Senin, Desember 21, 2009

ullumul qur'an

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam pembahasan makalah kita kali ini, berangkat dari judul makalah Pengertian, Objek dan Pertumbuhan Ulumul Qur'an, kita akan mencoba hal-hal yang berhubungan dengan Ulumul Qur'an yang merupakan kuliah Semester III kita kali ini.
Seiring bergantinya zaman, Al-Qur'am yang merupakan pedoman bagi Islam sampai akhir zaman, marilah kita mengenal lebih jauh tentang. Sebenarnya apa yang menjadi objek Al-Qur'an sebingga banyak ilmu tentang Al-Qur'an yang lebih kita kenal dengan Ulumul Qur'an.
Dengan adanya pembahasan ini kita sebagai generasi Islam supaya lebih Al-Qur'an karena tak kenal maka tak sayang.
Al-Quran sebagai pedoman hidup umat Islam adalah risalah sepanjang masa yang tak akan lapuk untuk terus dikaji dan dibahas segala seluk-beluknya. Karenanya, para ulama sejak dahulu telah menyusun pembahasan khusus untuk mempelajari tentang al-Quran yang biasa disebut dengan Ulumul Qur'an. Di dalamnya terdapat berbagai pembahasan tentang Al-Quran, dari mulai arti, sifat, sejarah, hingga metode penafsirannya.
Ulumul Qur'an adalah sebuah metode yang lengkap dan menyeluruh untuk membuka pintu awal dari kedalaman kandungan Al-Quran. Karenanya, umat Islam secara umum, ataupun secara khusus bagi mahasiswa muslim yang merindukan interaksi lebih mendalam dengan Al-Quran, secara otomatis akan dituntut untuk mempelajari Ulumul Quran.



BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ULUMUL QUR'AN
Kata Ulumul Qur'an tersusun dari dua kata secara idhofi ( kalimat yang terdiri dari mudhofad mudholifah ) yaitu kata ulum di Idhofahkan pada kata Al-Qur'an. Dari dua unsur kata tersebut akan makna kata Ulumul dan kata Al-Qur'an. Kemudian akan dibahas pula pengertian Ulumul Qur'an dan mengapa menggunakan bentuk jamak Oumul Qur'an.
Ungkapan ulumul qur’an berasal dari bahasa arab yaitu dari kata ulum dan al-qur’an. Kata ulum jamak dari ilmu dan al-qur’an. Menurut Abu syahbah ulumul qur’an adalah sebuah ilmu yang memiliki banyak objek pembahasan yang berhubungan dengan al-qur’an,mulai dari proses penurunan, urutan penulisan, kodifikasi,cara pembaca,penafsiran,nasikh mansukh,muhkam mutashabih serta pembahasan lainnya
a. Arti kata Ulum
Kata Ulum secara etimologi adalah jamak dari kata ilmu. Menurut kata ilmu adalah masdar yang mempunyai arti paham atau makrifat. sebagian pendapat, kata ilmu merupakan isim jinis yang berarti luan. Kemudian kata ilmu mi berkembang dalam berbagai istilah dan li sebagai nama dari pengetahuan tentang Al-Qur'an.
Para Ahli Filsafat, mendefinisikan kata ihnu sebagai suatu gambaran sesuatu yang terdapat dalam akal. Oleh para ahli teologi kata ilmu didefinisikan suatu sifat yang dengan sifat itu orang yang mempunyainya akan jelaslah baginya sesuatu urusan. Menurut Abu Musa Al-Asy'ari, ilmu itu ialah sifat yang mewajibkan pemiliknya mampu membedakan dengan panca inderanya. Adapun menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab ikhya’ ullumudin, secara umumarti ilmu dalam istilah syarak adalah makrifat Allah, terhadap tanda-tanda kekuasaan-Nya, terhadap perbuatanNya, pada hamba-hamba-Nya dan makhluk-Nya. Di dalam kitab manahilul irfan, Muhammad Abd. ' Adhim mengatakan : ilmu menurut istilah adalah ma'lumat-ma'lumat (hal-halyang sudah diketahui) yang rumusan dalam satu kesatuan judul atau satu kesatuan tujuan. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan ihnu ialah masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam satu disiplin pengetahuan yang terdapat dalam akal pikiran.
b. Arti kata Al-Qur'an
Menurut bahasa kata Al-Qur'an merupakan mashdar yang maknanya dengan kata Qiro'ah ( bacaan ). Dalam definisi Al-Qur'an banyak perbedaan pendapat diantara ulama', Kata Al-Qur'an itu dipindahkan dari masdar dan dijadikan sebagai nama dari kalam Allah yang mu'jiz, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi, kata Al-Qur'an adalah bentuk mengucapkan masdar ( bacaan ) tetapi yang dikehendaki dari kata maful (yang dibaca). Adapun pendapat yang mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah dari kata Qar'u yang artinya kumpul.
Al-Qur'an secara istilah menurut manna' Al-Qathkhan adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan orang yang membaca akan memperoleh pahala. Menurut Al-Jurjani, Al-Qur'an wahyu yang diturunkan kepada rasulullah SAW, yang ditulis dalam mushhaf dan diriwayatkan secara mutawatir ( Berangsur-angsur ).
Adapun menurut kalangan pakar ushul fiqih, fiqih, dan bahasa arab, adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir, dan ditulis padadari surat Al-Fatihah (1), sampai akhir surat An-Nas (114).
Selain dinamakan Al-Qur'an, kitab ini juga dinamakan Al-Furqon merupakan bagian yang ikut wazan fu’lan dari lafal faraqa yang artinya ialah b (fa'il). Nama Al-Qur'an dan Al-Furqon merupakan sebagian nama diantara sekian banyak nama-nama Al-Qur'an yang paling terkenal.

C. Arti Kata Ulumul Qur’an
Setelah bahas kata “ ulum dan “ ALqur’an yang terdapat dalam kalimat “ Uluml Qiur’an “ yang tersususn secara idhofi, tersusunnya kalimat Ulumul Qur’an secara Idofi mengisyaratkan adanya bermacam-macam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan al Qur’an
Al-Suyuti dalam kitab Itmamu AI-Dirayah memberikan definisi Ulumul Qur'an ialah suatu ilmu yang membahas tentang keadaan Al-Qur'an dari segi turun, sanad, adab, dan makna-maknanya, yang berhubungan dengan hukum-hukumnya dan sebagainya.
Menurut Al-Zarqani dalam kitab Manahilul Irfan Fi Ulumil Qur'an, Ulumul Qur'an yaitu pembahasan-pembahasan masalah yang berhubungan dengan Al-Qur'an, dari segi, urut-urutan, pengumpulan, penulisan, bacaan, penafsiran mu’zijat, nasikh dan mansukhya, serta penolakan ( bantahan ) terhadap hal-halyang bisa menimbulkan confused ( keragu-raguan ) terhadap Al Qur’an ( yabg sering dilancarkan oleh orientaslis dan ateis dengan maksud untuk menodai kesucian al qur’an ) dan sebagainya.
Dari definisi-definisi Ulumul Qur’an bahwa ulumul qur’an adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup semua ilmu yang ada hubungannya dengan al qur’an, baik berupa ilmu-ilmu bayhaswa arab, misalnya ilmu I’rabil qur’an.
B. OBJEK ULUMUL QUR,AN
Objek Ulumul Qur'an yang sistematis ialah kitab Al-Qur'an dari seluruh segi-segi kitab tersebut. Berbeda dengan objek Ulumul Qur'an yang idhofi. Jadi, jadi objek masing-masing Ulumul Qur'an yang idhofi tersebut ialah Al-Qur'an dari suatu segi dari segi-segi Ulumul Qur'an. Hal ini berbeda dengan objek dan Ulumul Qur'an Bi ma'nal Mudawwan (yang sudah sistematis) seluruh segi kitab suci Al-Qur'an baik dari segi turunnya, atau pembacaan dan penafsiran ayat-ayatnya, maupun dari segi nasikh-mansukh, muhkam-mutasyabih dan lain-lainnya.
Dengan demikian, objek pembahasan Ulumul Qur'an yang idhofi / laqobi itu lebih sempit, karena hanya membicarakan sesuatu segi dari beberapa segi kitab suci al-quran yang banyak sekali.
Para ulama berbeda pendapat mengenai sejauh mana objek pembahasan ulumul Qur,an. Sebagian jumhur yulaman berpendapat, objek pembahasan ulumul
Qur’an yang mencakup berbagai segi kitab al-Qur’an berkisar diantara ilmu-ilmu bahasa arab dan ilmu-ilmu ppengetahuan agama islam.
Berkenan dengan persoalan ini, M. Hasbi Ash-Shiddieqy berpendapat bahwa ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur'an terdiri atas enam hal pokok berikut ini :
1. Persoalan turunnya Al-Qur'an (Nuzul Al-Qur'an)
2. Persoalan Sanad (rangkaian para periwyat)
3. Persoalan Qira'at (cara pembacaan Al-Qur'an)
4. Persoalan kata-kata Al-Qur' an
5. Persoalan makna-makna Al-Qur'an yang berkaitan dengan hukum
6.Persoalan makna Al-Qur'an yang berpautan dengan kata-kata Al-Qur'an
C. SEJARAH PERTUMBUHAN ULUMU QUR'AN
a. Ulumul Qur'an pada masa Nabi dan Sahabat
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya sangat mengetahui makna-makna Al-Qur'an dan ilmu-ilmunya, sebagaimana pengetahuan para ulama sesudahnya. Hal itu disebabkan karena Rasulullah yang menerima wahyudari sisi Allah SWT, juga mendapatkan rahmat-Nya yang berupa jaminan dari Allah bahwa kalian pasti bisa mengumpulkan wahyu itu ke dalam dada beliau.
Setiap Rasulullah selesai menerima wahyu ayat Al-Qur'an, beliau menyampaikan wahyu itu kepada para sahabatnya. Rasulullah SAW menjelaskan tafsiran-tafsiran ayat Al-Qur'an kepada mereka dengan sabda, perbuatan, dan persetujuan beliau serta dengan akhlak-akhlak dan sifat beliau. Para sahabat dahulu tidak / belum membutuhkan pembukuan Ulumul Qur'an itu adalah karena hal-hal sebagai berikut:
a) Mereka terdiri dari orang-orang Arab murni yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain:
- Mempunyai daya hafalan yang kuat
- Mempunyai otak cerdas
- Mempunyai daya tangkap yang sangat tajam
- Mempunyai kemampuan bahasa yang luas terhadap segala macam bentuk ungkapan, baik prosa, puisi, maupun sajak.
b) Kebanyakan mereka terdiri dari orang-orang yang Ummi, tetapi cerdas.
c) Ketika mereka mengalami kesulitan, langsung bertanya kepada Rasulullah SAW.
d) Waktu dulu belum ada alat-alat tulis yang memadai.
b. Perintis Dasar Ulumul Qur'an dan pembukuannya
a) Perintis Dasar Ulumul Qur'an

Setelah periode pertama berlalu, datanglah masa pemerintahan kahlifah Utsman bin Affan. Negara-negara Islam pun telah berkembang luas. Orang-orang Arab murni telah bercampur baur dengan orang-orang asing yang tidak kenal bahasa Arab. Percampuran bangsa dan akulturasi kebudayaan ini menimbulkan kekhawatiran-kekhawatiran. Karena itu, Kholifah Utsman bin Affan memerintahkan
Kaum muslimin agar seluruh ayat-ayat Al-Qur'an yang telah dikumpulkan pada masa Kholifah Abu Bakar itu dikumpulkan lagi dalam satu mushhaf, kemudian di kenal dengan nama Mushhaf Utsman. Dengan usahanya itu, berarti Kholifah Utsman bin Affan telah meletakkan dasar pertama, yang kita namakan Ilmu Rasmil Qur'an atau Rasmil Utsmani.
b) Pembukuan Tafsir Al-Qur'an

Setelah dirintis dasar-dasar Ulumul Qur'an, kemudian datanglah masa pembukuan / penulisan cabang-cabang Ulumul Qur'an. Cita-cita yang pertama kali mereka laksanakan ialah pembukuan Tafsir Al-Qur'an. Sebab, tafsir Al-Qur'an dianggap sebagai induk dari ilmu-ilmu Al-Qur'an yang lain.
C. SEKELUMIT TENTANG ULUMUL QURAN
Al-Qurân adalah mukjizat islam yang abadi dimana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah Subhanahu wa Taâala membebaskan manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahayaIlahi , dan menurunkannya kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, demi membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah menyampaikannya kepada para sahabatnya sebagai penduduk asli arab yang sudah tentu dapat memahami tabiat mereka. Jika terdapat sesuatu yang kurang jelas
bagi mereka tentang ayat-ayat yang mereka terima, mereka langsung menanyakannya kepada Rasulullah.
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Masâud RadhiyallahuAnhu, bahwa ketika turun ayat,
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat hidayah." (Al-Anâam ; 82). Orang - orang yang merasa keberatan dengan ayat tersebut. Lalu mereka bertanya kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah, mana ada orang yang tidak menzhalimi dirinya?Beliau menjawab, “Pemahamannya tidak seperti kalian maksudkan, tidaklah kalian mendengar apa yang di katakan seorang hamba yang saleh kepada anaknya: "Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Luqman:13)
Adalah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam, memberi tafsiran kepada mereka tentang beberapa ayat. Iman Muslim dan lainnya mengeluarkan hadist yang diriwayatkan dari Uqbah bin Amir, dia berkata, Saya pernah mendengar Rasulullah membaca di atas mimbar, "Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang ( yang dengan persiapan itu ) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)." Lalu, beliau bersabda,Ketahuilah, sesunguhnya kekutan ( al-quwwah ) tersebut adalah memanah. ( Al “ Hadist ).
Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dari Kitab (Al Qur'an) adalah benar, membenarkan terhadap apa (kitab-kitab) sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat kepada hamba-hamba-Nya. (S Fathir ayat 31)
Dan jika Kami jadikannya (Al Qur'an) suatu bacaan (dalam bahasa) selain bahasa Arab, tentu mereka mengatakan : "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Qur'an) bahasa asing (sedang Rasulnya) adalah orang Arab? Katakanlah: "Al Qur'an adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbat, dan Al Qur'an suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu seperti orang-orang yang dipanggil dari tempat jauh". (S Fushshilat ayat 44)
















BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari berbagai kajian yang dibahas sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa :
– ilmu makkiyah dan madaniyah adalah ilmu yang memermudah kita dalam mempelajari al-qur’an menafsirkan al-qur’an serta dapat dijadikan sebagai langkah-langkah dakwah
- Suatu ayat dapat dikategorikan makiyah atau madaniyah jika mengaju pada tempat turunnya, masa turunnya, obyek pembicaraan, tema pembicaraan dan tema pembicaraan ayat tersebut
- Makiyah dan madaniyah mempunyai ciri-ciri tersendiri yang terkandung dalam setiap pembahasannya


DAFTAR PUSTAKA
Djalal , Abdul. Ulumul Qur’an. Edisi Lengkap
Zuhdi, Masfuk, 1997. Pengantar Ulumul Qur’an. Surabaya : Karya Abditama
Anwar, Rosihan. 2006. Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari