Makam Tuan Guru H. Hasan Mughni bin Tuan Guru H. Muhammad Marwan bin Syaikh Mufti H. Muhammad Amin.
Letak: Komplek Makam Datu Amin Banua Anyar, Jalan Banua Anyar, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan.
Tuan Guru H. Hasan Mughni atau yang lebih akrab disapa H. Mughni Marwan dilahirkan di Banua Anyar pada hari Selasa tanggal 27 Syawwal 1325 H bertepatan dengan 3 Desember 1907 M dari pasangan Tuan Guru H. Muhammad Marwan dan Hj. Nurfah. Beliau anak ketiga dari empat orang bersaudara seibu-sebapak, masing-masing yaitu: Tuan Guru H. Muhammad Aini, Tuan Guru H. Muhammad Nur, Tuan Guru H. Hasan Mughni, dan Hj. Rahmah (ibu dari Tuan Guru H. Tarmidzi Abbas). Sedangkan saudara sebapak beliau yaitu Fetum, H. Abdul Malik, H. Thayyib, Mukhlisun, Abul Hasan, Khalil, dan Ulya.
Tuan Guru H. Hasan Mughni merupakan seorang Hafizh Al Qur'an sekaligus Qari dan guru seni baca Al Qur'an dengan spesifikasi keahlian bidang ilmu Tajwid yang terkenal di Banjarmasin, kemampuan beliau di bidang ini adalah hasil dari ketekunannya belajar seni baca Al Qur'an dengan sejumlah guru yang ada di Mesir, salah satu guru beliau yaitu Syaikh Yusuf Indragiri. Dari pengalaman berguru dengan sejumlah Qari di Mesir ini membuat beliau menguasai seluk-beluk seni baca Al Qur'an, ditunjang dengan suaranya yang merdu dan jernih. Meski tidak pernah menjuarai musabaqah, namun ketika MTQ diadakan di Indonesia, beliau dilibatkan sebagai dewan hakim, baik di tingkat Provinsi Kalimantan Selatan maupun tingkat Nasional. Selain itu, beliau juga hafal Tafsir Jalalain. Sepulangnya dari Mesir, beliau mengabdikan diri sebagai guru honorer dan mulai mengajar di Sekolah Menengah Islam Pertama (SMIP) Masjid Jami' Banjarmasin di bawah kepemimpinan Tuan Guru H. Muhammad Hanafi Gobit.
Ketika Qari Nasional sekaligus Internasional H. Muammar Zainal Asyikin berkunjung ke Banjarmasin untuk bersilaturahmi dengan Drs. H. Murjani bin H. Abdul Malik (Qari Nasional), H. Muammar menemui Tuan Guru H. Hasan Mughni. Ketika itu H. Muammar disuruh beliau membaca Al Qur'an di hadapannya, H. Muammar pun melantunkannya. Setelah itu H. Muammar berbisik dengan H. Murjani, kata H. Muammar: Saya tidak pernah gugup membaca Al Qur'an kecuali di depan pamanmu ini, saya tidak tahu apa penyebabnya.
Peristiwa ini mengisyaratkan kealiman pengetahuan seni baca Al Qur'an Tuan Guru H. Hasan Mughni. Menurut H. Abdul Malik, beliau itu memang menguasai betul seni baca Al Qur'an termasuk kekhusyukan membaca dan mengajarkannya. Sehingga pada beberapa kesempatan, Qari Nasional H. Hasan Basri pernah ditegurnya karena membaca Al Qur'an dengan mata melirik ke kiri dan ke kanan, itu tidak khusyuk kata beliau.
Tuan Guru H. Hasan Mughni menyayangkan kesalahan Qari dari Kalimantan Selatan yang membaca Basmalah pada permulaan Surah At Taubah, padahal saat itu Kalimantan Selatan menjadi Tuan Rumah MTQ Nasional. Seharusnya ketika membaca Surah At Taubah tidak membaca Basmalah sebagaimana yang lazim dibaca pada surah-surah lainnya. Kata beliau ini mempermalukan sekaligus menjatuhkan nama harum Kalimantan Selatan.
Melalui berbagai keahliannya itu, beliau memberikan kesempatan belajar kepada masyarakat yang berminat mendalami dan mempelajari seni baca Al Qur'an di rumahnya di Banua Anyar Banjarmasin. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat yang berbakat dan berminat, mereka mendatanginya untuk belajar seni baca Al Qur'an baik siang maupun malam. Ketika memberikan pembelajaran, beliau tidak pernah menggunakan Al Qur'an karena sudah hafal di luar kepala. Beliau dikenal sebagai sosok guru yang agak keras dan disiplin, bila salah dalam membaca, tidak jarang beliau menghentakkan kipas yang ada di tangannya dan menyuruh mencari kesalahan. Bila tidak ditemukan, barulah beliau yang meluruskannya. Cara tersebut ternyata memotivasi murid-muridnya untuk selalu berhati-hati dalam membaca Al Qur'an baik terkait dengan kebenaran bacaan (fashahah) maupun berkenaan dengan makhraj dan tajwidnya, tidak terkecuali lagu atau iramanya.
Dengan pengabdian yang tulus, Tuan Guru H. Hasan Mughni mempunyai banyak murid yang berhasil dibinanya di Kalimantan Selatan. Sehingga lahirlah Qari/Qari'ah yang berprestasi di tingkat Provinsi Kalimantan Selatan maupun Nasional, sebagian murid beliau ada yang sampai ke tingkat Internasional. Menurut informasi yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa setiap Qari/Qari'ah yang meraih prestasi hingga tingkat Nasional/Internasional rata-rata mengaku pernah belajar dengan beliau, di antaranya adalah Dra. Hj. Wahidah Arsyad, Hj. Alfisyah Arsyad, Drs. H. Muhammad Zamani, dan H. Ghazali Rahman.
Keahlian Tuan Guru H. Hasan Mughni di bidang seni baca Al Qur'an ini membuatnya sering diundang ke berbagai daerah di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, serta beberapa daerah di Indonesia untuk membacakan ayat suci Al Qur'an atau mengajarkan keahliannya kepada masyarakat Muslim Indonesia. Ketika ditanya kemungkinan adanya kaset atau rekaman alunan suara emas dari beliau, ternyata menurut keluarganya tidak terekam dengan baik, akibatnya kita kehilangan rekaman berharga yang tidak bisa diputar kembali. Di samping pengabdiannya di bidang Al Qur'an, beliau juga mengabdikan diri sebagai Khatib Jum'at di beberapa masjid di kawasan Kota Banjarmasin dan sekitarnya.
Tuan Guru H. Hasan Mughni pernah menjadi Pengurus Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin bersama Gubernur Kalimantan Selatan yang ketika itu dijabat oleh H. Subarjo pada tahap pembangunan awal masjid tersebut. Begitu akrabnya hubungan keduanya, H. Subarjo bahkan menjadikan beliau sebagai orangtua angkat.
Tuan Guru H. Hasan Mughni juga tercatat sebagai salah seorang Pengurus Organisasi Seni Baca Al Qur'an Jam'iyatil Qurra Wal Huffazh Kalimantan Selatan yang diketuai H. Mahlan Amin. Kemudian kiprah beliau dalam ormas Islam adalah menjadi salah seorang Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Selatan.
Setelah menderita sakit beberapa waktu, Tuan Guru H. Hasan Mughni berpulang ke rahmatullah pada hari Sabtu tanggal 12 Syawwal 1403 H bertepatan dengan 23 Juli 1983 M dalam usia 76 tahun. Dari perkawinannya dengan istri pertamanya, beliau meninggalkan tiga orang anak, yaitu: H. Abdul Hadi, Hj. Aluh (mantan istri pertama Tuan Guru H. Tarmidzi Abbas), dan H. Ma'mun. Setelah istrinya sakit dan meninggal dunia, beliau kawin lagi namun tidak mendapatkan keturunan. Beliau banyak sekali mewariskan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, lebih-lebih sebagai orang yang menekuni ilmu Al Qur'an. Keulamaan beliau patut dijadikan contoh teladan oleh generasi selanjutnya, terutama bagi mereka yang mengabdikan diri sebagai seorang ulama.
..........
di ambil dari berbagai sumber
di edit dan di tulis ulang, di posting ulang oleh :
Muhammad Edwan Ansari,S.Pd.I
......,
Kasarangan, Labuan Amas Utara, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan
copyright@catatanEdwanAnsari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari