Selasa, Februari 04, 2025

Nasrullah bin Masdi atau yang akrab di panggil Paman Kaum Nasrullah dikenal sebagai marbot yang setia dan tekun menjaga kebersihan masjid Al Amin , Walangku Kasarangan

Nasrullah bin Masdi atau yang akrab di panggil Paman Kaum Nasrullah dikenal sebagai marbot yang setia dan tekun menjaga kebersihan masjid. 

Beliau adalah alumni Pondok Pesantren Al Manshur walangku, 




Paman Kaum, sebutan kaum itu adalah panggilan familiar dalam bahasa Banjar yg  berarti  Marbot Mesjid, 

Marbot, adalah istilah yang diberikan kepada seorang yang bertanggungjawab mengurus keperluan atau masjid, terutama yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan tempat ibadah tersebut.


Kaum Nasrullah yang dengan ketekunannya dalam menjaga kebersihan masjid. sosok yang sangat humble

kepada siapa saja, dalam bahasa Banjar disebut "parawaan" 


Kaum " yang semasa hidupnya rutin puasa Sunnah Senin Kamis ini telah mengabdikan diri menjadi Marbot Mesjid Al Amin (Walangku) Kasarangan lebih dari puluhan tahun, 


begitu mendadak beliau meninggalkan kami semua, hingga di pagi hari Selasa itu banyak teman-teman Alumni Pondok Pesantren Al Manshur dan warga seakan tidak percaya ketika kabar meninggalnya beliau tersebar di grup Messenger WhatsApp Alumni, 

Hinga Siaran melalui Pengeras suara mesjid berkhabar bahwa beliau telah meninggal dunia


baru tadi malam kata salah satu alumni aku berbarengan dengan beliau pulang dari Majelis Nurul Muhibbin Barabai pimpinan KH Muhammad Bakhiet di Kitun, 


warga Jiran Mesjid mengatakan baru tadi tadi subuh menjadi Iman Shalat Fardhu Subuh, 


anak saya Rafli yang sekolah TK Al-Qur'an Al Manshur yang sekolannya berdekatan dengan Mesjid mengatakan 


"Hanyar samalam ulun bapandir lawan Kayi Kaum"


Almarhum memang senang menyapa anak-anak TK Al-Qur'an, 


Salah satunya anak saya Rafli, 


dalam beberapa kali kesempatan Almarhum pernah meminta Rafli untuk Mengumandangkan Iqamah, 

pada saat shalat Ashar


tapi kata Rafli " Ulun supan"


kerena memang masih banyak anak-anak yang lebih tua umurnya dari Rafli yang juga ingin mengumandangkan Iqamah, 


"Ulun Hanyar kalas satu Kayi, supan Ulun"


Itulah jawaban Rafli kala itu


Bah" Hanyar samalam bah ai, Ulun bapandir lawan Kayi kaum"

Kata Rafli " Kayi Batakun "Kelas berapa, Jilid berapa sudah? di TK Al-Qur'an dan di Tahfidz Al Manshur


lalu Rafli bilang Kelas 1, Sudah Al Qur'an baru juz 3 ngaji nya, kalau di Tilawati di Tahfidz masih mahafal Juz 30


dan macam-macam ai lagi Bah ai "

cerita Rafli ketika kami tanya, 


tiga Jum'at yang lalu Terakhir seluruh Jamaah Shalat Fardhu Jum'at mendengar beliau Menjadi Bilal/ Muazin shalat Jum'at


Al Faqir sendiri terakhir bersalaman berjabat tangan dengan beliau ketika Jum'at kemarin, bahkan ketika banjir kemarin, pada saat beberapa hari sebagian halaman mesjid tergenang air,  beliau sangat sibuk bebersih Mesjid hingga kedepannya, saat sore ketika Al faqir membonceng anak saya Rafli untuk jalan sore melihat orang-orang, anak-anak yang bermain air di jalanan yang berair dan di halaman mesjid 


saya melihat Paman Nasrullah sedang membersihkan Selokan dengan Memakai Jaring kecil di tangan dan di samping beliau ada arco gerobak dorong untuk tempat menampung sampah yg beliau kumpulkan


dengan sambil tersenyum, Al faqir menyapa beliau


"Paman"......


dengan senyum beliau menjawab senyum saya dan sambil melanjutkan bebersih Selokan di depan mesjid


Banyak cerita yang tidak bisa di rangkai dan di tulis, 

 Marbot masjid termasuk dalam golongan fisabilillah yaitu orang yang berjuang di jalan Allah. Pengertian berjuang di jalan Allah ini tidak terbatas pada berjuang secara fisik (perang), namun memelihara dan menjaga tempat ibadah (masjid/mushola) juga termasuk dalam berjuang di jalan Allah.


Kemarin Ribuan orang turut hadir dan menshalatkan Almarhum, yang memang almarhum juga adalah anggota Syarikat Majelis Al  Musthafal Amin yang anggotanya ribuan orang, 



pagi itu juga Al faqir berikan kabar ke salah satu Dewan Guru di Pondok Pesantren Dhiyaul Amin Pamangkih pimpinan KH Ahmad Junaidi, 

mengabarkan bahwa beliau Paman Nasrullah telah berpulang ke Rahmatullah, untuk nantinya Tahlilan dihadiahkan kepada almarhum,  dimana setiap minggunya para santri melaksanakan shalat fardhu Jum'at di Masjid Al Amin, Walangku


shalat Fardhu Kifayah dilakukan sebanyak tiga kali, 


satu kali sebelum shalat ashar dan satu kali setelah ashar dan satu kali bersama Jamaah anggota Majelis


Kini sosok yang murah senyum itu telah pergi, semoga Allah SWT memberikan tempat yang terbaik untuk Almarhum,  menerima seluruh amal ibadah dan kebaikannya, mengampuni segala dosa-dosanya


Kasarangan, 

Rabu, 05 Februari 2025

Minggu, Februari 02, 2025

KISAH DATU LANDAK , SANG PENDIRI MESJID KERAMAT AL KAROMAH MARTAPURA

 KISAH DATU LANDAK , SANG PENDIRI MESJID KERAMAT AL KAROMAH MARTAPURA



Julukan “Datu Landak” didapat Syekh Muhammad Afif bukan karena memelihara landak, sebagaimana sahabat Rasulullah SAW yang Abdurrahman bin Sakhr Ad Dausi yang bergelar “Abu Hurairah” karena memelihara banyak kucing.


Syekh Muhammad Afif atau Tuan Guru H Muhammad Afif adalah ulama berpengaruh di zamannya. Gelar Landak yang disematkan masyarakat pada diri beliau bukanlah gelar sembarangan.

 


Sebagaimana diceritakan Tuan Guru H Syaifuddin Zuhri (ulama keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari), Syekh Muhammad Afif bergelar ‘Datu Landak’ dikarenakan mantapnya beliau dalam berzikir.


“Jika beliau berzikir, bulu di badan beliau berdiri, menembus baju yang dikenakan,” ujar ulama sepuh Banjarmasin itu.


Bulu berdiri tegak di setiap Syekh Muhammad Afif ketika berzikir tersebut diibaratkan masyarakat seperti bulu landak. Sehingga masyarakat menjulukinya dengan Datu Landak.


Datu Landak selain dikenal sebagai seorang ulama, beliau juga dikenal memiliki ‘kesaktian’. Riwayat berdirinya masjid Al karomah Martapura adalah salah satu bukti nyata kekeramatan Datu Landak.


Sebagaimana diceritakan dalam buku “Datu-Datu terkenal Kalimantan Selatan”, pada tahun 1896 M/1314 H masyarakat Martapura ingin mendirikan Masjid Jami. Inisiatif tersebut disambut baik dari kalangan ulama dan hartawan. Di antaranya yang mendukung dibangunnya masjid tersebut adalah Haji Muhammad Taher (Kampung Pesayangan) yang dikenal dengan sebutan Datu Kaya dan Haji Muhammad Natsir di kampung Melayu Martapura.


Datu Landak terpilih sebagai orang yang mencari kayu besar untuk dijadikan tiang masjid, bersama dengan Haji Muhammad Khalid bin Yahya, Haji Muhammad Idris, dan M Khottah (tukang pijat). Tiga orang yang menemani Datu Landak adalah keponakan beliau sendiri.


Maka berangkatlah mereka berempat ke pedalaman hutan di tepian Sungai Barito. Di perjalanan mereka sempat bertemu dengan orang-orang suku dayak yang menghuni hutan tersebut.


Diceritakan, sempat beradu sakti antara Datu Landak dengan tokoh suku dayak, karena mereka meminta dikalahkan terlebih dulu, jika ingin membawa pohon kayu mereka.


Dari adu sakti tersebut, Datu Landak dapat mengalahkan kesaktian mereka, hingga mereka mengaku kalah dan mengikat tali persahabatan. Orang-orang dayak itu kemudian ikut membantu pencarian kayu yang dimaksud Datu Landak.


Sesampainya di hutan yang dihuni pohon-pohon besar, Datu Landak menghidupkan perapian dengan membakar sesuatu yang menebar wewangian. Setelah asap menebar dan wewangian menjalar, Datu Landak beraksi di luar akal sehat. Beliau mencabuti pohon-pohon besar itu layaknya mencabut rumput saja.


Sekitar 41 batang pohon terkumpul, 4 batang di antaranya adalah kayu yang berukuran lebih besar. 2 kayu cendana dan 2 batang lainnya adalah kayu gaharu.


Lokasi tempat pohon-pohon dicabut itu kemudian menjadi danau. Di tengah danau terdapat serumpan bamban yang berputar, sekarang disebut dengan Bamban Beredar.


Ketika menyeret pohon ke sungai, pohon-pohon besar yang diseret Datu Landak menimbulkan bekas yang cukup besar, hingga menjadi anak sungai. Peristiwa itu kemudian diabadikan dengan nama sungai tersebut, yakni Sungai Landak.


Di lokasi lain, kayu-kayu ditarik itu tidak hanya memberi bekas dengan terbongkarnya tanah, tapi juga mengeluarkan intan permata. Oleh Datu, permata itu disimpan kembali ke dalam tanah, yang beliau beri pagar dari rumpun bamban. Tempat itu kemudian dikenal dengan “loa bamban”.


41 batang kayu itu pun kemudian dibentuk seperti rakit (dengan kayu pelampung) di sungai dan ditarik sebuah kapal.


Kayu pelampung itu di di antaranya dimanfaatkan menjadi beduk Masjid Al Karomah Martapura.


Sesampainya di Martapura, Datu landak dan ketiga keponakannya disambut dengan suka cita. Puluhan sinoman Hadrah ramai menyambut kedatangan beliau.


Pada malam hari, obor dan lilin dinyalakan di lanting untuk menerangi perjalanan kapal yang membawa kayu tersebut.


Pada Minggu 10 Rajab 1315 H/1897 M tepat di jam 09.099 pagi didirikanlah ke empat tiang (soko guru) yang menjadi penopang utama masjid. Proses ganjil juga terjadi selama pendirian.


Sebagaimana disebutkan dalam buku yang sama (Datu-datu Terkenal Kalimantan Selatan), Datu landak hanya menepuk tanah dan 4 batang pohon itu berdiri di tempat yang sudah ditentukan. 

 Dimasa depan  renovasi diadakan pada mesjid ini, seorang tukang kayu diminta untuk memindahkan tiang soko guru, pada saat tukang kayu berada di atas tiang untuk menggergaji, maka muntah darahlah tukang tersebut, akhirnya batal dipindahkan dan berdiri tegak sampai sekarang.

Mesjid  al karomah merupakan saksi perjuangan rakyat banjar dalam melawan penjajahan belanda, mesjid ini sempat dibakar, namun tetap berdiri tegak di tempatnya. Mesjid ini adalah tempat bersemayam ruh para aulia pendirinya dan para syuhada syahid seperti demang lehman yang digantung di pohon beringin besar pekarangannya.


Datu Landak diketahui wafat pada usia 90 tahun pada 1916 M, dan dimakamkan di desa Kelampayan. Tak jauh dengan makam datuknya, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.


ILAA HADDROTIN_Nabiyil Musthafa Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam ~ WAILAA HADDROTI_Syekh Muhammad Afif Bin Anang Mahmud ~ AL_FATIHA...•...


Mudah"an Berkat kita membaca kisah beliau dan berkat menghadiahkan pahala surat Al-Fatiha ini kita semua mendapat Rahmat dari Allah Swt dan mendapat Aliran Barokah dari pada Datuk Landak

امین یارب العالمین


Allahumma Shalli 'Ala Sayyidina Muhammad Annabiyil Ummi Wa'Ala Alihi Washahbihi Wasallim


.