkan pada peningkatan penguasaan bahan sehingga sekurang-kurangnya siswa yang bersangkutan dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang mungkin diterima. • Strategi. Strategi belajar remedial sifatnya sangat individual dalam arti tergantung pada letak masalah yang dihadapi setiap siswa. Metode penyampaian harus bervariasi dan diharapkan disusun secara sistematis dari materi / tugas yang mudah menuju tugas yang sukar. • Bahan. Bahan pengajaran remedial biasanya dengan penggolongan-penggolongan yang lebih kecil daripada bahan yang dikembangkan untuk pengajaran biasa. Sedang Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (2000:114) merinci perbedaan antara pengajaran remedial dengan pengajaran biasa sebagai berikut: Anonim (1999:45), mengatur mengenai langkah-langkah pengajaran remedial sebagai berikut : Dalam pengejaran remedial seorang guru dapat menggunakan tiga cara pendekatan yaitu pencegahan (preventif), penyembuhan (curative) dan perkembangan (development). Hal ini memerlukan kesabaran dan ketekunan guru dalam melaksanakan pengajaran remedial, mengingat dalam pengajaran ini guru dituntut untuk memperhatikan perkembangan belajar siswa secara individual. Guru harus mampu mendeteksi siapa-siap sajaa siswa yang perlu mendapat perhatian dan perlu memperoleh pengajaran remedial. Sedang Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (2000:114) merinci perbedaan antara pengajaran remedial dengan pengajaran biasa sebagai berikut: Jadi dari uraian di atas ternyata dapat disimpulkan mengenai perbedaan proses belajar mengajar biasa dengan pengajaran remedial. Pengajaran biasa bertujuan untuk pencapaian TIK secara maksimal, sedang pengajaran remidial bertujuan untuk untuk penguasaan bahan bagi siswa yang mengalami kesulitan pada TIK tertentu. Strategi belajar mengajar pada pengajaran biasa yaitu kelas klasikal dimana siswa berkumpul dalam satu kelas untuk mendapat pengajaran dengan metode yang sama untuk semua siswa, pendekatan dan teknik yang sama serta pemberian evaluasi (ulangan) menggunakan alat yang sama (seragam) untuk semua siswa. Sedang pada pengajaran remedial strategi yang diberikan bersifat individual sesuai TIK yang mana yang sulit dan belum dituntaskan oleh siswa, metode penyampaian tidak sama antar satu siswa dengan siswa lainnya hal ini tergantung sejauh mana kesulitan siswa belajar, biasanya melibatkan berbagai pihak seperti guru bidang studi dan BP, alat evaluasi yang digunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Selanjutnya mengenai bahan pengajaran, untuk bahan pengajaran biasa lebih banyak dan luas, sedang bahan pengajaran untuk remedial hanya tertentu saja, yakni pada bahan yang belum dukuasai oleh siswa saja 1. Menelaah kembali siswa yang akan diberikan bantuan. Kegiatan ini dimaksudkan agar kita memperoleh gambaran berapa lama bantuan harus diberikan, kapan oleh siapa dan sebagainya. 2. Alternatif tindakan. Jika sudah mendapat gambaran lengkap. Lalu tentukan alternatif tindakan dapat berupa : a. Disuruh mengulangi bahan yang telah diberikan dengan memberikan arahan terlebih dulu. b. Disuruh mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar mengajar yang sudah ditempuhnya dan mempunyai tujuan yang sama. c. Bila kesulitan belajar bukan karena kesulitan belajar, tapi karena faktor lain seperti sikap negatif terhadap guru, situasi belajar dan sebagainya maka siswa perlu dibimbing oleh konselor. Jika sudah mampu mengatasi masalah maka dapat diberi pengajaran remedial. 3. Evaluasi Pengajaran Remedial 4. Pada akhir kegiatan siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75% taraf pengusaan (level of mastery). Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan diagnosis dan memperoleh pengajaran remedial kembali. 