Kamis, Mei 11, 2023

NAPAK TILAS WAJAH SEJARAH

Tadi malam 12 Mei 2023, saya dan beberapa kawan diskusi kecil,membicarakan  acara yang akan dilaksanakan oleh kawan-kawan di birayang

"Napak tilas Perjuangan Gua, Kudahaya" yang diselenggarakan tepat 17  Mei nanti, berkenaan dengan perjuangan dan sejarah Gua Kudahaya

Pada hakikatnya, pembicaraan ataupun diskusi ini mengarah kepada Refleksi kami generasi muda untuk lebih mengenal sejarah para pendahulu kami

diskusi kami mulai dari cerita Hasan Basry, Damanhuri dan hingga Ibnu Hajar


ada satu ke khawatiran kami khususnya saya pribadi tentang Ibnu Hajar


Ibnu Hajar, sebagai tokoh pejuang yang dilukai oleh sejarah dikhawatirkan akan tetap menjadi jejak kelam masalalu dan hilang laksana kubur tanpa nisan jika tidak mulai saat ini dilakukan pergerakan untuk membersihkan namanya. 


Wacana pemutihan ini pada dasarnya telah lama bergulir, namun sampai saat ini pergerakan yang mengarah untuk pemutihan itu hanya diakukan secara personal dan kelompok-kelompok tertentu saja. Mudah-mudahan, dengan harapan besar, semangat dan optimisme yang kuat, wacana itu akan segera terealisasi jika semua pihak dan pemerhati sejarah perjuangan bersatu dan melnagkah dengan irama yang sama. Kita bisa memandang masa depan, dengan melihat masa kini. Kita bisa memandang masa kini, karena sejarah masa lalu.


Mari kita luruskan sejarah masa lalu, dan mari kita bergerak hingga kelak menjadi bagian dari sejarah itu sendiri.


Karena hal itulah, melihat semangat kawan-kawan, saya sangat senang dengan adanya kegiatan kegiatan yang menapak wajah sejarah Banua kita, dan senang rasanya jika banyak orang mengambil peran dalam gerakan itu. Barabai, sebagai basis kedua setelah Kandangan dalam peta perjuangan Hasan Basri dan kawan-kawan, agaknya semakin terlupakan. Siapa yang tahu dan pernah mendengar cerita berkuah darah pada pertempuran Hambawang Pulasan? Kiranya tak banyak (termasuk saya).


Ijinkan saya mengajak dalam sebuah gerakan untuk kembali mengingat dan belajar dari semangat juang yang semakin terlupakan. Bingkas peluru, riwasan bayonet hingga berkubang mereka dalam danau airmata dan darah yang semata-mata karena demi apa yang saat ini kita nikmati. Terlalu naïf dan ceroboh kiranya jika kita tak tahu atau tak mau tahu dengan semangat juang itu. Terlalu pongah agaknya jika kita menyatakan, itu jaman mereka, dan ini sudah jaman yang menjadi hak kami. Bukankah dalam tiap tetes darah dan airmata mereka disana juga terkandung gelak tawa dan canda kita saat ini? Bukankah dalam tiap bulir peluh dan jejak kaki telanjang mereka, ada kita yang berdiri saat ini?


Apakah seorang Daeng Lajida beserta pasukan tempur ALRI D. IV mereka yang berbasis di Barabai mendapatkan tempat yang layak dalam pergumulan kita saat ini? Apakah rintihan akibat siksaan dan hantaman popor senapan tentara KNIL yang diterima Damanhuri hanya berupa pada sematan sebuah bangunan Rumah sakit dan ruas Jalan?


Marilah, kita buka lembar itu sebelum usang ditelan waktu. Kita ceritakan kembali, kita kobarkan kembali kepada rekan, kawan, terutama adik-adik kita yang saat ini mungkin saja tidak tahu dan tidak kenal siapa mereka yang telah mamancurkan darah demi keberadaan kita saat ini. 


Barabai, sebagai basis perjuangan, tentu merekam peristiwa demi peristiwa memancurnya darah anak negeri. Mari kita gali hal itu, mari kita belajar dan mengibarkan kembali semangat juang mereka ddalam konteks kekinian. Jika saja, pengahargaan itu tidak hanya berupa plakat, piagam, dan hal-hal berbau ceremonial semata, tentu itu akan lebih bijak.


MERDEKA!


Muhammad Edwan Ansari

(Rakjat Merdeka dari bumi Alai)

Baca juga 

https://edwanansari.blogspot.com/2023/05/napak-tilas-perjuangan-pahlawan-banua.html

https://edwanansari.blogspot.com/2018/05/monomen-hambawang-pulasan.html?m=1

https://edwanansari.blogspot.com/2021/05/17-mei-sejarah-kalimantan.html

https://edwanansari.blogspot.com/2018/05/divisi-alri-birayang.html
































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari