jadi teringat kejadian subuh tadi
Mungkin itulah dinamika dalam bajualan, kadang tatamu wilayah yang baik, baik dlm menyikapi dan menghadapi kami para pedagang
Kadang ada jua yg keras bahkan sampai kasar kata-kata kepada para pedagang yg berikhtiar mencari nafkah
Hari ini ulun bertemu yg agak keras
dan sedikit arogan
Tp yg namanya kami ingin cari nafkah
Hal terbaik hanyalah diam dan mengalah
Tidak ingin memperbesar keadaan
Itulah lika liku mencari nafkah
sangka baik aja kalau ada yg langsung nge'gas
mungkin sidin lelah, mungkin sidin kada b isi keluarga yg bedagang sperti kmi yg dimana ada peluang bauraklapak kmi jualan disana
Dimana ada peluang disitu ada ikhtiar kami
mungkin beliau blm pernah merasakan hal seperti kami
diantara beberapa pedagang kawan-kawan ulun itu ada diantara mereka yg anak istrinya berharap dari hasil dagangan suaminya, membeli seliter beras dan sedikit lauk
dalam dagangan mereka ada asa untuk keluarga, untuk sekolah anak mereka
Ah... tapi kadang memang ada yg menganggap kami orang-orang bodoh
Tetapi sebenarnya beberapa kawan2 pedagang ada yg alumnus pondok pesantren bahkan tak sedikit yg sarjana
tidak sekali ulun pribadi menemui orang-orang yang memperlakukan kami kadang kurang baik
Tetapi tidak sedikit orang-orang baik itu ada... Jauh lebih banyak orang-orang baik ketimbang sebaliknya
setelah beberapa bulan baru memulai usaha baru ini Ulun paham betul bagaimana kawan-kawan pedagang keliling di tempat hajatan, haul Akbar dan lainnya
puluhan bahkan ratusan kilometer ditempuh untuk sebuah harapan akan Ikhtiar menjemput rezeki Allah SWT
bagaimana silaturahmi sesama pedagang itu yg sangat baik, kebanyakan yang jualan di daerah HST ini sendiri adalah masyarakat Banua, mereka yg lahir di Banua, ganal di Banua dan mencari nafkah di Banua
Sekali lagi jika kami bertemu dengan orang-orang/oknum yg arogan, yg kasar kepada kami
Kami pasti akan diam lebih banyak mengucapkan kata maaf dan istighfar karena kami tau betul bahwa kami hadir bukan untuk mengganggu hajatan orang dll, tetapi kami hadir untuk mencari sesuap nasi untuk anak tukang istri kami
Kami tau betul daerah dan wilayah yg susah untuk kami mengelar dagangan, dimana orang-orang baik, dimana wilayag yg ada oknum2 seperti preman yg suka minta uang, dimana ada oknum yg suka marah-marah dll
dari beberapa kejadian itu ingin rasanya melihat dari sudut pandang kami yg faqhir ini
Apakah Anda termasuk orang yang memandang rendah, sinis, dan mencela orang yang berjualan ?Mengapa? Bukankah Allah telah menghalalkan jual beli? Tentu saja berjual beli untuk sesuatu yang halal dan dengan cara yang dicontohkan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam...
Apakah pernah terpikir dalam benak Anda, ia berjualan demi mencari sesuap nasi untuk bertahan hidup diri dan keluarganya? Pernahkah terbersit dalam prasangka Anda, ia berdagang demi menjaga kehormatannya agar tidak sedikit pun menerima uluran tangan siapa pun untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya ataupun menjaga kehormatannya dari meminta-minta? Maka jangan pernah mencelanya, karena bisa jadi di hadapan Allah ia lebih mulia daripada orang yang mencelanya. Toh, saat ia berjualan pun tidak pernah merugikan Anda..!
Rasulullah bersabda,
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
"Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as. memakan makanan dari hasil usahanya sendiri." (HR. Bukhari)
أَنَّ دَاوُدَ النَّبِيَّ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ لَا يَأْكُلُ إِلَّا مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
"Sungguh, Nabi Allah Daud as. tidak memakan makanan kecuali hasil usahanya (bekerja) sendiri." (HR. Bukhari)
مَا كَسَبَ الرَّجُلُ كَسْبًا أَطْيَبَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَمَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَخَادِمِهِ فَهُوَ صَدَقَةٌ
"Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya (bekerja) sendiri. Dan apa saja yang dinafkahkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan pembantunya adalah sedekah." (HR. Ibnu Majah)
"Sesungguhnya Nabi Musa as. mempekerjakan dirinya sebagai buruh selama delapan tahun atau sepuluh tahun untuk menjaga kehormatan dirinya dan untuk mendapatkan makanan (halal) bagi perutnya.” (HR. Ibnu Majah)
Jika Allah memberikan jalan bagi seseorang di antara kamu untuk memperoleh rezeki dari suatu arah, maka janganlah dia meninggalkannya sampai dia berubah atau hilang darinya." (HR. Ibnu Majah)
“Bukanlah tergolong orang yang terbaik di antara kamu, yaitu orang yang meninggalkan dunia untuk mengejar kebahagiaan akhirat. Juga tidak pula orang yang meninggalkan akhirat untuk mengejar kebahagiaan dunia. Yang terbaik adalah dia bisa mencapai kedua-duanya, sebab sesungguhnya dunia adalah sarana menuju kebahagiaan akhirat dan janganlah kamu sekalian menjadi orang yang memberatkan (beban) orang lain.” (HR. Ibnu Asakir)
Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah Azza Wa Jalla". (HR. Ahmad)
"Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah." (HR Thabrani)
Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni". (HR. Ibnu Asakir dari Anas)
"Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni". (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)
Kasarangan, Minggu 27 Juni 2021
(Pedagang Kecil yang Mencari Nafkah Halal untuk Keluarga Kecilnya;
Muhammad Edwan Ansari, Spd.I ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari