Catatan Muhammad Edwan Ansari: 08/01/2020

Senin, Agustus 31, 2020

jangan terlalu cepat menilai seseorang

ada sebuah cerita yang menarik tentang seorang pedagang, pada suatu hari datanglah beberapa orang pemuda ke toko seorang pedagang

Pemuda : Assalamualaikum paman!

Pedagang : Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Jawab si pedagang

Pemuda : kami dari pemuda karang taruna datang kesini memintakan sumbangan untuk acara karang taruna

Pedagang :oh Iya,,, (langsung mengambil uang)

Mohon maaf sekedarnya saja bisa membantu, mudah-mudahan sukses acaranya

Pemuda : Inggih paman!

Terimakasih

Dan si pemuda itu pun pergi dari tempat jualan pedagang itu

di perjalanan menuju tempat berikutnya si pemuda lainnya yg menemani pemuda bertanya kepada pemuda itu

Pemuda 2 : berapa Tadi paman mambari

Pemuda 1 : Ulun cek dlu

(Sambil mengambil amplop yg di kasih paman pedagang)

Rp.50.000,- yang beliau kasih tadi

Alhamdulillah

Pemuda 2 : Bechhh ... Pamalar sakalinya paman itu tadi (pelit)... Acil toko sebelah td memberi Rp. 100.000,-

Pemuda 1 : jangan gitu kawan, kita tidak boleh membandingkan bandingkan pemberian orang

Sembari berjalan kedua pemuda ini bertemu dengan pak RT

Pak RT pun bertanya : ada apa rame-rame diskusi

Pemuda 1 : ah ini pak RT kawan saya ini komplain si paman pedagang itu ngasih sumbangan lima puluh ribu

Padahal itu udah lumayan kan...

Pak RT : Diam tersenyum sambil berkata

Kalian ini terlalu cepat menilai orang

Langsung menjudge paman pemalar (pelit)

Gini.....

Bisa saja cuman itu yang ada di tempat paman tadi

beliau itu orangnya luar biasa loyal kepada orang

Coba ingat.. siapa yang tiap hari membantu penggalangan dana untuk pembelian Ambulance dulu,

siapa yang rela mengerjakan sendiri membikin baliho dan lain-lain waktu acara haul Akbar dulu

Beliau jarang ketinggalan kalau urusan sosial

dulu aku pernah mendengar cerita dari mertua paman itu

Bahwa yang membayar rekening listrik langgar di desa kita ini beliau

Walaupun beliau lakukan secara sembunyi-sembunyi

Panitia langgar tidak tau bahwa beliau yang membayar biaya listrik Langgar mereka

jadi jangan terlalu cepat menilai orang.....

kalian tau tidak siapa beliau....

kalian tidak kenal kan...taunya beliau pedagang Saja..

beliau itu dulunya di kampungnya guru mengaji, makanya jgn heran beliau mampu jadi imam d langgar... Tp orangnya tak mau neko-neko makanya gitu aja.. mungkin tawadhu"

Pemuda 1 : wah... Kada menyangka pa lah..

Pak RT : eeeemmm (menghela nafas, sekaligus menyalakan rokok beliau)

asal kalian tau.. paman pedagang itu sarjana, lulus kuliah terus banting setir jadi pedagang

kalo tidak salah sempat jadi ketua Senat Mahasiswa

dulu saya pernah ketemu dengan salah seorang temannya

Lalu saya tanya

Kok beliau gitu, temanya itu bilang bahwa paman pedagang itu memang suka lowprofile orangya

jadi saran saya kalian jgn suka terlalu cepat menilai orang

Selama beliau berjualan di sini apa pernah kalian beli dagangan beliau

Apa pernah kalian berbelanja di tempat beliau

Pemuda 2 : tidak pernah pa!

Pak RT : nah pantas saja kalian tidak tau beliau,

Cobalah berbelanja ke tempat beliau, dengan berbelanja di tempat beliau

Kalian sama halnya membantu beliau, membantu beliau menafkahi keluarganya,

Anak dan istrinya, membantu biaya sekolah anak-anaknya

toh sekiranya yang membantu kalian kalau minta Sumbangan ini beliau juga kan salah satunya

Ada yang meninggal beliau yg biasa rajin ikut gotong royong

coba kalian bayangkan belanja di tempat beliau secara tidak langsung membantu dakwah beliau, ada berapa majelis ta'lim yg beliau bantu, ada berapa langgar dan mushalla yang beliau dan teman-teman bantu

Belum lagi musibah kebakaran, banjir dan lain sebagainya

Jadi berbelanja di tempat orang yang suka membantu orang lain itu secara tidak langsung juga membantu orang-orang yang beliau bantu

pemuda 2: han tuh. Dang'ari pa RT bapandir

Pemuda 1: sampian Nang dari awal tadi Pina sangka buruk wan paman pedagang itu tadi, ternyata kita bukan apa-apanya dibandingkan beliau

Pak RT: ya sudah ... Saya balik duluan ya! (Sambil bersalaman)

Pemuda 2 : Mun kaya itu kita bantu paman pedagang itu, mulai hari ini kita barataan belanja di tempat Sidin aja, toh harga di tempat beliau murah juga

Pemuda 1 : nah itu! Berbelanja di tempat beliau itu sama halnya membantu orang-orang yang dinafkahi beliau dan membantu beliau seperti petuah pak RT tadi

***

copas

Minggu, Agustus 23, 2020

Sering-sering lah memandang wajah orang yang sholeh dan seringlah datang ke majlis ilmu karena itu akan melembutkan hati yang keras. (Al-Habib Umar Bin Hafidz)

Sabtu, Agustus 22, 2020

Rapat dpd

Life is Choice

Berjuang bersama FPI itu memang sangat melelahkan, bukan hanya berkorban tenaga dan waktu tapi juga harus berkorban harta dan benda. Tenaga dan waktu istirahat juga harus kau korbankan untuk menjadi relawan bencana dan sebagainya. Seragam yang juga akan kau kenakan harus kau beli dengan uang sendiri, Transpot menuju acara juga harus menggunakan uang sendiri, Resiko berjuang juga harus kau tanggung sendiri. Jikalau kau berjuang untuk mencari bayaran atau penghargaan maka bukan FPI tempatmu untuk berjuang.

Ketahuilah kalu kau merasakan lelah dan sakit untuk membela agama, Mereka musuh-musuhmu juga merasakan lelah dan sakit. Kalau kau punya rasa takut dan khawatir, mereka musuh-musuhmu juga merasakan takut dan khawatir. Kalau kau bisa terluka dan mati dalam membela agama, mereka musuh-musuhmu juga bisa terluka dan mati... Tapi yakinlah dalam hati mu kalau resa lelah, sakit, takut, khawatir, terluka dan matimu. akan dibalas pahala dan syurga oleh Allah.

semoga kita bisa istiqomah dalam perjuangan sebagai pelayan umat dan pembela agama...

Kawan-kawanku

janganlah kalian berjalan di belakangku karena sesungguhnya aku dhaif dan faqir aku takut membuat kalian kecewa

jangan kalian berjala didepanku

karena jika ada duri di perjalanan ini cukup aku yg merasakan sakit duri itu

Berjalanlah kalian disampingku

Agar kita bisa berjuang bersama, mengikat asa, merangkai cita

mari kita jawab semua caci dengan cinta.

Semua fitnah dengan kasih.

Semua amarah dengan sayang

pilihan ada di tangan kawan-kawan

Terus sebagai pejuang, atau diam sebagai pecundang!

Hidup adalah pilihan

Life is choice

Rabu, Agustus 19, 2020

Catatan Seorang Muhammad Edwan Ansari

#EdwanAnsari

#RafliAnsari

#SemutPemburuBerkah

#GEMPUR

#CV.AnsariGrup

Present By Edwan Ansari

-Founder: Relawan Semut Pemburu Berkah

- Ketua LSM: GEMPUR

(Gerakan Masyarakat Peduli Murakata)

- Owner: Rafli Ponsel & Rafli Toys

- CV. Ansari Grup

Editor: Rahimah

Pimpinan Redaksi: Muhammad Edwan Ansari

chip Owner: Muhammad Rafli Ansari

Sebuah tulisan dalam rangka mencari inspirasi untuk hidup lebih baik

Aku dilahirkan di sebuah Desa Kecil dengan pemandangan Rimbunnya pepohonan. dari seorang rahim wanita yang merawat dan membesarkanku dengan penuh kasih dan cinta ,yang selalu penuh inspirasi memotivasiku. Aku dibesarkan di lingkungan keluarga sederhana, bukan dari golongan priyai atau golongan ningrat & bukan Orang kaya. Tetapi itulah sebuah anugerah Tuhan yang begitu Indah, ditemani dengan saudara yang berjumlah 1 orang, dimana aku anak ke-1, dan merupakan sulung di dalam keluarga kecil kami. Untuk membekali dalam proses pencarian sebuah jati diri dan ilmu yang kelak akan menjadi tuntunan dalam menjalankan roda kehidupan dan dapat melaksanakan satu kewajiban sebagai seorang manusia yang dinobatkan menjadi Khalifah di muka bumi. Diantara manusia yang selalu terjaga di tengah kesunyaian malam. Kini Hidup brsama seorang Istri yang tercinta di kota dengan semboyan “Bandung Van Borneo “ & “Murakata” Sambil terus berusaha untuk terus berproses menjadi aku tanpa harus memasrahkan pada keadaan dan pada apapun yang tak sepatutnya manusia memasrahkan pada sesuatu yang haknya yakni Dia yang maha memberi kehidupan untuk kita semua sebagai makhluk-Nya. Di kota inilah arti tentang perjuangan, persahabatan, pengorbanan, komitmen, loyalitas dan segala bentuk yang telah aku kerjakan untuk aku pertanggunjawabkan bergelut dalam hidup yang terkadang orang mengatakan itu monoton dan menjemukan. Sebagai anak muda yang bergejolak dalam arus dinamika di Kehidupan dan Organisasi, Kami di ajarkan tentang Idealita dan Idealisme. Setiap kami berdebat tentang cita-cita Islam dan metodologi untuk mendaratkannya pada arus empiris, pada saat itu pula Idealita itu menabrak karang realitas. Cita-cita memang berdiam di wilayah in absracto, sementara kenyataan mewujud dalam ruang in concretto. Pada saat benturan itu terjadi, maka yang terlahir adalah protes dan kritik. Tentu tidak sekedar itu. Kami juga di ajarkan tentang jawaban alternatif tetapi terus terang, jawaban bagi kami belum menjadi hal yang utama, suatu waktu generasi saya akan melakukannya juga”, Namun inilah proses anak muda yang haus akan sebuah makna dari kehidupan yang sesungguhnya. Makna yang coba digali sendiri dengan proses pergulatan antara rasa, perasaan yang berbaur menjadi satu dan bukan menurut siapa-siapa diluar atas pilihanya sebagai manusia yang terus berproses untuk tetap menjadi manusia pada porsinya. Dalam tinta proses memaknai hidup. Sembari berlari mengejar mimpi, aktifitas sehari aku isi dengan bergelut dengan para pencari, dalam ruang-ruang seminar dan diskusi, sembari menuliskan dalam tinta-tinta liar, dan berharap di kota kecil yang guyub dan dinamis ini. Riakan-riakan tinta liar ini dapat menjadi gelombang tinta yang mewujudkan duniaa dengan penuh cinta dan damai dalam keridhaan Allah S.W.T Amin……. “ Hidup Untuk Berproses dan Berproses Untuk Memaknai Hidup karna Berproses yang sesungguhnya adalah dengan beraktifitas ” “semuanya akan menjadi kenangan pada masanya, jalani dengan bumbu bersyukur dan lakukan dengan keikhlasan untuk berproses dalam kehidupan sampai pada kebahagian yang sesungguhnya” , , Motto“ Bermanfaat Bagi Orang Lain, Yakin Usaha Sampai ”