Rabu, Desember 25, 2013

tentang “Maulid Nabi Besar Muhammad SAW”

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan. Latar belakang penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mandiri yang diberikan oleh Bapak pembimbing pada perkuliahan Ke Al-Washliyahan tentang “Maulid Nabi Besar Muhammad SAW” B. Metode Penulisan. Dalam penulisan atau penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode penulisan atau penyusunan. C. Tujuan Penulisan. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mempeluas pengalaman dan menambah ilmu pengetahuan tentang Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. 2. Untuk memenuhi tugas mandiri yang diberikan oleh dosen pembimbing. BAB II PEMBAHASAN A. MENINGKATKAN NILAI MAHABBAH MAHABBAH KEPADA RASUL Rasa mahabbah terhadap Rasulullah SAW. adalah masalah yang sangat prinsipil. Mengapa begitu? Ya, karena iman kita tidak akan ada artinya bila belum menempatkan Rasullulah SAW. sebagai orang yang paling dicintai dan disayangi. Sebab Rasulullah adalah penunjuk ke jalan yang benar dan penegak keadilan. Tanpa terutusnya beliau kita akan sesat dan tidak akan bisa selamat. Karena teramat prinsipilnya rasa mahabbah tersebut, maka wajarlah bila orang yang memilikinya akan mendapat kemulyaan di sisi Allah SWT. Rasa mahabbah kepada Rasulullah merupakan salah satu syafa’at nyata. Tak ada kecualinya bagi Abu Lahab, dia adalah orang kafir yang sangat memusuhi Rasulullah, sehingga disebut, diolok-olok dan dicaci maki namanya dalam Al-Qur’an yang dibaca oleh umat Islam seluruh dunia sebagai ibadah yang besar sekali pahalanya. Namun dengan hanya sedikit bukti rasa mahabbah dan gembira atas kelahiran Rasullulah, yaitu waktu mendengar Rasulullah lahir, dia gembira dan berjingkrak-jingkrak, sampai-sampai Ummu ‘Aiman yang membawa berita kelahiran mendapat anugerah dimerdekakan. Hanya karena sedikit rasa mahabbah itulah, Abu Lahab dikeluarkan dari siksa neraka pada setiap hari Senin, hari kelahiran Rasul SAW, semacam liburan dari siksa. Cukupkah orang yang mengaku cinta, apalagi cinta kepada Rasul hanya mengatakan, “AKU CINTA PADAMU”. Tidak, tidak cukup! B. MENINGKATKAN RASA INGIN MENCONTOH PERBUATAN RASUL Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya teladan bagi umat manusia. Beliau diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak. "Tidaklah aku diutus (ke bumi ini), kecuali untuk menyempurnakan akhlak." Pernyataan ini sangat jelas menggambarkan usaha yang dilakukan oleh Rasul SAW. Sepanjang sejarah hidupnya, sebagaimana diungkapkan Muhammad Husein Haykal dalam Hayatu Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad), tak ada satu pun perbuatan yang tidak disukai oleh sahabat dari pribadinya. Bahkan banyak sahabat-sahabat Nabi yang mencontoh tingkah laku Nabi. Semuanya senantiasa meneladani dan mencontoh perbuatan-perbuatan yang dilakukan Nabi SAW.Dalam sebuah riwayat, disebutkan, Abu Bakar As-Siddiq RA menemui Aisyah Ummu al-Mukminin, dan bertanya tentang perbuatan Rasul SAW yang belum sempat dijalani Abu Bakar.Aisyah mengatakan, setiap pagi Rasul SAW senantiasa pergi ke sudut pasar di Madinah. Kemudian, beliau memberi serta menyuapi seorang pengemis Yahudi yang buta. Padahal, setiap harinya pula si pengemis Yahudi ini mencaci maki Rasul SAW dan berkata kepada setiap orang untuk menjauhi. Tatkala Nabi mencapai usia 13 tahun, beliau pergi bersama pamannya Abu Thalib ke Syam di suatu tempat beliau berjumpa dengan seorang pendeta Yahudi bernama Buhairah dan ada pula yang mengatakan pendeta Nasrani. Pendeta itu memahami adanya keistimewaan pada diri Nabi SAW, dan berkata kepada Abu Thalib : “Sesungguhnya anak saudara ini akan mendapatkan kedudukan tinggi, maka jagalah dia baik-baik.” C. MENINGKATKAN SYIAR ISLAM. Islam memberikan hukum yang jelas tentang hal ini, yang mana mereka berpijak pada dalil Alqur’an dan hadist. Di dalam alqur’an Allah Swt berfirman: “Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS Al-Hajj ayat 32). Dalam ayat di atas berisi perintah Allah Swt untuk menghidupkan berbagai bentuk dari syiar Allah Swt, sebagai bukti kecintaan dan ketaqwaan pada diri hamba-Nya. Banyak terdapat ayat-ayat lain sebagai bentuk pengagungan syiar agama, diantaranya; dalam surat Al-Baqarah ayat 125, Allah Swt berfirman: . “Dan (ingatlah), ketika kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat.” Yang menjadi pengertian ‘syiar Allah’ disini, bahwasannya Pemilik Syariat (Allah SWT) telah memuliakannya dan tidak menentukannya sebagai bentuk luar (misdaq) yang khusus, dengan melalui perkembangan zaman telah menjadikannya sebagai urf (menurut kacamata pandangan masyarakat), sebagai suatu dalil didalam mengagungkan syiar-syiar agama. Tentang kemuliaan hari kelahiran Nabi Saaw, dalam Shahih Muslim yang dinukil dari Abi Qatadah: “Sesungguhnya Rasulullah Saaw telah ditanya tentang puasa hari Senin, maka beliau berkata: “Pada hari itu aku dilahirkan dan juga pada hari tersebut Al-Qur’an diturunkan kepadaku.” Dan hadist Baihaqi yang dinukil dari Anas : “Sesungguhnya Nabi Saaw setelah kenabiaannya telah mengakikahkan dirinya dengan menyembelih seekor kambing. Dengan melalui riwayat ini, juga terdapat riwayat yang mana Abu Thalib pada hari ketujuh kelahiran Nabi Saaw telah mengakikahkan seekor kambing.” D. MENINGKATKAN SILATURAHMI DENGAN TUJUAN MENGOKOHKAN PERSATUAN DAN PERSATUAN UMMAT Sesungguhnya perkumpulan itu merupakan sarana yang baik untuk berdakwah. Sekaligus merupakan kesempatan emas yang seharusnya tidak boleh terlewatkan. Bahkan menjadi kewajiban para da’i dan ulama untuk mengingatkan umat kepada akhlaq, sopan santun, keadaan sehari-hari, sejarah, tata cara bergaul, dan ibadah Nabi Muhammad SAW. Dan hendaknya mereka menasehati dan memberikan petunjuk untuk selalu melakukan kebaikan dan keberuntungan. Dan memperingatkan umat akan datangnya bala’ (ujian), bid’ah, kejahatan, dan berbagai fitnah. (Mafahim Yajib an Tushahhah. 224-226) Ibn Taimiyyah berkata, “Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi SAW akan diberi pahala. Demikian pula yang dilakukan oleh sebagian orang, adakalanya bertujuan meniru dikalangan nasrani yang memperingati kelahiran ISA AS, dan adakalanya juga dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi SAW. ALLAH SWT akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan dosa atas bid’ah yang mereka lakukan.” (Manhaj al-Salaf fi Fahm al-Nushush Bain l-Nazhariyyah wa al-Tathbiq, 339) sebetulnya hakikat perayaan maulid Nabi SAW itu merupakan bentuk pengungkapan rasa senang dan syukur atas terutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia ini. Yang diwujudkan dengan cara mengumpulkan orang banyak. Lalu diisi dengan pengajian keimanan dan keislaman, mengkaji sejarah dan Akhlaq Nabi SAW untuk diteladani. Pengungkapan rasa gembira itu memang dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan anugerah dari Tuhan. Sebagaimana Firman ALLAH SWT: قُل بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَليَفرَحُوا . “Katakanlah (Muhammad), sebab fadhal dan rahmat ALLAH (kepada kalian), maka bergembiralah kalian. (QS. Yunus, 58) III PENUTUP A. Simpulan. Dari paparan di atas, jelas bahwa Peringatan Maulid Nabi Muhamamd SAW sejatinya dijadikan momentum bagi kaum muslim untuk terus berusaha melahirkan kembali masyarakat baru, yakni msyarakat Islam, sebagaimana yang pernah dibidani kelahirannya oleh Rasulullah SAW di Madinah. Sebab, siapapun tahu, masyarakat sekarang tidak ada bedanya dengan masyarakat Arab pra Islam, yakni sama-sama Jahiliah. Sebagaimana masa Jahiliah dulu, saat ini pun aturan-aturan Islam tidak diterapkan. Karena aturan-aturan Islam sebagaimana aturan-aturan lain tidak mungkin tegak tanpa adanya negara, maka menegakkan negara yang akan memberlakukan aturan-aturan Islam adalah keniscayaan. Inilah juga yang disadari benar oleh Rasulullah SAW,s ejak awal dakwahnya. Rasulullah tidak hanya menyeru manusia agar beribadah secara ritual kepada Allah dan berkhlak baik, tetapi juga menyeru mereka seluruhnya agar menrapkan semua aturan-aturan Allah dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Sejak awal, bahkan para pemuka bangsa Arab saat itu menyadari, bahwa secara politik dakwah Rasulullah SAW akan mengancam kedudukan dan kekuasaan mereka. Itulah yang menjadi alasan-alasan seperi Abu Jahal, Abu Lahab, Wahid bin Mughirah dan para pemuka bangsa arab lainnya sangat keras menentang dakwah Rasulullah SAW. Akan tetapi semua penentang itu akhirnya dapat diatasi oleh Rasulullah sampai beliau berhasil menegakkan kekuasaannya di Madinah sekaligus melibas kekuasaan mereka di Makkah. Rasulullah SAW bahkan berhasil menegakkan kekuasaan Islam sekaligus menghancurkan kekuasaan orang-orang kafir di seluruh jazirah arab. Walhasil, dakwah seperti itulah yang juga harus dilakukan oleh kaum Muslim saat ini, yakni dakwah untuk menegakkan kekuasaan Islam yang akan meruntuhkan kekuasaan rezim kafir yang telah memberlakukan aturan-aturan kufur selama ini. Hanya dengan itulah Peringatan setiap tahun akan jauh lebih bermakna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari