Tuan Guru H. Hasan Mugeni Marwan
Tuan Guru H. Hasan Mugeni Marwan merupakan saudara kandung Tuan Guru H.M. Aini Marwan. Beliau lebih akrab dengan sebutan H. Mugeni Marwan saja. Beliau lahir di Banua Anyar Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin sekitar tahun 1905. Beliau seorang qari sekaligus guru seni baca Alquran yang terkenal di Banjarmasin dan malah di Kalimantan Selatan termasuk di Kandangan Hulu Sungai Selatan daerah tempat tinggal saudara beliau. Orang tua beliau bernama Tuan Guru H.M. Marwan dan ibunya Hj. Nurfah. Beliau adalah anak ketiga dari empat bersaudara seibu sebapak, masing-masing: H. M. Aini Marwan, H.M. Noor Marwan, H. Hasan Mugeni Marwan dan Rahmah (orang tua H. Tarmizi Abbas mantan Imam Besar Mesjid Raya SabilalMuhtadin Banjarmasin). Sedangkan saudara sebapak masing-masing: Petum, H. Abd. Malik Marwan, H. Tayyib, Mukhlisun, Abul Hasan, Khalil, dan Ulya.
Latar belakang pendidikan formal beliau, sejak di Mesir mempelajari ilmu agama sekaligus mendalami seni baca Alquran. Sepulangnya dari Mesir beliau mulai mengabdikan diri sebagai guru honorer, mengajar di Sekolah Menengah Islam Pertama (SMIP) Mesjid Jami’ Banjarmasin di masa kepemimpinan Tuan Guru H. Hanafie Gobit. Dari perkawinannya dengan istrinya dianugerahi tiga orang anak masing-masing: H. Hadi, Hj. Aluh (mantan istri pertama H. Tarmizi Abbas) dan H. Makmun. Setelah istrinya sakit dan meninggal dunia, beliau kawin lagi namun tidak mendapatkan
keturunan.Beliau adalah qari sekaligus guru seni baca Alquran dengan spesifikasi keahlian bidang tajwid. Kemampuan beliau di bidang ini adalah hasil dari ketekunannya belajar seni baca Alquran dengan sejumlah guru yang ada di Mesir. Salah satunya adalah guru kakaknya sendiri, Syekh Yusuf Indragiri. Dari pengalaman berguru dengan sejumlah qari Mesir ini membuat beliau menguasai seluk-beluk seni baca Alquran, ditunjang bahan dasar suaranya yang merdu dan jernih. Meski tidak pernah menjuarai musabaqah, namun setelah MTQ diadakan di Indonesia beliau dilibatkan sebagai dewan hakim, malah sebagai ketuanya, baik di tingkat provinsi Kalimantan Selatan maupun tingkat Nasional. Ketika qari nasional sekaligus internasional (H. Muammar ZA) berkunjung ke Banjarmasin untuk silaturahmi dengan Drs.
H. Murjani A. Malik, MAP (qari nasional) Muammar menyempatkan diri menemui beliau. Ketika itu Muammar disuruh beliau membaca Alquran di hadapan beliau, Muammar pun melantunkannya. Setelah itu ia berbisik dengan Murjani A. Malik, bahwa ia sempat gugup dalam membacanya. Saya katanya, “tidak pernah gugup membaca Alquran kecuali di depan pamanmu ini”, saya tidak tahu
kata Muammar, apa sebabnya. Peristiwa ini mengisyaratkan kealiman pengetahuan seni baca Alquran beliau. Memang menurut H. Abd. Malik Marwan, beliau itu menguasai betul seni baca Alquran, termasuk kekhusukan membaca dan mengajarkannya. Sehingga pada waktu tertentu, qari nasional H. Hasan Baseri pernah
ditegur beliau karena sewaktu membaca Alquran, wajah/muka dan matanya menyeret ke kiri dan ke kanan, “itu tidak khusyu” kata beliau. Beliau menyayangkan kesalahan para qari dari Kalimantan Selatan yang membaca Bismillahirrahmanirrahim di permulaan surah Al-Taubah, padahal saat itu Kalimantan Selatan menjadi ”tuan rumah” MTQ Nasional. Seharusnya ketika membaca surah al-Taubah (al-Baraah) tidak membaca basmalah sebagaimana lazim membaca Alquran pada surah-surah lainnya. Kesalahan ini manyupanakan ujar beliau, sekaligus menjatuhkan nama harum Kalimantan Selatan. Di samping ahli seni baca Alquran, beliau juga hafal Alquran (hafizh) dan sekaligus menguasai tafsirnya. Melalui keahlian itu beliau mengabdikan diri dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat yang berminat mendalami dan mempelajari seni baca Alquran di rumah beliau di Banua Anyar Banjarmasin. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat yang berbakat dan berminat. Mereka mendatangi beliau untuk belajar seni baca Alquran, baik siang maupun malam.
Ketika memberikan pembelajaran beliau tidak pernah menggunakan kitab Alqurannya lagi karena beliau sudah hafal. Dalam memberikan pelajaran beliau dikenal sebagai sosok guru yang agak keras dan disiplin, bila salah dalam membaca, tidak jarang beliau menghentakkan kipas yang ada di tangannya dan menyuruh mencari kesalahan. Bila tidak ditemukan barulah ia meluruskannya. Dengan cara demikian, ternyata memotivasi murid beliau untuk selalu hati-hati dalam membaca Alquran baik terkait dengan kebenaran bacaan (fashahah), maupun berkenaan dengan makhraj dan tajwidnya, tidak terkecuali lagu atau iramanya. Ternyata melalui pendekatan ini pada akhirnya muridnya menyadari sendiri di mana letak kesalahannya.
Dengan pengabdian yang tulus beliau mempunyai banyak murid yang berhasil dibinanya di Kalimantan Selatan, sehingga lahirlah qari/qariah yang berprestasi di tingkat provinsi maupun nasional, malah sampai ke tingkat internasional. Menurut informasi yang diperoleh, dapat dikatakan, bahwa qari-qariah yang meraih prestasi hingga tingkat nasional/internasional rata-rata mengaku pernah belajar dengan beliau. Di antaranya Dra. Hj. Wahidah Arsyad, Hj. Alfisyah Arsyad, Drs. HM. Djamani, H. Ghazali Rahman.
Keahlian beliau di bidang seni baca Alquran ini membuatnya sering diundang ke berbagai daerah di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dan beberapa daerah di Indonesia untuk membacakan ayat suci Alquran atau mengajarkan keahliannya kepada masyarakat Islam Indonesia. Hal ini tentu saja menjadi cikal-bakal munculnya generasi qari-qariah ke depan di seluruh Indonesia. Lebih lagi untuk daerah Kota Banjarmasin khususnya dan Kalimantan Selatan pada umumnya. Ketika ditanya kemungkinan adanya kaset atau rekaman alunan suara emas dari qari dan sang guru terkenal ini, ternyata menurut keluarganya tidak terekam dengan baik, akibatnya kita kehilangan rekaman berharga yang tidak bisa diputar kembali.
Di samping pengabdian beliau di bidang ini beliau juga mengabdikan diri sebagai khatib Jumat di beberapa masjid di kawasan Kota Banjarmasin dan sekitarnya. Beliau adalah salah seorang Pengurus Mesjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin bersama Gubernur Kalimantan Selatan yang ketika itu dijabat oleh H. Subardjo pada tahap pembangunan awal masjid ini. Begitu akrabnya hubungan keduanya, H. Subardjo menjadikan beliau sebagai “orangtua angkat”. Beliau juga tercatat sebagai salah seorang Pengurus Organisasi Seni Baca Alquran Jam’iayyatil Qurra wa al-Huffaz Kalimantan Selatan yang diketuai H. Mahlan Amin . Kemudian kiprah beliau lainnya dalam ormas Islam adalah menjadi salah seorang dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PW-NU) Provinsi Kalimantan Selatan.
Setelah menderita sekit beberapa waktu, qari dan guru seni baca Alquran yang populer disapa dengan H. Mugeni Marwan ini
meninggal dunia pada tahun 1983, dalam usia 78 tahun. Jenazah beliau dimakamkan di Banua Anyar Kompleks Kubah Datu H.
Muhammad Amin. Beliau banyak sekali mewariskan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, lebih-lebih sebagai orang yang
menekuni Alquran. Keulamaan beliau patut dijadikan contoh teladan oleh generasi selanjutnya, bahkan dari masa ke masa,
terutama mereka yang menerjunkan diri sebagai seorang ulama
Kepergian Tuan Guru H. Hasan Mugeni Marwan untuk selama-lamanya tentu saja meninggalkan duka yang dalam di hati umat Islam Kalimantan Selatan khususnya. Sebab dengan tidak adanya beliau di medan dakwah dan gelanggang seni baca Alquran, kita belum
memiliki gantinya, baik yang ‘mendekati’ apalagi yang ‘setara’ dengan beliau. Padahal di daerah ini sangat potensial dengan calon-calon atau bibit-bibit baru qori dan qoriah, demikian pula halnya dengan kader-kader ulama. Semoga saja apa yang pernah ditimba murid-murid dari beliau ditularkan lagi kepada masyarakat pada umumnya, dan bagi mereka yang berminat pada khususnya. Dengan demikian baik keteladanan dari sepak terjang beliau sebagai ulama Alquran, maupun sebagai tokoh masyarakat dan pemimpin kaum muslimin, tidak hilang begitu saja bersamaan dengan meninggalnya beliau, melainkan masih ada penerusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari