Sebuah catatan kecil untuk sekedar dikenang dan orang tau bahwa aku pernah Hidup. Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia!” semoga dengan catatan kecil ini dapat bermanfaat dan menebarkan kebaikan Apa yang dikatakan akan lenyap, apa yang ditulis akan abadi. Aku melintasi kehidupan Kuberanikan diri menulis catatan ini untuk mengabadikan momen hidup (Muhamad Edwan Ansari)
Kamis, Maret 28, 2019
Sejarah buku iqro
Sejarah iqra
Selasa, Maret 26, 2019
Mesjid al'la jatuh HST Kalimantan Selatan, mesjid berusia 300 tahun lebih di bangun abad 17
Mesjid Al Ala
Mesjid ini tiap tahun bertambah tinggi, sesuai namanya Al Ala yang artinya tinggi, namun ada beberapa kalangan yang mengatakan bahwa ini perlu diluruskan, karena tidak seperti itu. Mesjid diperkirakan sudah ada sejak abad ke 17. Mesjid ini menjadi salah satu saksi perkembangan agama Islam di Barabai, Hulu Sungai Tengah. Panji-panji itu konon dikirim oleh syarif mekkah melalui perantara seorang sayyid untuk diberikan untuk mesjid al A’la, menurut seorang arkeolog asing yang datang bersama dengan DR. Alfani Daud memperkirakan bahwa panji-panji itu berumur 300 tahun, dan mesjid sudah berdiri disana jauh sebelum panji-panji itu ada. Sebuah Al-Quran tulisan tangan masih disimpan oleh sebuah keluarga di desa Kambat. Mesjid Al-A’la di desa Jatuh, Kecamatan Pandawan ini merupakan mesjid tertua di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Mesjid ini merupakan cikal bakal berkibarnya bendera dakwah syiar agama Islam. Masih di Kecamatan ini terdapat pula masjid tua yang disebut Masjid Keramat. Dulu Mesjid Al – A’La berfungsi sebagai markas Pasukan Baratib guna mengatur siasat pertempuran melawan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Kapiten Van der Heide. Lokasi : Mesjid Al-A’la Desa Jatuh, Barabai, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.
Sejarah pembangunan Masjid Al’ala di Desa Jatuh, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel, ternyata berkaitan erat dengan keberadaan dua panji (bendera) segitiga, yang kini tersimpan di rumah H Ja’far Shadiq, generasi keenam dari juriat Yudha Lelana, pemuka agama yang mewakafkan tanahnya untuk membangun masjid Al’ala.
yang merupakan pimpinan gerakan baratib yg melawan penjajah belanda
Sejarah pembangunan Masjid Al’ala di Desa Jatuh, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel, ternyata berkaitan erat dengan keberadaan dua panji (bendera) segitiga, yang kini tersimpan di rumah H Ja’far Shadiq, generasi keenam dari juriat Yudha Lelana, pemuka agama yang mewakafkan tanahnya untuk membangun masjid Al’ala.
Dia mewarisi panji tersebut, dari datuknya yaitu almarhum H Dahlan yang wafat tahun 1976. Sesuai usia masjid, panji tua tersebut diperkirakan berusia lebih 300 tahun.
Penghulu yuda lelana yang merupakan pimpinan gerakan baratib yg melawan penjajah belanda
Setelah Yudha Lelana meninggal dunia, pembinaan masjid dibawah pengelolaan putra penerusnya, yaitu Abdurrahman dan Abu Harnid (Buamid) Sekitar tahun 1290 hijriah, atau 1874 masehi hingga sekarang, masjid mengalami beberapa kali perluasan oleh HM Yusuf putera Abdulrahman, dan hingga H Dahlan , H Hasan, H Syibeli. HM Asryad, HM As’ad dan HM Rafie yang merupakan putera dan HM Yusuf.
Editor : Muhammad Edwan Ansari,S.Pd.I
Sumber Pustaka
- dari berbagai sumber
Mesjid yang berdiri pada simpang tiga sungai dikampung yang sangat tertua, diperkirakan didirikan pada pertengahan abad ke 17. tempat ibadah ini bernama masjid Al A’la (Bahasa Arab : A’la = tinggi), suatu nama yang disesuaikan pula menurut kepercayaan penduduk tentang tingginya halaman masjid tersebut. Sedangkan sungai yang bercabang dau tersebut bernama Batang Banyu Jatuh yang mengalir menuju Hilir Banua dan cabangnya barnama sungai Ringsang menuju kampung Pamatang. Cabang sungai ini sudah mati dan ditumbuhi pohon rumbia.
Antara Panji-panji dan Al-Qur’an yang mengandung nilai-nilai historis dengan masjid Al-A’la ini tampaknya seakan-akan ada kaitannya satu sama lain. Berdasarkan cerita setempat seperti yang diuraikan ini memanglah hal itu demikian.
Suatu sumber yang memberikan catatan tentang pembinaan masjid Al-A’la ini mengatakan bahwa orang yang masih dikenal sebagai pembina utama ialah Penghulu Muda Yuda Lelana pada awal abad ke 19 . Baliau adalah pimpinan agama didaerah ini
Disamping itu beliau juga dikenal sebagai Pimpinan Pasukan Baratib yang mengadakan perlawanan bersenjata terhadap penjajah Belanda. Pasukan Baratib maksudnya adalah pasukan rakyat yang selalu berzikir menyebut nama Allah, lebih-lebih pada saat bertempur.
Sebuah pertempuran yang sengit terjadi di anak kampung Pinangin yang berhasil menewaskan beberapa serdadu belanda termasuk diantaranya pimpinan pasukan kapiten Van der Heide. Pada saat itu masjid Al-A’la berfungsi sebagai markas pasukan Baratib guna mengatur siasat pertempuran.
Panji-panji peninggalan kuno yang bertulisan zikir tersebut telah turut memberi semangat kepatriotan rakyat melawan tentara penjajah belanda, karena Panji-panji inilah yang dipakai sebagai bendera Pasukan Baratib tersebut. Sedangkan kampung Pamatang disebelah timur nya pada waktu dulu dikenal dengan nama kampung Pematang Paunduran, suatu benteng pertahanan terakhir ketika rakyat disitu mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Pematang Paunduran merupakan istilah Bahasa Daerah Banjar yang berarti “Dataran tempat untuk mundur” yaitu daerah untuk bertahan.
Tanah tempat berdirinya Masjid Al-A’la ini adalah tanah wakaf yang berasal dari turunan keatas dari Penghulu Muda Yuda Lelana. Setelah meninggalnya Yuda Lelana masjid tersebut diteruskan pembinaannya oleh kedua putra beliau, yaitu Haji Abdurrahman dan Abu Hamid (Buamid).