Jumat, September 13, 2024

Makam Syaikh Syaiban bin Zakaria Dzulkifli (Datu Suban).

 Makam Syaikh Syaiban bin Zakaria Dzulkifli (Datu Suban).



Letak: Jalan Taming Karsa, Desa Tandui, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan.


Syaikh Syaiban atau Datu Suban adalah penduduk asli Desa Tatakan, beliau hidup bersama seorang istri. Ayah beliau bernama Zakaria Dzulkifli dan ibu beliau bernama Maisarah.


Karena sangat miskinnya, beliau bersama istri hanya makan ubi kayu. Namun kemiskinan bukanlah penghalang bagi beliau untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang beliau miliki. Beliau semasa hidupnya mempunyai martabat yang tinggi dan mulia, seorang yang sangat ramah namun disegani oleh masyarakat.


Datu Suban selain ahli dalam ilmu Tasawwuf, beliau juga ahli dalam ilmu taguh (kebal), ilmu kabariat, ilmu berjalan di atas air, ilmu merubah rupa, ilmu pandangan jauh, ilmu pengobatan, ilmu kecantikan, ilmu Falak, ilmu Tauhid, dan ilmu firasat. Dengan banyaknya ilmu yang beliau miliki, maka banyaklah orang yang menuntut ilmu dengan beliau. Yang paling terkenal di antara murid-muridnya ada 13 orang, yaitu: Datu Murkat, Datu Taming Karsa, Datu Niang Thalib, Datu Karipis, Datu Ganun, Datu Argih, Datu Ungku, Datu Labai Duliman, Datu Harun, Datu Arsanaya, Datu Rangga, Datu Galuh Diang Bulan, dan Datu Sanggul.


Datu Suban juga dikenal sebagai seorang Wali Allah yang memiliki karamah kasyaf, beliau juga diberikan kemampuan oleh Allah untuk membaca dan mengajarkan Kitab Barencong. Kitab Barencong ini beliau dapatkan dari Datu Nuraya yang membawa kitab tersebut ketika datang kepada Datu Suban, namun pada saat itu juga Datu Nuraya pulang ke rahmatullah. Setelah Datu Suban mempelajari Kitab Barencong lembar demi lembar hingga selesai, ternyata isi kandungannya banyak terdapat berbagai ilmu yang mencakup ilmu keduniaan dan ilmu untuk akhirat.


Karamah Datu Suban lainnya adalah beliau dapat mengetahui datangnya ajal beliau. Ketika dari mata beliau memancar dan keluar sosok yang rupanya sangat bagus, bercahaya, dan berpakaian hijau, maka ini pertanda bahwa tujuh hari lagi beliau akan wafat. Setelah itu empat hari kemudian dari badan Datu Suban keluar cahaya yang amat terang berwarna putih, besarnya sama dengan tubuh beliau dan harumnya semerbak, maka ini pertanda tiga hari lagi beliau akan meninggalkan dunia yang fana.


Dan menjelang wafat, beliau memanggil seluruh murid-muridnya, beliau berkata: Murid-muridku yang kucintai, kalian jangan terkejut dengan panggilan yang mendadak ini, karena pertemuan kita hanya sampai di sini. Nanti lewat tengah malam sekitar jam 01.00, aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Hal ini tidak bisa ditunda-tunda lagi, karena ketentuan Allah SWT telah berlaku. Kemudian beliau membacakan firman Allah SWT:


فإذا جاء أجلهم لا يستأخرون ساعة ولا يستقدمون.


Maka apabila tiba ajalnya, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sedikit pun. (QS. An Nahl ayat 61)


Setelah itu Datu Suban mangajak murid-muridnya yang hadir untuk berdzikir bersama untuk mengantar kepulangan beliau kembali kepada Allah SWT. Setelah berdzikir bersama dan meninggalkan pesan-pesan kepada murid-muridnya, dalam sekejap Datu Suban memancarkan sinar cahaya terang-benderang sampai ke atas ufuk yang tinggi kemudian lenyap ditelan kemunculan cahaya rembulan. Murid-murid yang menyaksikan kejadian itu kemudian mengucapkan:


إنا لله وإنا إليه راجعون.


Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kita akan kembali kepadanya.


Al Fatihah...


رب فانفعنا ببركتهم واهدنا الحسنى بحرمتهم وأمتنا في طريقتهم ومعافاة من الفتن.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari