Rabu, Oktober 24, 2018

sejarah meratus

Setidaknya sejarah Meratus pernah menjadi sejarah kita, bukan kalah menang Tp jika suatu hari nanti Meratus hancur, porak poranda rusak oleh kapatalis berkedok atas nama pembangunan, dgn nada tertatih kita akan bercerita pada anak cucu... Wahai anakku.. dulu zaman Abah lagi Anum..banyak kakawanan Abah yg rela ikhlas berjuang untuk mempertahankan keasrian Meratus diantara kejamnya dunia pragmatisme, iming-iming harta, jabatan di Tawarkan kepada kakawanan Abah tp mereka dgn halus mengatakan. uang bisa d cari, jabatan bukan ambisi... alam yg rusak tak akan bisa d bayar dgn uang apalagi jabatan yg tak d bawa mati Para pejuang yg mungkin dihina, dipandang sebelah mata atau hanya dikata "Balalapah, Caka bacari jadi duit" di teror, diintimidasi, bahkan di ancam dgn peti mati Wahai anakku. dulu kita punya alam yg indah... Mungkin sekarang sudah punah... Sejarah akan tetap menjadi sejarah. Tak peduli seberapa keras perjuangan itu tp ingatlah cerita semut dan cicak d kala Ibrahim kekasih Allah d lempar raja zhalim namrud Bukan bagaimana engkau berjuang, seberapa keras para penguasa, atau pengusaha ingin menghancurkan.. Engkau tetap berada pada barisan penolak kehancuran.. Barisan pejuang Meratus wahai anakku dulu Abah pernah dinasehati, guru Abah beliau berkata Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.’.” (HR. Muslim) masa depan dan kelangsungan Meratus ada d tangan pian-pian barataan. Bukan d tangan pengusaha atau penguasa Selama masih ada harapan...disitu harus ada kata perjuangan dan perlawanan jgn pernah berhenti berjuang karena kita yakin. Bahwa Tuhan mencintai hambanya yg tak berputus asa.. (di Rumah reot d Iung pasar lama. ,,..24 Oktober 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari