Selasa, Maret 20, 2012

MAKALAH “ISLAMIC STUDIES DI INDONESIA”

MAKALAH
“ISLAMIC STUDIES DI INDONESIA”

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, saya selaku penulis panjatkan, karena berkat Rahmat dan Ridha-Nya jualah saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan yang berupa makalah ini.
Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Dosen pembimbing karena dengan pengajaran dan pengetahuan yang diberikan sehingga memotivasi kami untuk lebih mengenal ilmu tentang Kapita Selekta Pendidikan Islam dan mengembangkannya melalui sebuah makalah.
Makalah ini kami akui masih sangat sederhana dan masih banyak kekurangannya baik dalam segi materi maupun dalam segi sistematik penyusunannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi perbaikan penyusunan makalah di masa-masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan bahan referensi dan menambah kepustakaan, guna dimanfaatkan.


Barabai, 09 Mei 2011

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI.………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………… 1
B. Maksud dan Tujuan …………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN ……….......………………….………………….. 2
A. Pengertian Matang Beragama .……………….......................... 2
B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia..……….. 2
C. Ciri-ciri dan Sikap Keberagamaan .…………………………… 4
D. Kriteria Orang Matang Beragama.…………………………….. 7
BAB III PENUTUP……………………….………………………………… 10
A. Kesimpulan ……………………………………………………. 10
B. Saran …………………………………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui dalam perkembangan manusia, manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu perkembangan jasmani dan perkembangan rohani.Perkembangan jasmani diukur berdasarkan umur kronologis, puncak perkembangan jasmani yang dicapai manusia disebut kedewasaan.Sebaliknya perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan (Abilitas), pencapaian tingkat abilitas tertentu bagi perkembangan rohani disebut istilah kematangan (Maturity).
Dalam makalah ini kami mencoba untuk memaparkan kriteria orang yang matang beragama yang erat kaitannya dengan perkembangan manusia yang semua itu kami jelaskan dalam makalah ini.

B. Maksud dan Tujuan
1. Memenuhi Tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Islamic Studies.
3. Untuk mengetahui tentang sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh Islamic Studies.





BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Matang Beragama
Islamic Studies yang di Indonesia disebut “Studi atau Kajian ke-Islaman”, secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan Islam. Dengan kata lain, Islamic Studies didefinisikan sebagai usaha dasar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik ajaran-ajarannya, sejarahnya maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.
Usaha mempelajari agama Islam dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan umat Islam saja, melainkan dilaksanakan oleh orang-orang luar kalangan umat Islam. Islamic Studies di kalangan umat Islam sendiri, tentunya mempunyai tujuan yang berbeda dengan tujuan Islamic Studies yang dilakukan oleh orang-orang di luar kalangan umat Islam. Dikalangan umat Islam, Islamic Studies digunakan untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkan secara benar, serta menjadikannya sebagai pegangan dan pedoman hidup (way of life). Sedangkan di luar kalangan umat Islam, seperti di negara-negara barat, Islamic Studies bertujuan untuk mempelajari seluk beluk agama dan praktek-praktek keagamaan yang berlaku di kalangan umat Islam, yaitu semata-mata sebagai ilmu pengetahuan.
Para ahli Islamic Studies di luar kalangan umat Islam tersebut dikenal sebagai kaum orientalis atau Islamistis, yaitu orang-orang barat yang mengadakan studi tentang dunia timur, termasuk di dalamnya dunia Islam. Lebih jauh tentang perjalanan Islamic Studies di kalanangan umat Islam, disini dapat kita kutip pendapat Prof. Dr. Syafi’I Maarif. Menurut beliau, dalam persfektif sejarah, periodesasi Islamic Studies di dunia Islam barangkali dapat dilihat dalam empat dimensi waktu: klasik, pra-modern, modern, dan non-modern. Sedangkan sosok-sosok karna modern belum banyak yang bisa kita katakana, karena terbatasnya karya-karya besar yang dilahirkan.
Islamic Studies yang paling kaya dalam studi Islam klasik yang telah membuahkan karya-karya besar dalam filsafat, sastra, tasawuf, fiqih, dan ushul fiqih, ilmu kalam, dan sejarah. Periode produktif ini berlansung sekitar enam abad (abad ke 9 sampai abad ke 14). Kemudian antara abad ke 15 sampai dengan abad ke 17 adalah periode yang paling kosong dari karya-karya kreatif dalam Islamic Studies. Periode ini ditandai dengan munculnya negara barat dalam politik, militer, dan ilmu pengetahuan. Barat yang pernah dikuasai Islam pada abad-abad sebelumnya mulai menyusun kekuatan dan kemudian berhasil menguasai hampir seluruh dunia Islam yang sedang jatuh.
Periode modern dalam Islamic Studies ditandai oleh munculnya Sayyid Ahmad Khan (1817-1897), Jamal Al-Din Al-Afghani (1839-1897), dan Muhammad Abduh (1849-1905). Pada dimensi praktis munculah Ahmad Dahlan (1868-1923) yaitu tokoh paling menonjol. Cirri- utama periode ini dalah non-mazhab dan terbuka terhadap ide-ide barat yang tidak berlawanan dengan Islam.

B. Latar Belakang Islamic Studies
Tantangan Islam secara teologis terhadap Kristen bersumber dari kennyataan bahwa menurut ajaran Islam, Kristen merupakan agama Nasrani yang diwahyukan kepada Nabi Isa, tetapi kemudian tidak murni lagi. Dan karena itu Islam diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad untuk menggantikannya. Lebih jauh lagi, Islam menolak doktrin Kristen tentang ketuhanan Yesus sekaligus menolak ajaran trinitas. Yesus dalam Islam hanyalah salah seorang dari rangkaian Nabi-nabi yang berpuncak kepada Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Akibat tantangan teologis ini, tidak mengherankan kalau persoalan tentang cara bagaimana menghadapi Islam merupakan masalah terpenting yang dihadapi Kristen pada abad pertengahan.

C. Pusat-pusat Islamic Studies

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berasarkan pembahasan pada uraian diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan tentang criteria orang yang matang beragama, dalam hal ini akan terjawab masalah tersebut dengan terlebih dahulu memahami: pengertian matang beragama, factor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia, ciri-ciri dan sikap keberagamaan, dan agama.
Jadi kematangan beragama terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati, serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.Ia menganut suatu agama karena menurut keyakinannya agama tersebutlah yang terbaik, karena itu ia berusaha menjadi penganut yang baik. Keyakinan itu ditampilkan dalam sikap dan tingkah laku keagamaan yang mencerminkan ketaatan terhadap agamanya. Secara normal memang seorang yang sudah mencapai tingkat kedewasaan akan memiliki pola kematangan rohani seperti kematangan berfikir, kematangan kepribadian maupun kematangan emosi, tetapi perimbangan antara kedewasaan jasmani dan kematangan rohani ini ada kalanya tidak berjalan sejajar, secara fisik (jasmani) seseorang mungkin sudah dewasa, tetapi secara rohani ternyata ia belum matang.

B. Kritik dan Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami selaku penyusun masih banyak kekurangan dalam pengetahuan makalah ini. Maka disini kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

H. Djamaluddin, Drs., drs. Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, CV. Pustaka Setia, Bandung: 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari