Karipis Murid IV Datu Suban
Datu Karipis dan Pendekar Sakti
Al-kisah di sebuah daerah yang bernama kampung Alai (mungkin Batang Alai, Barabai) hiduplah seorang pendekar sangat sakti mandraguna yang bernama Kupang Ranggasan. Ia mempunyai bermacam ilmu bela diri dan berbagai kesaktian serta sangat suka mencari lawan tanding untuk mengukur tingkat kekuatan dan kesaktiannya. Ia rupanya ambisius sekali untuk menjadi pendekar terunggul sejagad sehingga setiap ada seorang sakti di suatu daerah akan ia datangi dan minta menjadi lawan tanding buat ia kalahkan. Banyaklah sudah pendekar di seputar kampungnya yang sudah ia kalahkan dan taklukan, nyaris tidak ada satupun yang bisa mengimbangi, apalagi setanding dengannya Si Pendekar Sakti Kupang Ranggasan. Bisa dimengerti kemudian, jika ia menjadi angkuh dan sangat sombong bahwa ia kini merasa pendekar terhebat tanpa ada lawan tanding, ia tak sadar lagi bahwa di atas langit masih ada langit.
Suatu hari ia mendengar selentingan dan bisik-bisik masyarakat bahwa di Kampung Muning ada banyak orang sakti yang sangat hebat, salah satunya yang dikenal sebagai Datu Karipis, murid nomer empat atau keempat dari mahaguru Datu Suban. Tentu, bagi Pendekar Kupang Ranggasan, ini sesuatu yang menyinggung perangainya yang sombong, bahwa ada seseorang yang mungkin lebih unggul darinya sekaligus mengundang rasa penasarannya untuk mengajak orang yang diceriterakan tersebut untuk bertanding ilmu dan kesaktian.
Konon, saking berkeinginannya untuk mengalahkan setiap tokoh yang dianggap hebat, berangkatlah Pendekar Kupang Ranggasan pada suatu waktu menuju kampung Muning, Tapin yang sangat jauh dari kampung Alai. Ia pergi sendirian tanpa pengawal seorangpun, karena ia yakin selama perjalanan siapa sih yang berani mengganggu dia, seorang pendekar sakti mandraguna tanpa tanding. Malahan, justru selama dalam perjalanan ia banyak menggertak orang baik yang kuat maupun yang lemah untuk menunjukkan perbawa dan memamerkan kedigjayaannya.
Sesampainya di kampung Muning, setelah menempuh perjalanan beberapa hari, ia bertemu dengan seorang yang tidak tua dan tidak muda. Tanpa basa-basi, lantas ia bertanya dengan lantang dan kasar, “Betulkah di sini kampung Muning"? "Iya sanak", jawab orang itu dengan suara lembut dan santun. "Apa betul di sini banyak orang-orang hebat"? Tanyanya lagi dengan ekspresi wajah bengis."Ah, tidak benar itu sanak, di sini hanya banyak orang-orang lemah, buta, bisu dan tuli tidak punya daya apa-apa kecuali atas izin Allah", jawab orang itu lagi. Kupang Rangganas, sangat gusar, karena merasa dipermainkan orang itu, "Hiyaaat", ia menerjang deras hendak menangkap tubuh orang itu. Orang itu, seperti merapal doa kepada Allah tetap berdiri tegak, diam saja, membiarkan Kupang Rangganas menangkap dan mau membanting dirinya. Namun anehnya, betapapun dengan tenaga besar dan telah mengeluarkan seluruh kesaktiannya Kupang Rangganas tidak mampu mengangkat tubuhnya yang tampak tidak besar. Beberapa kali, Kupang Rangganas berusaha dan terus mencobanya, tapi jangankan bisa mengangkat dan membanting, tergeser saja tidak, bahkan justru sepasang kakinya tertanam masuk ke dalam tanah, semakin ia memperkuat tenaganya semakin dalam tenggelam sepasang kakinya ke dalam tanah hingga sampai batas dadanya. Sampai di sini Kupang Ranggasan, mengaku kalah, sadar bahwa kesombongan itu tidak baik bahkan suatu dosa yang sangat besar. Ia kemudian tertunduk malu dan berucap :"Ampun maaf sanak, saya mengaku kalah dan mengaku salah", lalu ia berucap lagi :"Ajari saya sanak jalan kebenaran, saya ingin tobat dan insaf". Orang itu, lantas menjawab dan berucap :"Ikuti apa yang aku katakan dengan tulus, "Asyhadu Ilaha illallah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah". Setelah Kupang Rangganas mengikuti ucapan orang itu atau telah mengikrarkan Syahadat, secara perlahan-lahan kedua kakinya terangkat ke permukaan bumi. Akhirnya kemudian pendekar sakti itu berguru kepada orang itu, yang nanti diketahui ternyata sebagai Datu Karipis, dan kemudian ia menjadi pendekar sakti yang baik dan budiman selalu membela kaum yang lemah dan berpihak kepada kebenaran.
Perlu diketahui Datu Karipis, seperti telah disebutkan di atas, adalah salah satu murid dari mahaguru Datu Suban, atau tepatnya ia murid utama keempat Datu Suban. Datu Karipis terkenal memiliki beberapa ilmu kesaktian terutama ilmu kebal tubuh. Bahkan dalam ilmu yang disebut terakhir ini Datu Karipis menjadi ikonnya. Artinya, untuk ilmu kebal yang sempurna bagi masyarakat Banjar adalah ilmu kebal dari Datu Karipis yang hebat, putih dan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip ajaran Islam. Datu Karipis yang kebal kulitnya, tahan terhadap terhadap senjata tajam dan menahan peluru senjata api atas izin Allah Swt. Menurut tutur lisan masyarakat, badan Datu Karipis seperti besi kerasnya, membaja sebagai mechanice human atau iron man atau manusia super yang melebihi manusia biasanya. Demikian sekelumit kisah dari Datu Karipis dari Muning, Tapin, Kalimantan Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari