*Muallim Tuan Guru Haji Abdurrahman bin Ismail (barabai),ulama banua yang penuh prestasi dan jasa dalam bidang pendidikan dan ummat serta bangsa,sang pelopor UIN & UnLam*
******
Tuan Guru H. Abdurrahman Ismail yg diberi gelar oleh masyarakat yaitu guru mesir mandingin berasal dari keluarga sederhana, putera seorang ulama yang bekerja sebagai petani bernama Ismail dan ibunya bernama Mariyah. Beliau dilahirkan pada tahun 1914 di desa Mandingin sekitar dua kilometer dari kota Barabai, Kalimantan Selatan. Beliau putera satu-satunya dan tertua dari empat bersaudara. di ceritakan bahwa sewaktu ibundanya hamil, suatu malam bermimpi kedatangan bulan, mungkin suatu isyarat bahwa bayi yang dikandungnya bakal menjadi seorang penerang yang memberi cahaya ditengah-tengah masyarakat bahkan bangsa dan negaranya.
Ketika beliau berumur tujuh tahun, beliau dimasukkan oleh ayahnya pada sekolah umum,yaitu nama nya “Volkschool”, kemudian pada sore atau malam harinya beliau belajar bahasa Arab dan pengetahuan agama, terutama dengan orang tua beliau sendiri dan juga dengan ulama-ulama di sekitar. Memang orangtuanya bercita-cita agar beliau dapat meneruskan pelajarannya ke Mesir dan untuk itu perlu diberi bekal pengetahuan agama dan khususnya bahasa Arab. Barangkali orangtua beliau sudah membaca sifat, bakat dan kemauan serta motivasi beliau dalam menuntut ilmu pengetahuan, memang kenyataan beliaupun memang seorang yang pandai dan rajin.
Semenjak muda, beliau termasuk anak yang rajin dan giat belajar ilmu-ilmu agama. Otak cerdas, pikiran tajam dan sikap beliau tangkas. Gambaran fisik beliau adalah berkulit putih, bersih, tampan dan berwibawa, berpadu dengan sifat jujur ikhlas, halus budi bahasa, peramah dan suka bergaul dengan siapa saja, tenggang rasa terhadap teman sepergaulan dan seperjuangan serta berpakaian selalu rapi.
Setelah tamat Volkschool beliau tidak melanjutkan sekolah lagi. Beliau hanya memperdalam ilmu agama, terutama dengan orang tuanya sendiri, dan para alim ulama lainnya.Pada tahun 1927 beliau dikirim oleh orang tua beliau ke Mesir. Beliau berangkat ke Mesir bersama-sama dengan H. Abdul Hamid Karim, H. Dr. T. Abdul Jalil dan H. Mastur Jahri, MA yang semuanya berasal dari Kalimantan Selatan. Di Mesir beliau dan rombongan disambut oleh teman-teman yang terdahulu, seperti H. Juhri Sulaiman, H. Mansur Ismail, H. Muh. As’ad dan H. Muhammad Rafi’i (dua bersaudara). Di Mesir beliau memasuki Al-Azhar Kairo, sejak dari pendidikan Dasar, Menengah, Atas dan Sarjana.
Beliau bisa dikatakan sebagai sedikit orang yang mengikuti sejak dari pendidikan Dasar sampai Sarjana, dengan memperoleh gelar kejuruan (Takhasus/MA).
Setibanya beliau di tanah air dari Mesir pada tanggal 1 Juni 1947, maka banyak organisasi atau perguruan yang meminta beliau aktif dan berpartisipasi bersama mereka.Kesemuanya, disambut baik oleh beliau, namun kebanyakan beliau memenuhinya berupa kunjungan yang diisi dengan tabligh. Bisa dimengerti kemudian, jika dalam kurun waktu yang relatif singkat semua masjid di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, telah dikunjungi beliau untuk memotivasi atau menggembleng umat agar bersemangat dan memperluas cakrawala berpikirnya yang berorientasi jauh kedepan.
Setiba di tanah air, tak berapa lama beliau sudah membuka pengajian (Majlis Ta’lim) di rumah orangtuanya di desa Mandingin dan ternyata pengajian ini maju pesat karena mendapat respons positif dan antusiasme dari masyarakat sehingga sampai tidak dapat menampung jamaah yang kian melimpah ruah. Atas bantuan seorang muslim yg baik hati dan dermawan,yaitu H. Abdul Hamid,maka di dirikanlah sebuah gedung sekolah 5 lokal, semi permanen lengkap dengan kursi dan meja serta peralatan sekolah lainnya. Bangunan gedung sekolah itu selesai awal tahun 1948 yang berfungsi ganda, yaitu tempat pengajian bagi masyarakat terutama untuk orang dewasa dan sebagai tempat belajar bagi para remaja. Sekolah itu bernama Sekolah Menengah Islam Pertama (SMIP) Mandingin.
Beliau juga pernah memimpin Madrasah Muallimin, resminya mulai tanggal 3 Maret 1950, beliau memimpin sampai dengan diangkatnya beliau sebagai Kepala Penerangan Agama Propinsi Kalimantan Selatan pada tahun 1957.
Pada tahun 1968 beliau mendirikan sebuah Langgar di samping kediaman beliau. Menurut salah seorang keluarganya, H. Basirun, Langgar itu dibuat, di samping untuk shalat berjama’ah, juga merupakan wadah/tempat mahasiswa yang belum puas di bangku perkuliahan pada Fakultasnya atau masyarakat umum yang ingin menimba ilmu pengetahuan agama pada beliau. Langgar ini diberi nama Darul Hijrah, karena penduduk di sekitar langgar ini pada umumnya adalah pendatang dari berbagai daerah.
Beliau wafat di banjarmasin pada tanggal 7 februari 1972 & di makamkan dikubur muslimin desa Mandingin/seberang Stadion,semoga ALLAH lapangkan kubur beliau,,aaamiin,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari