SYEKH ABDUSSAMAD AL-FALIMBANI
Syekh Abdussamad Al-Falimbani adalah teman seperguruan dari Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Syekh Abdurrahman Al-Masri Al-Batawi dan Syekh Abdul Wahab Bugis yang disebut Empat Serangkai Ulama Jawi. Keempatnya diakui kapasitas keilmuwan mereka dan sering bersama-sama baik dalam memilih guru maupun menuntut ilmu. Keberadaan mereka cukup disegani ulama ulama Mekkah dan Madinah pada masa itu, yakni sekitar akhir abad ke 18 awal abad 19
Syekh Abdussamad dilahirkan di Palembang pada 1116 Hijiriyah atau 1704 Masehi. Masyarakat Palembang, termasuk pula keturunannya, menyebut namanya Syekh Abdul Samad Al-Falembani. Namun ada tiga nama lain yang menyebutkan ulama besar ini, yakni dalam Ensiklopedia Islam, namanya Abdussamad Al-Jawi Al-Falembani, lalu berdasarkan sumber sumber-sumber Melayu, seperti ditulis oleh Azyumardi Azra dalam bukunya 'Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, namanya Abdussamad bin Abdullah Al-Jawi Al-Falembani, terus, masih menurut Azyumardi Azra, apabila merujuk pada sumber-sumber Arab, namanya Sayyid Abdussamad bin Abdurrahman Al-Jawi.
Kemudian, dari garis keturunan bangsa apa sebenarnya Syeikh Abdussamad ini? Jawabnya, bila dilihat garis bapak, dia masih keturunan Arab. Nama bapaknya Syekh Abdul Jalil bin Syekh Abdul Wahhab bin Syekh Ahmad Al-Mahdani. Bapaknya seorang ulama yang berasal dari Yaman. Sebelum datang ke Palembang, ayahnya sempat mampir dahulu di Kedah, Malaysia. Di sana, dia menikahi Wan Zainab, puteri Dato Sri Maharaja Dewa.
Sementara ibunya adalah Radin Ranti, seorang perempuan Palembang. Jadi jika dilihat garis keturunan ibu, Syekh Abdussamad keturunan Palembang. Seperti para ulama di masanya, Syekh Abdussamad ini banyak melakukan pengembaraan dalam menuntut ilmu. Baik di Nusantara maupun di negeri yang jauh, seperti Arab.
Guru pertama Syekh Abdussamad yakni bapaknya sendiri, Syekh Abdul Jalil. Selanjutnya dia disekolahkan ke pondok pesantren di negeri Pattani (Thailand). Pada masa itu Pattani adalah salah satu tempat menempa ilmu-ilmu ke-Islaman dengan sistem pondok. Mungkin saja Syekh Abdussamad bersama saudara-saudaranya seperti Wan Abdullah dan Wan Abdul Qadir telah memasuki pondok-pondok yang terkenal saat itu, seperti Pondok Bendang Gucil di Kerisik, Pondok Kuala Bekah atau Pondok Semala. Di antara para gurunya di Pattani, yang dapat diketahui dengan jelas hanyalah Syekh Abdurrahman bin Abdul Mubin Pauh Bok. Beliau juga mempelajari ilmu tasawuf dari Syekh Muhammad bin Samman, selain mendalami kitab-kitab tasawuf dari Syekh Abdul Rauf Singkel dan Syekh Samsuddin Al-Sumatrani, kedua-duanya dari Aceh.
Dari Pattani, Syekh Abdussamad berlanjut belajar ke Makkah dan Madinah. Di sini dia banyak bergaul dengan para ulama asal Nusantara lainnya yakni Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Syekh Abdurrahman Al-Masri Al-Batawi, Syekh Abdul Wahab Bugis seperti sudah disebutkan di atas dan Syekh Daud Al-Fattani. Walaupun menetap di Makkah, Syekh Abdussamad, menurut Azyumardi, tetap memberikan perhatian besar pada perkembangan sosial, politik, dan keagamaan di Nusantara.
Gurunya di Makkah dan Madinah antara lain Syekh Muhammad bin Abdul Karim Al-Sammani, Syekh Muhammad bin Sulayman Al-Kurdi dan Syekh Abdul Al-Mun'im Al-Damanhuri. Kemudian dia berguru dengan Syekh Ibrahim Al-Rais, Syekh Muhammad Murad, Syekh Muhammad Al-Jawhari, dan Syekh Athaillah Al-Mashri.
Dalam kesibukannya berjuang mengusir penjajah, dia masih sempat menulis beberapa kitab berbahasa Melayu. Kitab susunannya antara lain :
1. Zahratul Murid fi Bayani Kalimatit Tauhid, 1178 H/1764 M 2. Risalah Pada Menyatakan Sebab Yang Diharamkan Bagi Nikah, 1179 H/1765 M 3. Hidayatus Salikin fi Suluki Maslakil Muttaqin, 1192 H/1778 M 4. Siyarus Salikin ila ‘Ibadati Rabbil 'Alamin, 1194 H/1780 M-1203 H/1788 M 5. Al-'Urwatul Wutsqa wa Silsiltu Waliyil Atqa 6. Ratib Syekh 'Abdussamad al-Falimbani 7. Nashihatul Muslimina wa Tazkiratul Mu’minina fi Fadhailil Jihadi wa
Karaamatil Mujtahidina fi Sabilillah 8. Ar-Risalatu fi Kaifiyatir Ratib Lailatil Jum’ah 9. Mulhiqun fi Bayani Fawaidin Nafi'ah fi Jihadi fi Sabilillah 10. Zatul Muttaqin fi Tauhidi Rabbil 'Alamin 11. 'Ilmut Tasawuf 12. Mulkhishut Tuhbatil Mafdhah minar Rahmatil Mahdah 'Alaihis Shalatu was Salam 13. Kitab Mi'raj, 1201 H/1786 M 14. Anisul Muttaqin
15. Puisi Kemenangan Kedah.
Setelah kembali ke Makkah, Syekh Abdussamad Al-Falimbani tetap ingin selalu pulang ke Nusantara. Dia telah lama bercita-cita untuk ikut serta dalam salah satu peperangan melawan para penjajah di Nusantara. Namun setelah dipertimbangkan, dia lebih tertarik membantu umat Islam di Pattani dan Kedah melawan keganasan Siam.
Dalam peperangan itu, dia memegang peranan penting dengan beberapa panglima Melayu lainnya. Ada catatan menarik mengatakan beliau bukan berfungsi sebagai panglima sebenarnya tetapi beliau bertindak sebagai seorang ulama sufi yang sentiasa berwirid, bertasbih, bertahmid, bertakbir dan bersalawat setiap siang dan malam.
Sulit sekali menemukan tahun pasti wafatnya Syekh Abdussamad. Menurut Dr. M. Chatib Quzwain dalam bukunya "Mengenal Allah Suatu Studi Mengenal Ajaran Tasauf Syekh Abdussamad al-Falimbani" pada tahun 1244 Hijriyah atau 1828 Masehi dikatakan umur Syekh Abdussamad sekitarb124 tahun.
Sementara Dr Azyumardi Azra menulis, "Meskipun saya tidak dapat menentukan secara pasti angka-angka tahun di seputar kehidupannya, semua sumber bersatu kata bahwa rentang masa hidup Al-Falimbani adalah dari dasawarsa pertama hingga akhir abad kedelapan belas. Al-Baythar menyatakan, Al-Falimbani meninggal setelah 1200 hijriyah atau 1785 Masehi. Tetapi kemungkinan besar dia meninggal setelah 1203 Hijriyah atau 1789 Masehi, setelah dia menulis karya terkenalnya 'Sayr Al-Salikin'. Saat itu usianya berkisar 85 tahun.
Berdasarkan sumber di Kedah, dia dikatakan terbunuh dalam perang melawan Thailand pada 1244 Hijriyah atau 1828 Masehi. Lalu di mana Syekh Abdul Samad dimakamkan? Dr M Chatib Quzwain menyebut bahwa makam Syekh Abdussamad di Palembang, tapi di Palembang belum didapatkan informasi di mana makamnya. Sedangkan Dr Azyumardi Azra menulis, "Ada kesan kuat dia meninggal di Arabia".Tetapi, yang jelas, seperti ditulis penyair Malaysia yakni Muhammad Abdulloh bin Suradi dalam artikelnya "Syekh Abdussamad Al-Falimbani, Ulama, Sufi dan Syuhada" masyarakat di Pattani mengklaim telah menemukan makam Syekh Abdusaamad di antara kampung Sekom dengan Cenak, di kawasan Tiba, Pattani Utara, Thailand.
Makam beliau di tengah hutan karena beliau dulu ikut serta dalam perjuangan melawan kerajaan Siam Budha Thailand yg ingin merebut tanah Melayu Pattani yg sekarang menjadi bagian negara Thailand Syekh Abdussamad Al-Falembani mati syahid ketika berjuang bersama tentara Melayu Kedah melawan Tentara Kerajaan Siam Budha Thailand.
قال الله سبحانه وتعالي :
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتًۢا ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
"Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan ALLAH itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi TUHAN-nya dengan mendapat rezeki".
Demikianlah riwayat Syekh Abdussamad Al-Falembani yang diolah dari berbagai. Semoga bermanfaat fiddunya wal akhirah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari