Kamis, Oktober 17, 2024

Guru H. Ahmad Zaini, Tunggul Irang, Martapura

 Guru H. Ahmad Zaini, Tunggul Irang, Martapura




Guru H. Ahmad Zaini atau lengkapnya Tuan Guru H. Ahmad Zaini atau Mufti H. Ahmad Zaini bin Tuan Guru H. Abdurrahman (Guru Adu) bin Tuan Guru H. Zainuddin bin Tuan Guru H. Abdus Shomad bin Tuan Guru H. Abdullah Al-Banjari. Beliau dilahirkan pada bulan bersejarah, bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw, tepatnya  tanggal 10 November 1889 M/17 Rabiul Awal tahun 1307 H. Ayah beliau Guru Aduadalah seorang ulama besar yang luas ilmunya dan berpengaruh di kalangan masyarakat, maka hal ini merupakan anugerah Allah tersendiri yang diberikan kepada beliau, terutama sekali ketika belajar ilmu pengetahuan agama Islam. Beliau tak perlu pergi ke mana-mana, cukup di rumah saja alias tidak usah mencari guru lain lagi sudah bisa alim. Sebab di dekat beliau di rumah sendiri sudah tersedia sumber mata air keilmuan yang tak habis-habisnya untuk digali.


Karena itulah, beliau belajar ilmu agama Islam 

langsung dengan ayah beliau sendiri. Meskipun belajar dengan ayah sendiri,beliau tetap berlaku hormat, rajin, serius, disiplin, sopan santun dan selalu tawadhu. Di samping itu, dalam belajar beliau memang nampak

mewarisi beberapa sifat dan kepribadian terpuji dari ayah sendiri, seperti ulet, gigih, tekun, telaten dan penuh semangat dalam belajar. Inilah antara lain yang menjadikan beliau sebagai seorang yang cerdas dan mudah mengerti terhadap pelajaran yang diberikan, sehingga dalam waktu yang tidak lama mampu menguasai beberapa cabang 

ilmu keislaman dengan baik. Luasnya ilmu  keislaman beliau akhirnya tidak kalah dengan sang ayah. Malah sepeninggal ayah beliau, yang menjadi pengganti dalam membimbing 

dan mengajarkan agama serta melaksanakan dakwah Islamiyah lainnya adalah beliau dengan seluruh tenaga dan kemampuan. 


Beliau aktif di bidang sosial kemasyarakatan dalam rangka melindungi umat Islam dari segala macam paham yang menyesatkan dan menyimpang. Aktivitas beliau sebagai seorang ulama cukup padat, baik mengisi pengajian di majlis-majlis ta’lim, masjid dan langgar, menjadi tokoh agama sekaligus pemuka masyarakat, dan tidak terkecuali pula 

sebagai kepala keluarga di dalam kehidupan berumah tangga. Namun semua itu tetap dilaksanakan dengan baik, masing-masing 

diposisikan sebagaimana mestinya. Dengan sangat hati-hati dan perhitungan yang matang, beliau mampu membagi waktu dengan 

baik, sehingga tiap hari aktivitas beliau berjalan dengan lancar.


Ini bisa diketahui lantaran kehidupan mereka sebagai sebuah keluarga memang sangat akrab, harmonis dan sarat dengan muatan ajaran dan prilaku keislaman. Oleh karenanya tidak heran apabila proses keteladanan dari ayah kepada anaknya, telah terjadi sedemikian rupa. Sang ayah mampu mewariskan sepak terjang terpuji dan mulia, lalu dengan sendirinya mudah diaktualisasikan kembali 

oleh anak-anaknya.


Dengan demikian sesibuk apapun kegiatan yang dilaksanakan dan sebanyak apapun frekuensi tugas yang mesti dikerjakan; 

bukanlah suatu persoalan lagi bagi beliau. Sebaliknya, justru menjadi tantangan dan peluan yang harus dijawab dan diraih oleh beliau, bukannya sesuatu yang mesti dijauhi, apalagi sampai diabaikan.Kedisiplinan dan kecermatan semasa hidupnya antara lain tercermin, tatkala beliau banyak diberi 

amanah oleh masyarakat maupun oleh pemerintah sekalipun. Sebagai pemimpin agama di masyarakat, sudah pasti harus siap 

untuk melayani berbagai keluhan masyarakat dalam beragama. Kemudian sebagai tokoh yang punya kedudukan terhormat di 

masyarakat maupun di mata pemerintah, beliau harus proaktif dalam menyiasati segala macam bentuk amanah yang dipikulkan 

di atas pundak beliau.


Bukti kemampuan beliau yang secara handal 

dan profesional dalam melakukan semua yang disebutkan di atas, adalah dengan terpilihnya beliau sebagai mufti pada saat itu. Jabatan mufti bukan saja sangat bergengsi tetapi lebih dari itu, jabatan itu menjadi legitimasi atas keluasan ilmu orang yang menyandang jabatan yangbersangkutan.Beliau diangkat sebagai mufti selama beberapa tahun dan itu terjadi pada dua zaman, yaitu zaman penjajahan 

Belanda dan zaman Kemerdekaan. Jabatan mufti pada masa itu tidak mudah begitu saja diserahkan pihak penguasa kepada seseorang, sebab jabatan ini punya posisi sangat strategis; baik bagi masyarakat maupun pemerintah sendiri. Di antara pertimbangan 

mendasar untuk bisa menempati kursi jabatan mufti ini adalah luas atau banyaknya kepemilikan ilmu keislaman yang mumpuni.

Kemudian tidak kalah pentingnya pula faktor kepemimpinan, kredibilitas dan integritas serta wibawa yang bersangkutan di tengah-tengah 

masyarakat.


Setelah menjabat sebagai mufti pada zaman kemerdekaan dan sesuai dengan perkembangan tatalaksana pemerintahan negara merdeka, pembenahan pun terus dilakukan. Di antaranya termasuk 

penataan urusan agama oleh Departemen Agama. Sehubungan dengan ini beliau pun pernah menjabat sebagai salah seorang pimpinan pada Kantor Departemen Agama Kabupaten Banjar, dengan jabatan Kepala Bagian.


Demikianlah kehidupan sekaligus karir sosok putera Tuan Guru H.Abdurrahman (Guru Adu) yakni Tuan Guru H. Ahmad Zaini, yang tidak kalah dengan sang ayah. Meskipun usia beliau tidak sepanjang usia sang ayah, namun kiprah aktifnya di masyarakat, baik sebagai pembimbing, pemimpin masyarakat, maupun sebagai aparat pemerintah, tidaklah sedikit, dan malah mampu mendatangkan hasil yang sangat berarti bagi kehidupan masyarakat saat itu.


Tuan Guru H. Ahmad Zaini berpulang kerahmatullah pada Jum’at malam, atau malam Sabtu tanggal 25 Dzulhijjah tahun 1385 H, dimakamkan di kampung halaman sendiri, Tunggul Irang. Makam beliau berada dalam satu komplek dengan orang tua beliau. Selama berumah tangga dengan isteri tercinta, Hj. Sannah bin Niangah bin Hamidah binti Mufti H. Jamaluddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, beliau dikaruniai anak bernama Tuan Guru H. Husin Qadri, Hj. Mulya dan Hj. Arfah. Kemudian, beliau kawin lagi dengan seorang perempuan setelah isteri pertama Hj. Sannah meninggal dunia dan memperoleh anak yang bernama Tuan Guru H. Badaruddin (Guru Ibad) dan Tuan Guru H. Rosyad (Guru Rosyad). Allah Yarham.



 di ambil dari berbagai sumber di edit dan di tulis ulang, di posting ulang oleh :   


Muhammad Edwan Ansari,S.Pd.I


......,

Kasarangan, Labuan Amas Utara, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan


copyright@catatanEdwanAnsari



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari