Makam KH. Jamaluddin bin H. Afif (Pendiri Pondok Pesantren Darussalam Martapura).
Letak: Alkah Karangan Putih, Jalan Menteri Empat, Kelurahan Keraton, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.
KH. Jamaluddin bin H. Afif (28 Maret 1887-17 November 1940 M) adalah ulama asal Martapura yang dikenal sebagai pendiri dan pimpinan periode pertama Pondok Pesantren Darussalam Martapura, beliau memimpin Pondok Pesantren Darussalam dari tahun 1914 hingga 1919 M. Pondok Pesantren Darussalam adalah pondok pesantren tertua di Kalimantan yang telah mencetak ulama-ulama besar.
KH. Jamaluddin mendirikan Pondok Pesantren Darussalam pada 14 Juli 1914 M dengan nama Madrasah Darussalam, beliau dibantu oleh beberapa ulama antara lain KH. Muhammad Yamin, KH. Muhammad Nashir, dan beberapa ulama lainnya. Sebelumnya di Kota Martapura telah banyak berkembang pendidikan keagamaan yang bersifat sederhana dan tradisional yakni sistem mengaji duduk. Pendirian Pondok Pesantren Darussalam oleh KH. Jamaluddin bisa dikatakan sebagai pengembangan lebih lanjut dari tradisi pendidikan yang telah ada dengan lebih terlembaga, awalnya sistemnya masih bersifat halaqah di mana para santri mengelilingi guru untuk mendengarkan pembacaan kitab. Pondok pesantren ini mengimbangi pendidikan di sekolah-sekolah Belanda yang disusun berjenjang mulai dari Polk School, For Folk School, MULO, HIS, dan sebagainya.
Keputusan KH. Jamaluddin untuk mendirikan pondok pesantren dilandasi dengan semangat dalam rangka pengembangan agama Islam di wilayah Kalimantan Selatan, karena daerah ini memang dikenal memiliki tradisi keagamaan yang sangat kuat. Bahkan sejumlah ulama Indonesia terkemuka berasal dari daerah ini. Oleh karena itu, KH. Jamaluddin kemudian melihat bahwa pondok pesantren merupakan satu upaya terbaik saat itu untuk mengembangkan agama Islam khususnya di wilayahnya.
Ikhtiar ini kemudian dilanjutkan dan dikembangkan oleh KH. Hasan Ahmad. Sistem klasikal kemudian dikenalkan oleh KH. Kasyful Anwar yang menggantikan KH. Hasan Ahmad, beliau memperkenalkan penjenjangan mulai dari Tahdhiriyah selama 3 tahun, Ibtidaiyah 3 tahun, dan Tsanawiyah 3 tahun.
Catatan:
Banyak dari santri/santriwati Pondok Pesantren Darussalam tidak mengetahui makam beliau, padahal sudah seharusnya untuk diziarahi sebagai tanda terima kasih, karena:
لولا مرب ما عرفت ربك.
Jikalau bukan karena guru, maka engkau tidak akan mengenal Tuhanmu.
Jadi ulun bapasan gasan ading-ading wan kaka-kaka ulun nang masih sakulah di Darussalam atawa nang sudah lulus supaya ziarah ka kubur sidin.
Al Fatihah...
رب فانفعنا ببركتهم واهدنا الحسنى بحرمتهم وأمتنا في طريقتهم ومعافاة من الفتن.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari