Selasa, Juli 05, 2022

Makam Syaikh Muhammad Abdussamad Al Palimbani (Datu Sanggul) Nama asli beliau adalah Muhammad Abdussamad, dalam riwayat lain disebutkan Ahmad Sirajul Huda.

Makam Syaikh Muhammad Abdussamad Al Palimbani (Datu Sanggul).





Letak: Jalan Datu Sanggul, Desa Tatakan, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan.


Datu Sanggul adalah seorang ulama besar di daerah Tatakan, Tapin Selatan. Beliau hidup sekitar abad ke-18, satu zaman dengan Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari (Datu Kalampayan).


Nama asli beliau adalah Muhammad Abdussamad, dalam riwayat lain disebutkan Ahmad Sirajul Huda.


Beliau berasal dari Palembang, melanglang buana ke berbagai penjuru untuk menuntut ilmu, akhirnya sampailah beliau di daerah Tatakan dan berguru kepada Datu Suban.


Beliau diberi gelar Datu Sanggul adalah karena ketekunan beliau dalam mentaati perintah gurunya yang memiliki makna menyanggul atau menunggu turunnya ilmu dari Allah, ada juga yang mengatakan beliau diberi gelar Datu Sanggul karena beliau sering menyanggul atau menghadang pasukan Belanda di perbatasan Desa Muning sehingga pasukan Belanda pun kocar-kacir dibuatnya. Versi lainnya lagi menyebutkan, gelar Datu Sanggul itu karena kegemaran beliau menyanggul (menunggu) binatang buruan. Dan ada juga yang mengatakan karena rambut beliau yang panjang dan selalu disanggul (digelung).


Datu Sanggul sangat terkenal dengan syair-syairnya yang begitu puitis dan penuh makna, salah satu syair yang sangat terkenal adalah syair pantun Saraba Ampat. Syair tersebut berbahasa Banjar dan sarat dengan pelajaran Tasawwuf, di antara petikan syair tersebut berbunyi:


"Allah jadikan saraba ampat, syariat tarikat hakikat ma'rifat, menjadi satu di dalam khalwat, rasa nyamannya tiada tersurat."


"Jangan susah mencari bilah, bilah ada di rapun buluh, jangan susah mencari Allah, Allah ada di batang tubuh."


"Riau-riau padang si bundan, di sana padang si tamu-tamu, rindu dendam tengadah bulan, di hadapan Allah kita bertemu."


Datu Sanggul memiliki banyak karamah di antaranya adalah selalu melaksanakan shalat Jum'at di Makkah, padahal jarak antara Tatakan dan Makkah sangatlah jauh. Bahkan karamah beliau ini pernah disaksikan secara langsung oleh Datu Kalampayan saat shalat Jum'at berjamaah di Masjidil Haram.


Pada waktu itu Kesultanan Banjar mewajibkan bagi setiap orang yang sudah baligh untuk melaksanakan shalat Jum'at di masjid kampung masing-masing, bagi yang tidak melaksanakannya maka akan dikenakan denda.


Karena Datu Sanggul setiap hari Jum'at melaksanakan shalat di Makkah, maka beliau tidak pernah terlihat shalat Jum'at di kampungnya. Hal ini membuat beliau harus membayar denda kepada kesultanan sampai harta yang beliau miliki habis.


Ketika tidak ada lagi yang bisa dibayarkan, maka beliau pun berjanji akan melaksanakan shalat Jum'at di kampungnya. Namun ketika beliau shalat Jum'at di masjid kampung dan imam mulai membaca takbir, Datu Sanggul melantunkan syair:


"Riau-riau padang si bundan, di sana padang si tamu-tamu, rindu dendam tengadah bulan, di hadapan Allah kita bertemu."


Beliau lalu mengucapkan takbir: Allaahu Akbar.


Bersamaan ucapan takbir itu, tubuh beliau mengawang-awang hingga selesai orang mengerjakan shalat Jum'at. Melihat keadaan Datu Sanggul yang demikian, orang-orang yang berada di masjid pun keheranan.


"Aku tadi shalat di Makkah, kebetulan di sana ada selamatan dan aku meminta sedikit, mari kita cicipi bersama.", ucap Datu Sanggul.


Sejak saat itulah masyarakat percaya sepenuhnya bahwa Datu Sanggul adalah seorang Wali Allah, barang-barang Datu Sanggul yang semula disita pun akhirnya dikembalikan oleh kesultanan.


Menjelang akhir hayatnya, Datu Sanggul meminta kepada Datu Kalampayan untuk membawakannya kain kafan apabila Datu Kalampayan telah selesai menuntut ilmu di Makkah. Dan ternyata kain kafan itu digunakan untuk mengkafani Datu Sanggul sendiri yang berpulang ke hadirat Allah bertepatan dengan pulangnya Datu Kalampayan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari