Sebuah catatan kecil untuk sekedar dikenang dan orang tau bahwa aku pernah Hidup. Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia!” semoga dengan catatan kecil ini dapat bermanfaat dan menebarkan kebaikan Apa yang dikatakan akan lenyap, apa yang ditulis akan abadi. Aku melintasi kehidupan Kuberanikan diri menulis catatan ini untuk mengabadikan momen hidup (Muhamad Edwan Ansari)
Sabtu, Oktober 20, 2018
Budaya kritis
Jika,,,
Saat bertanya diartikan mengkritik
Saat mengeluh dikatakan mawada
Saat menyampaikannya aspirasi disamakan sikap buruk
Saat berbagi bingung disetarakan dengan hal yang sia-sia
Saat merefleksikan diangap pembangkang
Saat itulah kekeliruan terjadi, sebab
Tiap pertanyaan kita,, ada orang yang digajih untuk menjawabnya
Tiap keluhan kita,, ada orang yang digajih untuk menanggapinya
Tiap harapan kita,,ada orang yang digajih untuk mewujudkannya
Tiap kritikan kita,, ada orang yang digajih untuk mengkajinya
Tiap aspirasi kita,, ada orang yang digajih untuk menyampaikannya
Lalu apa yang kita takutan, jika tiap kebingungan, pertanyaan, keluhan kritik, refleksi dan harapan serta aspirasi kita adalah rejeki buat yang lain.
Dan dilain sisi, jika kebingungan kita hentikan, bertanya kita hindari, kritik kita dimatikan, kepedulian kita ciutkan dan refleksi kita tiadakan dan harapan kita samarkan, maka jangan berharap kita lebih baik dari hantu Mariaban/Bariaban yang mempunyai kesaktian namun tidak memiliki kemewahan berupa sebuah anugerah.
Karena bisa jadi, anugerah terbesar kita adalah daya pikir yang kita miliki, sebab tidak mustahil semua hidup kita ini karena pikiran.
Lalu jika daya pikir itu anugerah terbesar kenapa kita hanya menggunakannya untuk hal-hal yang biasa saja, seperti membuat caption di Instragram agar terlihat lebih bijak atau status facebook supaya disangka hebat dan seterusnya dan selanjutnya dan sebagainya.
Padahal “Pikiran” bisa dijadikan bagian terpenting untuk menghasilkan sebuah kritik (refleksi) yang diharapkan jadi bahan permenungan untuk dijadikan bahan diskusi lebih lanjut, dengan tujuan perbaikan kondisi.
Lalu jika kita bisa mengunakan anugerah terbesar ini untuk menghasilkan sebuah refleksi, tentu tingkatannya jauh lebih tinggi jika dibanding memakainya hanya untuk sekedar membuat sebuah caption di media sosialnya yang menurut catatan, ada sekira 130 juta masyarakat Indonesia yang aktif di media sosial tersebut.
Lalu jika kita masih bersikukuh malu, tidak berani, segan, acuh, tak peduli untuk membuat sebuah refleksi karena takut di cap tukang kritik dan tukang mengeluh, maka gantilah refleksi dengan pertanyaan, karena bertanya adalah level tertinggi dari rasa binggung dan konon puncak dari penggunaan logika adalah munculnya rasa binggung, mengapa bisa begitu, karena katanya, kebinggungan adalah awal dari semua upaya pencarian pencerahan.
jika dipersingkat, kalau kita tidak bertanya maka sama dengan kita tidak mempunyai rasa binggung atau kita tidak berlogika atau kita tidak berupaya mencari pencerahan.
Lalu apa buruk, salah dan takutnya kita berbagi kebingungan, memberikan pertanyaan, mengutarakan keluhan, menyampaikan harapan, menjual aspirasi dan membuat refleksi yang adalah rejeki buat yang lain dan upaya kita dalam mencari pencerahan!!!!
Jadi mulai sekarang,!!!!
Bingung lah kenapa masih tingginya angka pengangguran dan kemiskinan padahal tambang terbesar ada disini, BLK sudah berdiri sejak lama, program pemberantasan kemiskinan selalu diprioritaskan
Bertanyalah kenapa taman dan pasar tidak ada lahan parkir nya, padahal itu bagian dasar fasilitas penunjang
Mengeluhlah kenapa ekonomi kita makin merosot padahal potensi luar biasa kita miliki
Aspirasikanlah kenapa honorer makin banyak, padahal terobosan dan inovasi tak terlihat
Kritiklah kenapa PAD kecil dan jumlah Koperasi berkurang padahal itu gambaran keberhasil ekonomi mikro
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari