Biografi Singkat KH Ahmad Junaidi
Pengasuh Pondok Pesantren Dhiyaul Amin
Pamangkih
بسم الله الرحمن الرحيم
Biografi Singkat KH Ahmad Junaidi "Guru Junai" Pamangkih,
Pimpinan Pondok Pesantren Dhiyaul Amin Pamangkih
Ini adalah sebuah tulisan yang berisikan sekelumit atau sedikit biografi Guru Kita KH Ahmad Junaidi, ditulisnya biografi ini dengan tujuan untuk memudahkan membaca dan mengingat agar kita dapat mencontoh atau meniru beliau lebih-lebih lagi di bidang ibadah dan dakwahnya. Sumber biografi ini sebagian besar diambil dari tulisan Ustadzt Alfiannor salah satu dewan guru di Pondok Pesantren Dhiyaul Amin tentang Riwayat singkat Perjalanan Dakwah KH Ahmad Junaidi yang dibacakan saat Acara milad KH Ahmad Junaidi yang ke 55 di tanggal 13 Mei 2024 yang lalu dengan beberapa tambahan Narasi tambahan dari al faqir dan berdasarkan apa yang saya ketahui dan alami langgsung selama mengikuti majelis yang beliau pimpin
Tuan Guru Ahmad Junaidi, Beliau adalah ulama Kharismatik dari Desa Pamangkih Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Beliau adalah Muassis atau Pendiri Pondok Pesantren Dhiyaul Amin Pamangkih Seberang dan Khodimul Majelis Rhaudhatul Ulum Al Mubarak
Tuan Guru Ahmad Junaidi atau biasa di Panggil Guru Junai, beliau dilahirkan hari Selasa, 13 Mei 1969 bertepatan dengan tanggal 26 shafar 1389 Hijriah di desa Kalibaru, Kecamatan Batu Benawa, salah satu Kecamatan di daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, ayah beliau bernama Lamri dan ibu beliau bernama Halimah Beliau Anak ke enam dari Sembilan bersaudara, Guru Ahmad Junaidi hidup di lingkungan keluarga yang sederhana. Orang tuanya dahulu bekerja sebagai Petani, ketika berusia 20 tahun Ayah beliau meninggal dunia dan setelah itu hanya sang Ibu yang menjadi tulang Punggung, memikul tanggung jawab membesarkan putra putrinya, seorang ibu yang tidak kenal lelah memperjuangkan kebahagiaan dan kesejahteraan anak-anaknya, pendidikan anak- anaknya menjadi prioritas, Ibu beliau bekerja Menyadap Karet, setiap pagi, bertani dan berkebun, setelah shalat subuh Ibunda beliau berangkat menyadap karet. embun pagi membasahi pakaian beliau, Sorot sang surya yang semakin melambung menandakan bahwa terbitnya mentari datang menyambut pagi. Meninggalkan waktu fajar serta membangunkan orang-orang untuk memulai aktivitas di pagi hari. Meski waktu menunjukkan pukul enam pagi, perjuangan seorang Ibu yang luar biasa' untuk membesarkan anak anaknya, Setelah menyadap Karet dilanjutkan bertani dan berkebun, dari sang Ibu inilah beliau sangat banyak mengambil ilmu kehidupan dan dari sang Ibu jugalah beliau becita cita kuat untuk menimba ilmu agama guna untuk membanggakan dan membahagiakan kedua orang tua beliau,
Anak yang hebat terlahir dari sosok ibu yang hebat pula. Gambaran itulah yang tersematkan kepada sosok ibu Guru Ahmad Junaidi
Setelah menyelesaikan Pendidikan Dasar hingga Madrasah Tsanawiyah, Guru Ahmad Junaidi pada tahun 1989 mulai menimba Ilmu agama di Pondok Pesantren Rhaudhatul Ulum Hantakan, di Pondok Pesantren Rhaudhatul ulum diantaranya beliau belajar kepada KH Sayuti, KH Muhammad Arsyad, ustadz Hamdi Yusuf, oleh Pendiri Pondok Pesantren Rhaudhatul Ulum Haji Asnawi meliat Guru Ahmad Junaidi anak cerdas dan santri yang bersungguh-sungguh dalam belajar maka atas arahan beliau Guru Ahmad Junaidi di perintahkan untuk berangkat ke Pamangkih untuk belajar di Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih yang terkenal banyak membina dan mencetak kader-kader ulama dan oleh sang guru di Hantakan meminta setelah menuntut Ilmu di Pamangkih maka hendaklah kembali ke Hantakan untuk menyebarkan Ilmu disana nantinya
Pada Tahun 1992 Guru Ahmad Junaidi mulai belajar di Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih pertama kali di Tes oleh salah satu dewan guru di Ibnul Amin yaitu Ustadzt Barmawi, Setelah di Test Ustadz Barmawi mengatakan:" Ikam handak belajar kitab apa, terserah", Maka Guru Ahmad Junaidi menjawab:" Ulun belajar mulai Tashrifan haja, maka beliau belajar kitab Tashrif dengan Al-Mukarram Ustadz H.Ahmad Fauzi (Parumahan)
Hari demi Hari lembaran kitab dipelajari, hari demi hari dengan semangat dan Himmah yang tinggi Guru Ahmad Junaidi menimba Ilmu, beliau bersungguh-sungguh dalam belajar karena teringat dengan Sang Ibu yang mengiringi langkah dan perjuangan beliau, pengorbanan sang Ibu tanpa lelah dan semangat dan harapan kepada Putranya untuk menuntut Ilmu Agama, beliau adalah santri yang sangat senang dan semangat dalam berkhidmah kepada guru, ada sebuah cerita yang saya dapatkan langsung dari beliau : Beliau juga pernah mengatakan" Tanganku ini Hancur setiap tahunnya karena membantu guru-guru dalam bertani, Kata beliau “orang yang akan menjadi pemimpin itu adalah orang yang berkhidmah,
ketika libur pondok pesantren tiba maka oleh beliau beberapa hari libur itu dimanfaatkan beliau membantu Ibu beliau, kebun karet beliau bersihkan, cucian Ibu dan pekerjaan rumah Ibu beliau selesaikan, karena beliau tau betul bahwa Ridha Allah terletak di Keridhaan Orang tua, setelah sekian Tahun menuntut Ilmu di Pondok Pesantren Ibnul Amin beliau tepatnya pada tahun 1996 beliau di anggap guru-guru beliau lebih menonjol dari santri lainnya dan memiliki kemampuan mengajar yang baik, maka beliau mulai diamanahkan untuk sambil mengajar kitab kepada santri lainnya di pondok pesantren Ibnul Amin Pamangkih, setelah dua tahun kemudian, beliau diangkat menjadi guru untuk menjadi pengajar tetap dipondok pesantren Ibnul Amin pamangkih.
Semasa beliau mengajar di pondok pesantren Ibnul Amin pamangkih, beliau menikah dengan seorang wanita yang bernama Sri Muliati yang juga merupakan seorang santriwati di pondok pesantren Ibnul Amin Pamangkih Puteri yang kini beliau telah dikaruniai 5 orang anak yang bernama, Hadijah, Saudah, Ramlah, Muhammad Dhiya Uddin dan Raudhatul Madina.
diantara guru-guru beliau - KH Asnawi - KH Zuhdi- KH Mukhtar bin Salaman- KH Muhammad Abrar Dahlan- KH Ma'mun- KH Syobri- KH Armadi- KH Supian Sauri Lc- KH Muhammad Arsyad bin Hasyim - KH Nurani- KH Syahrani- KH Nurudin Marbu- KH Bakhtiar- KH Abdullah Sungai Buluh - KH Juhdari - KH Muhammad Syukri- KH Abdul Malik - KH Ahmad Fauzi Parumahan - KH Shalahuddin- KH Barmawi - KH Mahli dan Alimul Fadil KH Asmuni bin Haji Masuni (Guru Danau) serta masih banyak lagi guru-guru beliau lainnya
Tahun demi tahun dilalui dengan belajar dan mengajar, awal dari pertemuan guru dengan Al Alimul Fadil KH Asmuni bin Haji Masuni (Guru Danau) berawal dari beliau bermimpi bertemu Guru Danau, ketika bangun diceritakanlah tentang mimpi tersebut kepada istri beliau, dengan niat untuk bersilaturahmi dengan Ayahanda Guru Danau maka dengan ditemani Ustadz Abdul Aziz beliau berkunjung bersilaturahmi dengan Ayahanda Guru Danau, maka sejak pertama bersilaturahmi denga Guru Danau ini beliau rutin mengkuti Majelis Guru Danau, dari Guru Danau inilah beliau banyak mengambil ilmu, khususnya ilmu batin dan menjadi syekh murobby mursyidnya. Puluhan tahun beliau mengikuti bimbingan Guru Danau Dengan ulama besar ini, Guru mendapat bimbingan spiritual (suluk) dan belajar secara khusus dengan Guru dalam waktu tertentu.
hingga sang Guru meninggal dunia pada hari Jum’at 21 Rajab 1445 Hijriah atau 02 Februari 2024 dan Guru Ahmad Junaidi malam itu juga langsung berangkat ke Danau Panggang untuk mengantarkan Sang Guru ke Pamakaman beliau, Semoga Allah SWT memberikan beliau tempat yang tinggi di dalam surganya dan semoga rahmatnya selalu tercurah kepada keluarga dan murid-murid beliau beserta seluruh orang-orang yang mencintai beliau, aamiin.
Tahun demi tahun dilalui dengan belajar dan mengajar dan awal mula Guru Ahmad Junaidi mulai dakwah ke desa-desa adalah ketika beliau diminta oleh Guru beliau untuk menggantikan Guru beliau mengisi Pengajian di Langgar Rhaudhatul Jannah di Desa Binjai Pamangkih sekitartahun 2000 dan kemudian meneruskan pengajian secara rutin di mesjid tersebut, Hari demi hari, siang dan malam beliau curahkan hari-hari beliau belajar dan mengajar berdawah menegakkan Agama Allah, menyampaikan Risalah Agama Baginda Rasulullah SAW.
pada Tahun 2003 beliau membeli sebidang tanah, pada tahun 2007 dibangunlah rumah beliau di atas rumah tersebut dua bulan setelah rumah selesai datanglah 13 orang warga masyarakat yang dulunya belajar dengan beliau sewaktu masih bermukim di lingkungan pondok pesantren Ibnul Amin, maka bersama 13 orang inilah beserta tokoh-tokoh masyarakat ayahanda menghadap kepada KH Mukhtar HS Gurunya yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih untuk meminta izin dan restu membuka Majelis di Kediaman beliau dan oleh Sang Guru KH Mukhtar, Pengasuh Pondok Pesantren Ibnul Amin yang kedua ini beliau di izinkan membuka pengajian di rumah, Majelis taklim yang diperuntukkan kepada masyarakat secara umum sekitar yang ingin menimba ilmu pengetahuan khususnya ilmu keagamaan.
Minggu demi Minggu jamaah semakin bertambah, Majelis Guru Ahmad Junaidi awal-awal diadakan setiap sabtu sore di rumah beliau dan disamping itu beliau juga diminta masyarakat untuk mengisi ceramah-ceramah setiap malam nya di masjid-masjid sekitaran kecamatan Labuan Amas Utara dan seiring berjalannya waktu banyaknya masyarakat yang antusias dengan majelis taklim beliau, sehingga rumah beliau tak mampu lagi membendung banyaknya masyarakat yang ingin menuntut ilmu, Ribuan orang memadati Rumah dan perkarangan rumah beliau, tempat yang ada sudah tidak bisa menampung jamaah, Maka pada tahun 2009 setelah kembali atas izin KH Mukhtar HS didirikanlah Mushalla di Samping Rumah beliau, yang difungsikan untuk Shalat berjamaah dan Majelis Ta'lim
Perjalanan Dakwah itu terus berkembang hingga pada tahun 2014 Guru Ahmad Junaidi ingin memulai untuk memelihara anak-anak yatim dan dhuafa maka diutarakanlah keinginan beliau tesebut kepada istri beliau, untuk mereka para anak yatimdan dhuafa itu di didik dan diajarkan ilmu Agama
Hari, Minggu, Bulan dan tahun berjalan, berawal dari sepuluh orang anak Yatim yang belajar Makin banyak orang tua yang ingin menitipkan anak-anak untuk belajar, maka atas izin restu dan do’a dari Haji Irfan, putra Almarhum KH Mahfudz Amin pendiri Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih, didirikanlah Pondok Pesantren yang diberi nama Dhiyaul Amin, nama yang atas izin dan arahan Haji Irfan, oleh Haji Irfan namailah pondok tersebut dengan memuat kata "Amin" maka didirikanlah Lembaga Pendidikan yang bernama Dhiyaul Amin
Atas Do’a dan Restu dari guru-guru beliau sinar cahaya dakwah itu terus menembus waktu, majelis dan pondok pesantren semakin banyak santri yang ingin belajar, maka untuk itu diperlukan tambahan bangunan akhirnya dibelilah sebidang tanah di seberang pondok pesantren dan didirikanlah Mushalla yang besar untuk kegiatan Majelis Ta'lim yang diberi nama Rhaudhatul Ulum Mubarak, mushala yang dibangun atas kerjakeras dan bantuan para jamaah dan masyarakat, hari demi hari majelis berkembang maju pesat perkembangannya yang hingga kini ribuan orang hadir setiap minggunya di setiap malam senin dan beliau juga tetap membuka Majelis di Sore Sabtu dan Sehabis Shalat Subuh yang telah beliau lakukan puluhan tahun semenjak Majelis Ta’lim di kediaman beliau mulai awal dilaksanakan
Perjalanan dakwah terus berjalan, meskipun satu persatu para tauladan guru-guru beliau telah meninggalkan, pada hari sabtu 28 Dzulqa’dah 1444 Hijriah atau 17 Juni 2023 Guru beliau KH Mukhtar, HS meninggal dunia dan Guru Ahmad Junaidi antarkan Sang Guru ke Pemakaman beliau di Komplek Kubur Besar Pamangkih
Cara penyampaian Guru Ahmad Junaidi juga didukung oleh bahasa mudah dicerna jemaah, lantang dalam penyampaiannya dan juga pribadi Guru Junai yang tegas dalam menjawab segala permasalahan, sehingga mudah difahami oleh jemaah. kemudian dibumbui dengan contoh-contoh dan Ilustrasi-ilustrasi yang pas dengan kondisi lokalitas sosiobudaya dan keseharian masyarakat sekitar sehingga isi ceramahnya sangat merakyat. Dengan cara seperti ini materi yang disampaikannya mudah dipahami oleh jamaahnya yang berasal dari berbagai lapisan sosial. Maka dari itu banyak jemaah yang senang dengan ceramah beliau dan karakter beliau yang Ikhlas, Idealis nan Tegas yang juga salah satu ulama yang tegak lurus dalam amar ma’ruf nahi munkar
Medan dakwahnya tak terbatas Kabupaten Hulu Sungai Tengah tetapi menembus Provinsi Kharismatiknya tak diragukan hasil dari Keistiqamahan beliau dalam dakwah, sosok yang Istiqamah
Dalam mengajar bahkan tak jarang dalam keadaan sakitpun beliau tetap mengajar dan itu saya melihat sendiri dan alami langsung, dalam keadaan sakitpun beliau upayakan tetap mengajar, sungguh mulia dan Himmah beliau yang begitu besar dalam mengajar hingga semangat beliau mengalahkan tubuh beliau yang sedang sakit sekalipun, saya yang dari tahun 2014 setelah menetap di tinngal di desa Kasarangan mulai mengenal sosok beliau, dan akhirnya pada tahun 2019 tepat pertama kali majelis malam senin di mulai saya meminta izin langsung dengan ayahanda Guru KH Ahmad Junaidi untuk ikut berkhidmah, membantu mengatur parkir dan lainnya, “gawi apa yang kawa di gawi, bantu apa yang kawa dibantu” itulah pesan Al Faqir untuk teman-teman yang al faqir ajak untuk berkhidmah di di Majelis Ta’lim yang beliau pimpin dan Alhamdulillah Khidmah Rutin itu terus berjalan dan berlanjut hingga sekarang
banyak kenangan yang dilalui dalam berkhidmah, tak jarang saya dapati langsung ayahanda yang turun langsung gotong royong ketika akan persiapan acara besar di majelis, satu kenangan Indah yang tak mungkin al faqir lupakan ketika acara di tahun 2020 waktu persiapan acara sore itu hujan cukup deras dan kamipun bersama para santri gotong royong menata tenda, sempat al faqir terperanjat di antara santri ada beliau yang juga ikut berbasah badah diguyur hujan, …Masya Allah Subhanallah ,sosok yang disegani yang begitu tawadhu sungguh dalam setiap gerak gerikmu ada ilmu yang dapat kami teladani…hanya itu yang terucap dalam hati al faqir
Beliau bisa saja memerintahkan Ustadzt atau yang lainnya untuk melakukan itu, namun beliau lebih untuk turun langsung menembus derasnya air hujan padahal saya tau betul waku itu kondisi tubuh beliau kurang begitu sehat
Tak sekali Al faqir yang memang ikut berkhidmah pernah diminta beliau menggandeng beliau ke mushala dari rumah beliau, al faqir tau betul beliau kalau beliau tisak begitu sehat dan ketika sudah memegang tangan al Faqir “ Bawa Aku ke Mushala! Kata beliau
Setelah al faqir antar, ba’da shalat maghrib saya tanyakan kepada salah satu murid beliau yang biasanya membantu bantu di kediaman beliau
Abah Garing kah kata Al Faqir..
Santri itu menjawab” sore tadi beliau sempat di Infus, dan menjelang maghrib tadi infus di copot dan sekarang beliau mengajar
Saat itu juga air mata tak terasa meneters di mata al faqir, sungguh beliau begitu sayang dengan para murid dan jamaah beliau, dalam keadaan sakitpun beliau upayakan tetap mengajar, sungguh mulia dan Himmah beliau yang begitu besar dalam mengajar hingga semangat beliau mengalahkan tubuh beliau yang sedang sakit sekalipun
Dari beliau saya rasakan dan temui beliau dibalik sosok tegasnya, ada kelembutan, kasih sayang, pemurah, dan beliau yang dengan kesabarannya terus berdakwah, mendidik, mengayomi para santri dan jamaah, waktu acara milad beliau yang ke 55,tanggal 13 Mei 2024 yang lalu beliau mengatakan “cukup cerita yang bagus-bagus saja yang diketahui orang, yang sedih-sedih dan pahit biar kita simpan saja” sungguh sosok guru, pemimpin, pendidik sejati yang para ulama terdahulu hanya bisa al faqir temukan dalam buku-buku manaqib
Terlalu panjang cerita jika di urai, tak cukup tinta jika perjalanan itu ditulis, tulisan ini hanyalah setetes dari Lautan perjalanan Dakwah beliau ada banyak teladan Mulia yang Al faqir temukan dari diri beliau, arti Kesabaran, Arti Keikhlasan, Lemah Lembut, Tegas, Pemurah dan Ketawadhuaan dan masih banyak lagi… sungguh ruang sempit ini tentu saja tidak akan mampu mengurai semuanya
Sebagai kalimat penutup kepada pembaca yang budiman, Kepada Para Pembaca yang Budiman, saya memohon untuk koreksinya jika ada salah dan Khilaf dalam Penulisan dan buatlah ceita kita versi kita masing masing sebagai kenangan indah bersama Guru kita
Semoga dengan Membaca riwayat ulama dapat menundukkan kesombongan dalam diri, dan sadar bahwa diri kita tidak ada apa-apanya dengan mereka. Merasa diri tidak lebih baik dari orang lain akan membuat hati hidup. Hati hidup maka dengan orang lain selalu khusnudzon. Amaliah yang paling hebat adalah khusnudzon. Para waliyullah selalu khusnudzon baik kepada Allah maupun makhluk. Semoga Allah merahmati kita dengan hati yang selalu khusnudzon. Doakan saya supaya bisa selalu khusnudzon dan saya doakan anda juga. Amiin allahumma amiin.
Kasarangan, Ahad 22 September 2024
Al Faqir ; Muhammad Edwan Ansari
Tidaklah ada orang-orang besar disetiap zaman
kecuali pasti mereka memiliki para pembenci dari orang rendahan,
karena kemulian akan terus diuji dengan sesuatu yang menghinakan.
(Al Imam Al Hafidz Jalaluddiin Assuyuthi)
KH Ahmad Junaidi Pengasuh Pondok Pesantren Dhiyaul Amin Pamangkih Seberang
Mata'anallahu Bi Tuuli Hayati, Wa nafa'ana Bi Ilumihi, Wa nasihati wa khorojatihi
bila Ikam wani, gunakan kewanian Ikam sagan Membantu agama, bila Ikam baharta gunakan harta ikam sagan Membantu agama, bila Ikam bapangjkat bajabatan, gunakan pangkat dan jabatan Ikam untuk membantu Agama
Hidup itu satumat haja, jadi pergunakan sebaik mungkin waktu yg Allah SWT berikan lawan kita
Itulah salah satu Kalam Abah Guru yg senantiasa Ulun ingat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari