Abuya Guru H.M. Amin, Tanjung Rema, Mtp
Rasanya baru saja Tuan Guru H. Syarwani Kastan pergi menghadap Ilahi. Lalu disusul Tuan Guru H. Ibrahim Ismail, terus wafatnya Tuan Guru H. Syansuri. Tak berapa lama kemudian Tuan Guru H. Anang Antung lagi yang meninggal dunia. Kini Abuya Guru H.M. Amin mengikuti harus menghadap Tuhan yang Maha Kuasa. Lima dari guru-guru senior PP. Darussalam ini sepertinya berlomba dijemput kematian dalam waktu yang tidak terlalu lama secara bergiliran. Belum sempat kesedihan berlalu sudah datang lagi kesedihan lain. Belum kering lagi kuburan yang satu sudah digali lagi kubur yang lain dan yang lain lagi menjadi berkali-kali. Ada pertanda apa ini, banyak ulama pergi meninggalkan dunia ? Adakah ini cara Allah mencabut ilmu dari bumi manusia dengan mematikan para ulama ? Semoga tidak, masih banyak kader muda yang sudah siap menggantikannya, meskipun pada awalnya dengan gerak langkah yang terbata-bata, tapi lama kelamaan akan menjadi terbiasa dan sudah bisa beradabtasi untuk siap mengganti. Patah tumbuh hilang berganti, gugur satu tumbuh seribu.
Abuya Guru H. Muhammad Amin, dipanggil ke rahmatullah hari Kamis, tanggal 6 Agustus 2020/16 Zulhijjah 1441, jam 09.20 Wita, masih pagi, hawa panas matahari terasa hangat di rumah duka Gang Sampurna, Tanjung Rema,, Martapura.
Dari garis ayah, hanya diketahui Abuya Guru H. Muhammad Amin bin Guru H.M. Dahlan. Dari garis ibu beliau merupakan zuriyat Datu Kalampayan (Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari). Ranji silsilahnya demikian, Abuya Guru H.M. Amin bin Hafsoh binti Hj. Sa'diyah binti Syekh Ali Makkah bin H. Abdullah bin Qadi H. Mahmud bin Asiah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Beliau salah satu guru PP. Darussalam yang dianggap sudah mencapai tingkat ulama khos. Dalam mengajar santrinya tidak semata-mata transfer ilmu, tapi juga adab, akhlak dan spiritual. Beliau telah berhasil, mengangkat martabat dan derajat santrinya dari bodoh menjadi pintar, dari malas beribadah berubah rajin ibadah, dari tamak beralih dermawan/pemurah dan dari hubbud dunya (cinta dunia) menjadi lebih mencintai akhirat.
Di samping sebagai ulama khos, beliau juga kata santrinya dikenal sebagai sosok ulama yang sangat istiqamah (konsisten dan komitmen) dalam mengajar, beraqidah, bermazhab, beramaliyah dan lain-lain. Sebagai contoh, sikap istiqamah beliau yakni bagaimanapun keadaan dan keberadaan PP. Darussalam beliau tetap setia mengajar. Bagaimanapun kondisi badan beliau kalau masih mampu digerakkan beliau akan tetap mengajar sesuai jadwal.
Begitulah gambaran hidup dari Abuya Guru H. Muhammad Amin ayah dari Iman Banua, sarjana Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah UIN Antasari, yang aku yakin telah mewarisi ilmu dan amal dari ayahnya. Kita doakan bersama Abuya Guru H. Muhammad Amin memperoleh tempat yang layak di sisi Allah Swt, segala dosa beliau diampuni, segala amal baiknya diterima dan digandakan berkali-kali, segala kekurangannya ditambali, segala kesalahannya dimaafi dan selalu mendapat rahmat Ilahi. Sebaliknya untuk keluarga yang ditinggalkan agar tabah dalam menghadapi segala musibah dan terus semangat untuk memperjuangkan cita-cita dan harapan beliau yang belum selesai. Allah Yarham.
Sumber: Tulisan Ahmad Humaidi Ibnu Sami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari