Kamis, Oktober 17, 2024

Makam Datu Aba (Hj.Fatimah), istri Tuan Guru Syekh Abdurrahman Siddiq Sapat Lokasi Makam, Turbah Alawiyin, Pemakaman Pegirian Ampel Surabaya

 Makam Datu Aba (Hj.Fatimah), istri Tuan Guru Syekh Abdurrahman Siddiq Sapat 




Lokasi Makam, Turbah Alawiyin, Pemakaman Pegirian Ampel Surabaya


Datu Aba (Hj.Siti Fatimah) adalah seorang janda kaya yang berasal dari Belinyu Bangka yang merupakan salah satu dari istri  Datu Sapat yang menemani beliau hingga akhir hayat tuan guru. Namun dari pernikahan ini beliau tidak mendapat keturunan. Peranan Datu Aba cukup besar dalam menemani suaminya berdakwah kemana mana. Diketahui sebelumnya Datu Sapat bermukim di Bangka untuk menyusul ayah beliau, Datu Landak yang terlebih dahulu mukim disana. Setelah Datu Sapat datang., majelis tersebut diserahkan Datu landak kepada putra beliau Datu Sapat.

Datu Sapat selain sebagai Tuan Guru, beliau pun mengisi pengajian ke berbagai tempat, antara lain,Selan, Mentok, Puding, Belinyu, dsb dengan berkomitmen mencari keridhoan Allah SWT semata.

Pada suatu ketika, tuan guru keluar desa memberikan pengajian , penguasa bangka yang yang kebetulan satu kendaraan dengan tuan guru dan juga beberapa orang lainnya  mengabarkan bahwa calon menantu kemenakan beliau Hasanah, mempelai pria nya meninggal dunia, sementara pesta  pernikahan segera dilangsungkan, sehingga ia menawarkan kepada rombongan siapakah yang bersedia menikahi Hasanah agar walimah tetap diselenggarakan.. Tawaran tersebut tidak ada yang bersedia menanggapi, akhirnya Datu Sapat dengan penuh pertimbangan menerima pernikahan tsb.

Hal ini memicu kemarahan Datu Aba, ia mengajak suaminya tidak tanggung menambah istri lagi, dengan syarat kembali ke martapura dan dari martapura.,menggenapkan menjadi empat. Maka Datu Aba dan madu nya Hasanah diboyong ke martapura balik ke kampung halaman datu Sapat, disana beliau dijodohkan dengan Aminah dan Fathmah. Jarak pernikahan hanya berselang sekitar satu minggu. Dengan demikian genaplah istri beliau menjadi empat, batas yang dibenarkan dalam syariat Islam.

Sepintas, apa yang dilakukan Datu Aba tersebut adalah menurutkan kecemburuan dihati, namun ternyata hal tersebut membawa rahmat dan keberuntungan yang amat besar bagi keluarga besar tuan guru, terutama generasi melanjutkan perjuangan leluhurnya dalam berdakwah.

Di akhir hayat sepeninggal Datu Sapat, Datu Aba bermukim di ampel, karena keluarga beliau pun dari etnis tiong hoa banyak berada di surabaya. beliau dikenal sebagai wanita tua yang sholehah dan walaupun mengalami kebutaan di masa tua, tapi anehnya selalu berdandan dengan rapi dan cantik, duduk berzikir dikeseharian beliau sampai akhir hayat.

Wallahu alam bissawab

Dikutip dari cerita tutur, saksi hidup  dan Buku Tuan Guru Sapat karangan A.Muthalib MA ( 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari