Rabu, Agustus 23, 2023

Biografi Muhammad Edwan Ansari

Biografi Muhammad Edwan Ansari




Seorang Aktivis yang berpikir kritis bertindak Demokratis kata Aktivis Sosial dakwah pantas disematkan kepada Muhammad Edwan Ansari (Bang Edwan ), seorang aktivis pejuang demokrasi yang dengan teguh membela hak-hak rakyat kecil, Berbekal keberanian serta pemikiran kritisnya, ia menentang penindasan yang ada di Banua (sebutan untuk Kalimantan Selatan dalam kebiasaan masyarakat dalam bahasa Banjar) bersama kawan-kawan aktivisnya dan belakangan ini ia lebih memfokuskan diri pada aktivitas sosial kemanusiaan, Pendidikan dan dakwah


Pendiri Relawan Semut Pemburu  Berkah ini merupakan seseorang yang aktif dalam bidang aktivitas sosial, kemanusiaan dakwah dan salah satu orator ulung di panggung Parlemen Jalanan istilah kalimat yang sering di sematkan untuk aksi unjuk rasa maupun demonstrasi yang sering Ia lakukan


Muhammad Edwan Ansari

Lahir pada 28 Agustus 1987 di Desa Dangu Kecamatan Batang Alai Utara, Dia dikenal sebagai aktivis sosial kemanusiaan, intelektual publik, penulis dan Pedagang



Muhammad Edwan Ansari seorang aktivis pada masa Tahun 2007 an

Sejak kecil, identitasnya sebagai anak desa yang dididik oleh alam membuatnya terbiasa dengan hidup keras dan penuh perjuangan. Beliau merasa sering mengalami masa-masa sulit sewaktu kecilnya karena memang lahir dari keluarga sederhana orang tuanya adalah petani yang tak jarang Edwan kecil berjibaku  dengan lumpur sawah  sewaktu kecilnya

Pertumbuhan usia, keadaan lingkungan dan kemiskinan keluarkannya membuatnya peka pada sikap-sikap sosial kemanusiaan disekitarnya yang membuatnya banyak berbuat gerakan sosial kemanusiaan dan perlawanan kepada pengusa Daerah atau pembuat kebijakan publik maunpun yang bersinggungan dengan Rakyat yang dinilainya bisa berdampak kepada masyarakat di kehidupan dewasanya atau Rakyat menjadi Kaum tertindas


Pada 2013, Edwan menikahi istrinya yang bernama Rahimah dan di anugerahi dua orang anak bernama Muhammad Rafli Ansari dan Muhammad Hasan Baseri Keluarga kecil sederhana dengan penuh prinsip,  mereka tinggal di sebuah rumah di Desa Kasarangan Kecamatan Labuan Amas Utara


Sebelum menjalani pendidikan sebagai mahasiswa Sarjana Pendidikan Agama Islam di STAI Al Washliyah Barabai, Edwan sempat memperdalam ilmu di Agama di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Ilung pada tahun 2004 setiap hari Ba'da Maghrib ratusan pemuda belajar di Ponpes yang dari ratusan itu yang bertahan dan Istiqomah Hanya tersisa 30-40 orang saja termasuk Edwan belia waktu itu, yang Setelah tahun 2006 Pondok Pesantren Darul Muttaqin berganti nama menjadi Pondok Pesantren Nurul Muhibbin Hingga Sekarang dan Ia berkhidmah di sana juga cukup lama dan termasuk relawan pertama yang berkhidmah di Majelis Nurul Muhibbin Ilung yang kala itu langsung dipimpin oleh KH Muhammad Bakhiet setiap malam kamisnya


Setelah Lulus Sekolah Menengah Atas dan Sambil Terus Belajar di Pondok Pesantren Darul Muttaqin dari Tahun 2004 Edwan Aktif mengajar Al-Qur'an di TK TPA Al-Qur'an Dhiyaul Abidin Unit 008, di tahun 2004 sampai 2010, ia pernah menjadi Pengurus Keluarga Besar Ustadzt/ustadzah BKPRMI Kecamatan Batang Alai  dimana di tahun 2007 ia juga menjadi Pengurus Karang Taruna Tunas Jaya Ilung Pasar Lama dan pada Tahun 2009 Ia dipercaya sebagai Ketua Bidang Pembinaan Anggota Himpunan Mahasiswa Islam Cabang  Barabai Selain di HMI ia juga pernah menjadi Ketua atau waktu itu disebut Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa STAI Al Washliyah Barabai di Tahun 2010, pada Tahun 2017 Ia mendirikan Sebuah Gerakan Sosial Bernama Gerakan Masyarakat Peduli Murakakata (GEMPUR) dimana lewat GEMMPUR ini salah satunya dia sering melakukan aksi-aksi kritis terhadap pemerintah daerah, lewat panggung demonstrasi ia menyuarakan pemikiran kritisnya, yang pada aksi di tahan 2017 ia mampu  menurunkan Ribuan Masyarakat Hulu Sungai Tengah untuk Melakukan Aksi Damai penolakan Armada Besar melintas di  Jalan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan isu Meratus, pada Tahun 2019 Ia mendirikan Sebuah Gerakan Relawan Sosial Relawan Semut Pemburu Berkah dilandasi keinginan dan kepedulian dirinya pada sosial kemanusiaan dan pada 2020 edwan yang merupakan Salah satu Founder Relawan Khadimul Ummat yang terkenal sangat banyak melakukan gerakan sosial kemanusiaan dan dakwah yang ia sendiri menjadi Sekretaris Umumnya


Sebagai seorang intelektual, Edwan memiliki pemikiran yang tajam dan berani, tidak hanya memiliki pemikiran kritis, ia juga seringkali bergabung untuk turut menjadi barisan terdepan dalam gerakan perubahan sosial.

Dia seringkali menanyakan masalah kebijakan pembangunan, kemiskinan, ketidakadilan dan terabaikannya hak asasi manusia terhadap masyarakat kecil. Telah banyak artikel yang memuat pemikiran kritis dan gerakan gerakannya di media cetak, online maupun media elektronik


dan sekarang Edwan lebih suka low Profile, lebih suka dibelakang layar karena baginya singa itu tak harus mengaum untuk orang menjadi segan, cukup diam dan jika perlu bicara dan bergerak maka bergeraklah agar orang yang merendahkan dirimu menjadi diam


ditulis oleh Tim Humas dan Tim Media Khadimul Ummat Hulu Sungai Tengah, 2023





Rabu, Agustus 16, 2023

Said Charly dan ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan untuk Markas Daerah Z.61 Pagat yang berdudukan di Haliau.

 Said Charly alias Sakerani dilahirkan di Pagat pada tanggal 17 Mei 1922. Ayah beliau bernama H. Rais. Riwayat perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan di wilayah Hulu Sungai Tengah khususnya daerah Pagat Kecamatan Batu Benawa, beliau adalah sebagai ajudan Komandan Sektor ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan untuk Markas Daerah Z.61 Pagat yang berdudukan di Haliau. 

Berbagai pertempuran dan penyerangan yang terjadi di wilayah Pagat dan sekitarnya tidak luput atas kepemimpinan, komando, taktik perang serta kobaran semangat dari beliau terhadap para pejuang yang lain untuk mengusir dan menghancurkan pasukan Belanda. Adapun pertempuran-pertempuran yang beliau ikuti dengan gagah berani antara lain pertempuran/penyerangan: Hambawang Pulasan, Hangkingkin, Gunung Mundar, Gunung Durat Batu Panggung, Haliau dan Jembatan Pagat yang terjadi di wilayah Kecamatan Batu Benawa. Sementara beliau juga terlibat dalam pertempuran lain yang terjadi di Padang Batung dan Janggar Kabupaten Hulu Sungai Selatan serta Bungkukan di Kabupaten Kota Baru. 

Said Charly meninggal di usia 78 tahun, tepatnya tanggal 20 Mei 2000 dan dimakamkan pada Kuburan Muslimin Pagat.


"Revolusi di Hangkingkin"



Pada tahun 1947 dikawasan Hangkingkin pernah terjadi pertempuran para pahlawan dari Divisi IV ALRI melawan Belanda untuk mempertahankan Kalimantan Selatan. Seorang pahlawan, . Untuk mengenang peristiwa bersejarah itu maka dibangunlah sebuah monumen agar para anak cucu jaman sekarang bisa mengenang perjuangan beliau. 








di ambil dari berbagai sumber


Editor :

Muhammad Edwan Ansari

Revolusi di Hangkingkin" Pada tahun 1947 dikawasan Hangkingkin pernah terjadi pertempuran para pahlawan dari Divisi IV ALRI melawan Belanda untuk mempertahankan Kalimantan Selatan.

 Said Charly alias Sakerani dilahirkan di Pagat pada tanggal 17 Mei 1922. Ayah beliau bernama H. Rais. Riwayat perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan di wilayah Hulu Sungai Tengah khususnya daerah Pagat Kecamatan Batu Benawa, beliau adalah sebagai ajudan Komandan Sektor ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan untuk Markas Daerah Z.61 Pagat yang berdudukan di Haliau. 

Berbagai pertempuran dan penyerangan yang terjadi di wilayah Pagat dan sekitarnya tidak luput atas kepemimpinan, komando, taktik perang serta kobaran semangat dari beliau terhadap para pejuang yang lain untuk mengusir dan menghancurkan pasukan Belanda. Adapun pertempuran-pertempuran yang beliau ikuti dengan gagah berani antara lain pertempuran/penyerangan: Hambawang Pulasan, Hangkingkin, Gunung Mundar, Gunung Durat Batu Panggung, Haliau dan Jembatan Pagat yang terjadi di wilayah Kecamatan Batu Benawa. Sementara beliau juga terlibat dalam pertempuran lain yang terjadi di Padang Batung dan Janggar Kabupaten Hulu Sungai Selatan serta Bungkukan di Kabupaten Kota Baru. 

Said Charly meninggal di usia 78 tahun, tepatnya tanggal 20 Mei 2000 dan dimakamkan pada Kuburan Muslimin Pagat.


"Revolusi di Hangkingkin"



Pada tahun 1947 dikawasan Hangkingkin pernah terjadi pertempuran para pahlawan dari Divisi IV ALRI melawan Belanda untuk mempertahankan Kalimantan Selatan. Seorang pahlawan, Bachtiar gugur dalam pertempuran. Untuk mengenang peristiwa bersejarah itu maka dibangunlah sebuah monumen agar para anak cucu jaman sekarang bisa mengenang perjuangan beliau. 








di ambil dari berbagai sumber


Editor :

Muhammad Edwan Ansari

Gusti Aman, Kapten Danussaputera, A.h Budhigawis dan Letkol Hasan Basry beserta anggota ALRI D IV

Gusti Aman, Kapten Danussaputera, A.h Budhigawis dan Letkol Hasan Basry beserta anggota ALRI D IV



Letkol.Haji Ali Hamdi Budhigawis S.S , Lahir : Ilung ,28 April 1925

 Letkol.Haji Ali Hamdi Budhigawis S.S 

Meninggal : 31 januari 2003

Lahir           : Ilung ,28 April 1925



 



Let.kol.Budhigawis soekmana setia

(Antung Hamdi)


salah seorang dr pelaku perjuangan di era Revolusi Fisik 1945-1949 bersama Hasan Basri yg tergabung dlm divisi ALRI pertahanan Kalimantan.

Sedikit kisah ttng foto ini,menurut keterangan saat beliau baru keluar dr pedalaman di era Revolusi Fisik ,nampak masih memakai semacam perlengkapan tempur.mengenakan kalung picis memang dan terselip keris sampana Carita sabu girang di pinggang.

Dalam sekian banyak pertempuran melawan penjajah dan Agresi militer nya ,Divisi ALRI bisa dikatan sbg momentum paling gemilang dalam mengusir penjajahan yg sudah berlangsung ber abad-abad lamanya.tonggak kegemilangan terpatri dalam Proklamasi 17 Mai 1949 yg paling bersejarah...

--------------------------------------

Merdeka















Sumb













Dari berbagai Sumber


17 Agustus 2023

MUHAMMAD EDWAN ANSARI

Aberani Sulaiman. (Catatan Tokoh Banua).

 Aberani Sulaiman.

(Catatan Tokoh Banua).



Aberani Sulaiman dikenal sebagai Gubernur Kalimantan Selatan periode 1963-1968, tapi tahukah kalian sebelum beliau menjabat sebagai gubernur Kalimantan Selatan beliau adalah seorang pejuang Gerilya asal Birayang, yang masa mudanya dihabiskan untuk berjuang melawan penjajah Belanda di Kalimantan Selatan, khususnya di Hulu Sungai Tengah tahun  1945-1949.


Beliau juga adalah Ketua Panitia Persiapan Proklamasi Kalimantan 17 Mei 1949, yang ditanda tangani H. Hasan Basry di Ni'ih, Tanuhi Kecamatan Loksado, HSS. 


Aberani Sulaiman lahir di Rangas Birayang, 3 Agustus 1925. Kiprahnya dalam perjuangan bersenjata dimulai ketika bersama Abdul Rahman Karim dan Anwarudin membentuk Gerpindom (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka) di Birayang pada tanggal 10 Oktober 1945. 


Salah satu kiprah Abrani Sulaiman dalam perang gerilya adalah ketika menjadi pimpinan penyanggulan "Hambawang Pulasan" pada bulan Mei 1947 bertepatan dengan 17 Ramadhan.


Aberani Sulaiman bersama pejuang lainnya menyerang pasukan patroli Belanda di Hambawang Pulasan, Desa Telang, HST.


Setelah peristiwa Hambawang Pulasan, ia dan pasukannya memimpin perjalanan menuju Kotabaru dengan melintasi pegunungan Meratus dalam tugas mencari senjata.


Dalam perjalanan ke Kotabaru itulah Aberani Sulaiman bertemu dengan H. Hassan Basry yang hendak berangkat menuju pulau Jawa, namun kemudian Hasan Basry membatalkan rencananya dan menyatakan bergabung dengan Gerpindom.


Seiring berjalannya waktu akhirnya Gerpindom dilebur ke dalam ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan dengan Hassan Basry sebagai Pimpinan Umum (PU) dan Aberani Sulaiman sebagai Wakil PU/Kepala Staf. 


4 Desember 2001, Abrani Sulaiman dipanggil sang Pencipta. Tapi walaupun beliau telah tiada tapi semangat dan keberanian beliau dalam mengahadapi penjajah tidak akan pernah lekang dimakan waktu. Terutama oleh warga Birayang dan sekitarnya.


di copy dari Om Incus

Amir Hasan ( Utuh Dabut) Letkol H.Ali Hamdi Budhigawis dan Rekan tokoh pejuang kemerdekaan dari Ilung, ALRI Devisi IV (A) pertahanan Kalimantan.

 Amir Hasan ( Utuh Dabut) Letkol H.Ali Hamdi Budhigawis dan Rekan





tokoh pejuang kemerdekaan dari Ilung, ALRI Devisi  IV (A) pertahanan Kalimantan.


Arsip photo dari keluarga letkol Budhigawis


Rabu, Juni 07, 2023

H. Abdul Malik Bin H. Tarmum atau yang di kenal di masyarakat dengan sebutan H.Dumalik adalah salah satu tokoh penyebar ajaran agama islam di daerah kecamatan ilung pasar lama, Barabai, Kalimantan Selatan.

 Makam Tuan Guru H. Abdul Malik bin H. Tarmum.




H. Abdul Malik Bin H. Tarmum atau yang di kenal di masyarakat dengan sebutan H.Dumalik adalah salah satu tokoh penyebar ajaran agama islam di daerah kecamatan ilung pasar lama, Barabai, Kalimantan Selatan.

     Tuan Guru H.Dumalik berjasa besar dalam penyebaran ilmu di daerah ilung pasar lama, mengajari berbagai macam syariat islam seperti memandikan mayit, sholat yang benar dan syiar islam.

     Berdasarkan sumber dari masyarakat sekitar, mengatakan bahwa H.Dumalik belajar ilmu agama di kota Mekkah, dan menunaikan kewajiban hajinya sewaktu belajar di sana.

     Terkait keturunan H.Dumalik beliau memiliki seorang anak yang bernama Ruslan, dan dari cerita masyarakat sekitar ada yang mengatakan bahwa Ruslan tidak memiliki anak, sehingga garis keturunan tersebut terputus.

     Beberapa tahun belakangan Makam tuan guru H.Dumalik sudah di renovasi, yang sebelumnya tidak memiliki kubah sekarang sudah memiliki kubah dan fasilitas, seperti pemakaman para alim ulama pada umumnya.

     Sedangkan untuk letak makamnya terletak di Jalan Ulama,  Bungkang Rt 03, Ilung Pasar Lama, dan bersampingan dengan jalan aspal sudah ada jalan khusus untuk menuju kubah tuan guru H.Dumalik

     Begitulah sekilas tentang Tuan Guru H. Abdul Malik Bin H. Tarmum, karena sedikitnya informasi yang saya dapatkan dari masyarakat sekitar, maka mohon koreksi jika ada kesalahan ataupun ada informasi yang lebih lengkap dengan menghubungi contact ataupun tuliskan di kolom komentar.


Beliau merupakan ulama yang keras dan tegas dalam menyampaikan hukum, yang haq beliau katakan haq dan yang bathil beliau katakan bathil. Dan dalam setiap perkara di masyarakat, maka di tangan beliaulah keputusan diambil.


Al Fatihah...


editor : Muhammad Edwan Ansari (Duan Ilung) 



KH.Musa Yusuf atau Guru Musa Barabai

 Sang ketua MUI yang Tawadhu dan bersahaja

,mungkin itulah kenangan yg alfakir ingat


KH Musa Yusuf atau disapa akrab Guru Musa telah menghadap sang pencipta. Sang Guru yang juga Ketua MUI Hulu Sungai Tengah menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 85 tahun.


Meski kini ia tiada, kebersahajaan, kedalaman ilmu serta kemampuannya menjembatani berbagai golongan akan tetap menginspirasi generasi selanjutnya, Ia akan tetap menjadi ayah, guru, dalam menjalani kehidupan ini.


Al Fakir selama Kuliah sering menginap di Rumah Anak beliau yang berada di belakang rumah beliau, dan Al Fakir sering ikut pengajian di rumah beliau walau hanya sekedar membantu bantu menyiapkan apa yg menjadi keperluan beliau, beberapa kali mengantarkan beliau ke bulau jika beliau mengisi pengajian di sana, 


setiap waktu senggang  beliau Sangat sering muthalaah kitab, dan jika ada hukum atau sesuatu yang alfakir tanyakan beliau pasti meminta Al Fakir untuk mencatatnya, 


Kaina kada ingat jar Sidin Mun kada di catat, 

puluhan kali kami ikut shalat berjamaah dengan beliau


tiap kali ke rumah dibelakang kalau waktu makan almarhum Nini (istri beliau) memanggil kami dan bagaimana keadaannya walau sudah kenyang sekalipun Al Fakir akan tetap ikut makan bersama cucu beliau yg merupakan kawan baik alfakir, 


tawadhu, kesederhanaan beliau dan pemurah beliau luar biasa


bagi alfakir almarhum begitu banyak kesan yg tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, karena hampir tiap hari selama 3 tahun lebih alfakir sering kali ke rumah beliau, kadang ikut pengajian, kadang diminta makan oleh Nini, kadang diminta bantu bantu mencari buah kelapa di kebun beliau, pisang dll


bahkan tiap subuh Almarhum ke pasar dengan sepeda tuanya membeli sayur mayur..


sungguh tauladan yg sangat tawadhu

padahal setiap minggunya yg ikut pengajian beliau kebanyakan adalah orang-orang yg sudah katakanlah ustadz dan yg sering alfakir lihat mengisi pengajian di kampung-kampung


Kalau bahasa  kami dlu waktu ikut berkhidmah di rumah beliau" bubuhan tuan guru mances ilmu, 


dalam setiap tawassul kegiatan pengajian atau apa yg alfakir kerjakan nama Almarhum senantiasa akan alfakir sebut untuk dihadiahkan bacaan Alquran kepada beliau


terakhir ketika alfakir ziarah ke maqam beliau, beberapa hari kemudian bertemu anak beliau yg paling bungsu bang Nasir ...beliau menceritakan salah satu permintaan almarhum

untuk maqam beliau untuk tetap sederhana saja 


dan ketika itu tidak Terasa air mata alfakir jatuh ...betapa tawadhunya beliau, dan alfakir jd teringat bagaimana waktu alfakir membonceng beliau di sepeda motor, beliau selalu hanya menunduk dan sembari membaca shalawat Sepanjang perjalanan


Maqam beliau di desa Kahakan...


makam yang bakubah itu mamarina almarhum guru Musa.Letaknya yaitu di desa Kahakan.Nama beliau H.Junaidi bin H.Matnor.


Diluar samping kubah terdapat makam2 dzuriat sidin diantaranya makam Guru Musa(ketua MUI H.S.T periode 2005 hingga 2015).


Orang tua guru musa yang bernama Yusuf juga bermakam didesa ini tapi di lain tempat.Tuan guru musa sendiri lah yg berwasiat minta dimakamkan didekat makam datu beliau ini.Adapun istri guru musa bermakam didesa palajau..

Guru Musa meninggal pada hari Sabtu tgl 7 November 2015 / 25 Muharram 1437 H.