5. Pendekatan Pengajaran Remedial a. Pendekatan pencegahan (preventif), dari hasil Pre-test sebelum memulai pengajaran, seorang guru sudah dapat mendeteksi bahwa seorang siswa mungkin akan mengalami hambatan dalam proses belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan upaya mengetahui secara tepat perilaku awal siswa, menggunakan pendekatan multi media dan multi metode dalam proses belajar mengajar. b. Pendekatan penyembuhan (curative), pendekatan ini diberikan kepada siswa yang sudah nyata mengalami hambatan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Gejala yang terlihat yaitu prestasinya sangat rendah dibandingkan dengan kriteria tingkat keberhasilan yang ditetapkan. c. Pendekatan perkembangan (development), pendekatan ini menuntut guru untuk memonitor terus-menerus kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung. Setiap ada hambatan segera dan secara terus-menerus. Sehingga dengan demikian guru senantiasa mengikuti perkembangan pada siswanya secara sistematis. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pengajaran remedial itu dimulai dari penelaahan kembali siswa yang mengalami kesulitan belajar, selanjutnya diberikan tindakan alternatif seperti mengulang belajar kembali atau alternatif lainnya sambil dicari penyebab kesulitan belajar siswa, selanjutnya diberikan evaluasi (ulangan) dengan target 75% penguasaan materi. Jika berhasil siswa kembali ke kelasnya untuk mengikuti pengajaran biasa secara klasikal, jika belum berhasil baru diadakan pengajaran remedial. Pengajaran remedial merupakan salah satu kegiatan utama dalam keseluruhan proses bimibingan belajar, dan merupakan rangkaian kegiatan lanjutan dari usaha diagnostik kesulitan belajar – mengajar. B Melaksanakan Pengajaran Remedial Seperti yang telah dijelaskan, sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial ini adalah tercapainya prestasi dan kemampuan penyesuain diri sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. C. Mengadakan Pengukuran Prestasi Belajar Kembali Setelah pengajaran remedial dilakukan, seharusnya dilihat ada tidaknya perubahan pada diri siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran kembali, hasil pengukuran ini diharapkan memberikan informasi terhadap perkembangan siswa, baik kuantitif maupun kulaitatif. Adapun cara yang digunakan sebaiknya sama dengan post-test atau tes sumatif dari proses belajar mengajar. D. Mengadakan Re-Evaluasi dan Re-Diagnostik Hasil dari pengukuran tersebut hendaknya perlu dipertimbangkan lagi dengan menggunakan cara dan kriteria untuk proses belajar mengajar utama. Hasil dari pertimbangan ini akan melahirkan tiga simpulan, yaitu : 1) Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan penyesuaian diri dalam mencapai keberhasilan yang diharapkan. 2) Kasus menunjukkan peningkatan prestasi dan penyesuaian diri, namun belum sepenuhnya mencapai keberhasilan yang diharapkan. 3) Kasus belum meunjukka perubahan yang berarti. E. Remedial Pengayaan dan atau Pengukuhan (Tambahan) Langkah ini bersifat kondisional, sasaran pokok langkah ini adalah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakan pengayaan (enrichment) dan pengukuhan (reinforcement). Berbagai bentuk cara dan instrument dapat digunakan, misalnya : dengan penguasaan untuk pemecahan soal tertentu, pengajaran proyek kecil tertentu, dsb. Hasilnya harus dilaporkan kembali pada guru untuk dinilai seperunya sebelum selesai atau diperkenankan melanjutkan ke program proses belajar mengajar selanjutnya. Pengembangan prosedur sistem pengajaran remedial didasari pokok-pokok pikiran yang berlaku untuk prinsip belajar tuntas (mastery learning). Pokok-pokok pikiran yang dimaksud adalah : Terdapat keragaman indiviadual dalam kemampuan (kecepatan belajar), Sampai batas normal tertentu, setiap individu dapat mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) prestasi belajar tertentu. Proses belajar mengikuti asas keseimbangan (continuess progress). Beberapa pokok pikiran itu adalah sauatu alternatif prosedur agar dapat dipilih sehingga akan diketahui kapan harus dimulai dan diakhirinya pengajaran remedial yang dimaksudkan. F.Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial Yang Bersifat Kuratif Tindakan pengajaran dikatakan sifat kuratif kalau dilakukan setelah program Proses Belajar Mengajar (PBM) utama selesai diselenggarakan. Program PBM dapat diartikan sebagai program untuk tiap pertemuan, unutk satuan unit bahan pelajaran atau satuan waktu (mingguan, bulanan, triwulan, semesteran, tahunan, dsb.) tertentu. Sasaran pokok dari tindakan ini adalah agar siswa yang prestasinya rendah diusahakan dapat suatu saat dapat memenuhi kritetiria keberhasilan minimal. Dan sedangkan siswa yang telah mencapai kriteria keberhasilan minimal, suatu saat dapat diperkaya atau lebih ditingkatkan lagi. Untuk mencapai sasaran pokok tersebut para ahli telah mengembangkan beberapa teknik pendekatan seperti pengulangan (repetition), pengayaan (enrichment), dan pengukuhan (reinforcement) serta percepatan (acceleration). G.Strategi dan Pendekatan Yang Bersifat Preventif Jika dalam pendekatan kuratif, tindakan rmedial bertolak dari hasil post teaching diagnostic, berdasarkan data hasil pre-test / sumatif, maka pndekatan preventif bertolak belakang dengan pre-test atau test of entering behaviors. Maka siswa dapat diidentifikasikan dalam 3 kategori, yaitu : Siswa normal, Siswa cepat, Siswa lambat. Dari ketiga perkiraan tersebut, maka setidaknya ada tiga teknik pembelajaran yang bersifat remedial, yaitu : a). Layanan Kelompok Belajar Homogen Program pembelajaran pada ketiga kelompok siswa tersebut, ruang lingkupnya ekuivalen, tetapi diorganissasikan secara relaitf berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada cara menenangkannya, contoh-contohnya, soal-soal / tugas, dsb. Misalnya untuk siswa cepat, tingkat kesukarannya lebih tinggi dari siswa normal dan siswa lambat. Yang terpenting adalah bagaimana kelompok siswa itu dapat meyelesaikan pembelajaran pada waktu yang bersamaan sehingga mereka dapat mengikuti test sumatif pada waktu yang bersamaan. b). Layanan Pembelajaran Individual Pada dasarnya konsep ini sama dengan diatas, yaiut penyesuaian dengan kondisi objectif siswa. Pada teknik ini setiap individu mempunyai program tersendiri. Siswa mempunyai kebebasan melakukan kegiatan-kegiatan atau berkonsultasi dengan gurunya, tidak terikat dengan keharusan mengikuti jam belajar seperti biasa di kelas. Siswa hanya terikat pada batas waktu akhir periode pelajaran yang ditetapkan, seperti triwulan, semesteran, dsb. Meskipun siswa belajar individual, tetapi harus mengikuti test sumatif tertentu yang telah diorganisasikan secara baku. Program ini sangat ccocok untuk system pembelajaran dengan modul. c). Layanan Pembelajaran Secara Kelompok Pada teknik ini siswa berada pada satu kelas yang sama dan pada program pembelajaran yang sama pula. Namun bagi siswa yang mempunyai kesulitan tertentu, telah disediakan tempat, waktu untuk pelayanan remedial secara khusus. Begitu juga dengan siswa yang cepat, juga disediakan program pengayaan khusus. Setelah selesai dengan program remedial atau pengayaan, para siswa kembali dalam kelompok belajar utama bersama-sama dengan teman sekelasnya. Pada akhirnya mereka juga harus menempuh post-test atau test sumatif secara bersamaan pula. Teknik ini sesuai bila diterapkan pada system pembelajaran klasikal, dan teknik ini biasa digunakan guru di sekolah walaupun belum dilaksanakan sebagai mana mestinya. H. Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial Bersifat Pengembangan (Development) Sasaran utama pendekatan ini adalah agar siswa bisa menghadapi hambatan / kesulitan yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Mereka diberi bantuan segera (immediate treatment) dari waktu ke waktu selama berlangsung pembelajaran. Harapan dari teknik ini adalah siswa diharapkan akan menyelesaikan program secara tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Agar strategi dan teknik pendekatan ini dapat diopersionalkan secara teknis dan sistematis, diperlukan adanya pengorganisasian program pembelajaran / PBM yang sistematis, seperti sistem pembelajaran berprogram, system modul, self instructional audio tutorial system. Dengan demikian, proses layanan diagnostic dan remedial dapat dilakukan dari unit ke unit secara teratur. Daftar Pustaka - http://suciptoardi.wordpress.com/2009/04/01/langkah-penyusunan-program-remedial. 1 April 2009, 9:27 am Kamis, Juli 17, 2008 - DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL DALAM PENDIDIKAN IPAoleh : Amrin, S.Pd. (Mahasiswa Fisika PPs UNM Makassar) - Fakihudin, 2007. Pengajaran Remedial dan Pengayaan. Bayumedia : Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari