Alhamdulillah hari ini sesudah ziarah dipanggil oleh dzuriat sidin & disuruh minum serta diperkenankan masuk rumah sidin yang tak lain dulunya adalah rumah K.H Mansyur Ismail yg kita ziarahi ini untuk melihat foto dalam rumahnya.Jadi dalam rumah sidin ada terpampang foto orang tua dari beliau & anak beliau.Kenapa jar ulun kubur sidin kada dikubahi?wasiat sidin jgn dikubahi jar ampun rumah yg tak lain adlh menantu beliau yg suaminya adlh anak kiai,juga sdh meninggal beberapa tahun yg lalu yg fotonya ada di dinding(Mahmud)namanya.Yg namanya Mahmud ini juga sering didatangi org untuk minta do'anya(minta banyu).Pdahal orangnya seperti aneh(sebutlah majdub)kaya nya.
Padahal makam K.H Mansyur Ismail ini banyak yg mau ma ngubahinya termsuk Menteri Sadilah Mursyid jar sidin.Setiap hari raya idul fitri hari ke 2 makam beliau ini juga selalu diziarahi oleh para guru2 ponpes ibnul amin pemangkih.Dan memang jar menantu sidin beliau ini adalah dzuriat pemangkih.K.H Mansyur ini juga adalah guru dari Wali Katum.
KH.Mansyur Ismail
Beliau juga adalah salah satu mutiara dari banyak nya mutiara di tanah murakata,sosok ulama banua yang sangat cemerlang.
Beliau bernama H. Mansur Ismail, kelahiran Pantai Hambawang sekitar tahun 1905. Beliau anak dari H.Ismail dan Hj.Arfiah. Pada zaman awal kemerdekaan Republik Indonesia, ia diangkat menjadi Kepala Kantor Departemen Agama Kalimantan, yang membawahi seluruh wilayah provinsi sekarang (Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat). Selain itu, dua posisi penting kedinasan yang sempat beliau peroleh ialah sebagai Kepala Kantor Qadi Hulu Sungai Tengah, dan sebagai Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari di Banjarmasin.
Tokoh yang berpengaruh luas ini, juga dipercaya menduduki jabatan-jabatan di luar kedinasan seperti Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Banjarmasin, Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Ketua Nahdlatul Ulama Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan Ketua Partai Sarikat Islam Indonesia Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Dari semua jabatan yang pernah dipangkunya, yang paling mengesankan bagi Mansur Ismail. Adalah ketika dipercaya menjadi Ketua Partai Islam Indonesia di Mesir.
Pada masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di daerah ini, tokoh ulama ini bergabung dengan para pejuang gerilya dan masuk ke pedalaman. Beliau selalu memberikan dorongan dan berdoa agar para perjuangan bangsa Indonesia memperoleh perlindungan daripada Allah SWT. Ketika dipercaya menjadi Kepala Kantor Departemen Agama Kalimantan, beliau berhasil memperjuangkan pembangunan 27 Sekolah Islam di Kalimantan, termasuk diantaranya yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yaitu pembangunan Madrasah Tsanawiyah Negeri Pantai Hambawang, yang pada zaman penjajahan Belanda bernama Madrasah Persatuan Perguruan Islam (PPI).
Kegiatan berdakwah yang dilakoni beliau pada masa revolusi membuat ulama ini harus siap mempertaruhkan nyawa dan keluarganya. H.Mansur Ismail pernah ditangkap oleh Belanda dan diancam dengan hukuman mati. Namun nyawanya dapat diselamatkan oleh para pejuang. Jiwa patriotik ulama yang satu ini terbawa sampai ke luar negeri yaitu pada saat melawan kekuatan Partai Komunis yang ada di Mesir.
Tokoh ini sangat kuat memegang prinsip ‘kejujuran dan keimanan’, sehingga pada waktu bekerja di pemerintahan pernah diberi gaji dua kali lipat oleh atasannya. Urang Pantai Hambawang yang pernah menjadi guru besar dan pernah mengikuti pendidikan di Shalatiah Mekkah selama 4 tahun di Universitas AI Azhar Mesir Kairo selama 10 tahun.
Perjalanan ke luar negeri yang pernah dilakukan H.Mansur Ismail antara lain ke Singapura, Malaysia, Mesir, dan Saudi Arabia. Sedangkan karya tulis yang dihasilkannya adalah buku-buku pelajaran agama Islam seperti Fiqih, Tauhid, dan lain-lain.
Dari perkawinannya dengan isteri pertama Hj.Masriah, beliau dikaruniai enam orang anak yakni Hafifah, Mustafa, Mukhtar, Maimunah, Rukayah, dan Juairiah. Sedangkan dari isteri kedua Hj.Maswiah, beliau dikaruniai duabelas orang anak yakni Ramlah, Muhammad, Halimah, Abdul Karim, Abdurrahman, Abdurrahim, Aisyah, Fatimah, Mahdiah, S.Pd., Dra.Hadijah, Salmah dan Mahmud.
Tokoh ini berpulang kerahmatullah pada hari Sabtu tanggal 13 Oktober 1983 bertepatan 9 Muharram 1404 H. Jenazah almarhum dimakamkan di alkah keluarga Jalan Pancasila No.44 RT.02 Pantai Hambawang Barat, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari