Hasil membaca dari sebuah tulisan teman yang mengkritik atau apa gitu tentang penerjemahan brainstorming jadi tukar pikiran. Padahal kan kalau diterjemahin perkata seharusnya, jika dipisahkan dua kata itu ‘brain’ dan ‘storm’, dengan kaidah bahasa Inggris jadinya badai otak. Wah, kok menarik ya? Mirip-mirip kelakuan nyeleneh dari anak-anak ghostskul yang suka nerjemahin seenaknya aja, dan pastinya nggak laku kalau ujian bahasa Inggris. Terus kita cari kata-kata yang asyik buat jadi slogannya. Mikir-mikir... mikir-mikir lagi, karena kita semampunya aja melawan, modal terbatas, duit jajan sering abis, hasilnya adalah link dan betapa sederhananya kita mencoba melawan sesuatu yang didukung dengan kekuatan dan kapital yang kuat secara duniawi ( insyaAllah kita belajar untuk terus meyakinkan dan memperkuat keyakinan bahwa beking kita adalah pemilik dunia! ALLAH Azza wa jalla!). tertuliskan juga ahirnya : melawan dengan sederhana. . Tapi yang namanya foto kopian dan print, biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi satu buku sangat besar! Jauh lebih besar daripada bentuk yang sekarang kamu pegang ini. ...........................
Yukks silakan di baca
Demokrasi dan Baju Baru Sang Raja
oleh BO
Alkisah hiduplah seorang Raja. Pada suatu hari, Raja itu ingin memiliki baju baru untuk dia pakai dalam pawai rutin di tengah kota yang biasa dia lakukan. Raja pun menyuruh ajudannya untuk memanggil penjahit yang paling hebat. Singkat cerita datanglah seorang penipu yang mengaku penjahit hebat dan akan menjahitkan baju yang sangat luar biasa indah dan tiada duanya untuk sang Raja. Dia pun berlagak mengukur badan sang Raja, mengukur tingginya, lingkar perutnya, lebar bahunya, dan lain-lain. Setelah itu dia pun itu mohon diri dan menjanjikan baju itu akan siap esok lusa.
Hari yang ditunggu pun tiba, Raja tidak sabar untuk melihat dan mencoba baju barunya, namun alangkah kecewanya ketika penjahit itu datang dan tidak terlihat membawa apapun. “Wahai penjahit, mana baju baru yang kau janjikan untukku?” Tanya Raja gusar. Penjahit itu pun buru-buru berpura-pura mengeluarkan sesuatu, “Mohon maaf Paduka, inilah baju terbaik yang saya kerjakan untuk Paduka.” Dia pun mengulurkan kedua tangannya seolah-olah sedang mempersembahkan sesuatu. Raja pun mengernyitkan keningnya karena dia merasa tidak melihat apa-apa, begitu pula para ajudan yang mendampingi Raja. Ppenjahit gadungan itu pun melanjutkan, “Tidakkah Paduka bisa melihat keindahannya? Baju ini teramat istimewa sebab hanya orang pintar saja yang dapat melihatnya!”
Raja yang langsung termakan bualan penipu itu merasa sangat malu karena ia benar-benar tidak melihat baju yang dimaksud. Raja pun berpikir betapa memalukannya bila ia ketahuan tak dapat melihat baju itu, dengan serta merta Raja pun menyahut, “Oh, betul sekali, betapa indahnya baju yang sudah kau buat ini, aku sungguh-sungguh menyukainya, bagaimana dengan kalian?” Raja meminta persetujuan para ajudan. Para ajudan yang rupanya sama dengan Raja segera menjawab, “Oh, benar sekali Paduka, baju itu memang sangat indah!” Mereka kemudian berlomba-lomba memuji baju bualan itu, “Warnanya sungguh indah, tidak terlalu mencolok namun sangat berkarakter...”, Seorang lagi menimpali, “Lihat jahitannya, sangat rapi dan solid!”, seorang lagi tidak mau kalah, “Modelnya sangat orisinil dan berwibawa, Raja akan terlihat sangat gagah memakainya!” Begitulah, kemudian ketika dikabari mengenai baju baru Sang Raja, seisi kerajaan pun berlomba-lomba berkomentar dan memberikan pujian mengenai baju itu, tidak ada yang berani mengakui tidak bisa melihat baju itu karena takut disangka bodoh.
***
Cerita di atas mungkin sudah akrab di telinga kita. Dongeng masa kecil ini terlintas begitu saja dalam ingatan ketika membaca satu kata : Demokrasi. Apa hubungannya demokrasi dengan dongeng tadi?
Demokrasi tidak ada bedanya dengan baju baru Sang Raja. Demokrasi, seperti halnya baju baru Raja, adalah omong kosong. Barangkali menyadari ‘keberadaan’ sesuatu lebih mudah ketimbang menyadari ‘ketidakberadaan’ sesuatu?
Demokrasi sebenarnya tidak ada dan tidak pernah ada. Kalau begitu, kenapa sesuatu yang tidak ada, dan tidak pernah ada, dikira ada? Jawabannya sama juga dengan baju baru Sang Raja. Dia diopinikan dan dibicarakan oleh semua orang. Raja berkata ada, para ajudan membetulkan, seisi kerajaan mengakuinya, tinggallah rakyat luas. Apa yang terjadi ketika Raja melakukan pawai dengan baju barunya itu? Seluruh rakyat sudah tidak sabar, penasaran dengan baju baru Sang Raja yang katanya hanya akan nampak di mata orang-orang yang pintar saja. Akan tetapi betapa kagetnya rakyat ketika melihat Raja yang mereka bangga-banggakan itu diarak keliling kota dan melambai-lambaikan tangannya pada rakyat, tersenyum lebar penuh percaya diri dalam keadaan telanjang bulat!
Rakyat pun terdiam terbingung-bingung. Kemudian semuanya saling pandang. Tidak ada satupun yang berani mengakui apa yang sebenarnya dilihatnya. Kemudian satu demi satu mereka mulai berkomentar. “Ooohh... betapa indahnya baju baru Sang Raja!” Satu orang mengawali. “Benar! Ooh Tuhan, seandainya aku bisa memiliki baju seperti itu!” Yang lain menyahut. “Bodoh! Hanya Raja yang pantas memakai baju kebesaran seperti itu!” Sahut-sahutan pun mulai terjadi, dan pada akhirnya semua orang mengakui melihat baju baru Sang Raja.
Begitu pulalah demokrasi. Dia tidak pernah berhenti dibicarakan. Semua berlomba-lomba memakai slogan ini. Jika ada himbauan, maka kalimatnya adalah, “Mari kita pertahankan demokrasi!” Atau, “Jangan biarkan demokrasi ini rusak karna ulah sekelompok orang!” Jika sebuah lembaga mencanangkan visi dan misi, yang tertulis adalah, “Membangun masyarakat demokratis makmur sejahtera”. Jika ada seorang tokoh, maka dia dijuluki sebagai “Sang pembela demokrasi”, atau “Sang demokrat sejati”. Jika ada pemikiran, maka pemikiran itu adalah kata sifat dari demokrasi seperti “Demokrasi Terpimpin”, “Demokrasi Liberal”, “Demokrasi with God”, atau “Theo-Demokrasi”, dan lain-lain. Jika membentuk partai, maka namanya adalah “Partai Demokrasi Anu”, “Partai Demokrasi Itu”, “Partai Pokoknya Demokrasi”, “Partai yang Penting Demokrasi”, “Partai Insya Allah Demokrasi”, dan lain-lain. Kalau ada penghargaan, maka itu adalah medali demokrasi, di sana demokrasi, di sini demokrasi, demokrasi di mana-mana.
Walhasil, tidak seorangpun sadar bahwa demokrasi itu sebenarnya tidak ada. Mereka tidak akan bisa menunjukkan mana demokrasi? Mereka tidak mungkin bisa menyebutkan negara mana yang paling demokratis? What a shame! Seperti halnya Sang Raja yang telanjang bulat keliling kota, betapa memalukannya.
Kalau kita mau sadari, maka yang terjadi adalah korporatokrasi, bukannya demokrasi. Dan kalau dikatakan yang sebenarnya ini maka dijamin tidak akan ada seorangpun yang mendukungnya, kecuali, ya para pemilik korporat-korporat besar itu. Dan inilah yang membuat sebuah bangsa terpuruk sedemikian rupa, karena rakyatnya terpedaya oleh sistem politik ilusi.
Akan tetapi, semoga hal ini tidak lama. Kalau kita selesaikan dongeng baju baru Sang Raja, maka pada akhirnya ada seorang anak kecil yang innocent, lugu dan jujur, meneriakkan, “Raja telanjang!” Raja yang mendengarnya pun kaget dan terdiam. Arak-arakan pawai berhenti. Semua rakyat ikut terdiam menelan ludah. Ibunya anak itu pun ketakutan setengah mati dan mencoba membungkam mulut anaknya. Akan tetapi si anak tetap bersuara, ”Lihatlah ibu, Raja tidak memakai apa-apa... Lucu ya?”
Raja pun mulai berkeringat dingin. Rakyat saling celingukan dan mulai bergumam-gumam kecil tidak jelas. Raja semakin berkeringat dan melirik para ajudannya, akan tetapi para ajudannya tidak berani menatap Sang Raja... dan... Nah, sudahlah... Tulisan ini tidak perlu dilanjutkan sebelum kita berfantasi macam-macam. Tentu kita semua sudah hafal dengan ending cerita ini. Yang penting sekarang, mari kita melihat realita sekarang. Beranikah kita menjadi jujur seperti anak kecil itu? Beranikah mengatakan yang sebenarnya tentang demokrasi? Kita tentu kesal ketika ada tokoh Islam yang tiap kali berpidato seakan ‘gatal’ kalau tidak mengucapkan sepatah kata demokrasi. Sepertinya kalau tidak mengucapkan demokrasi ada yang kurang. Kurang afdhol? Masya Allah... Kalau kita tidak berani berterus-terang bahwa demokrasi itu tidak ada, maka lebih baik diam saja! Rasul saw. bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Abu Hurairah). Akan lebih baik kalau kita tidak usah berkata apapun tentang demokrasi. Mari hapus kata demokrasi dalam otak kita. Coret kata demokrasi dalam naskah pidato kita. Wallahu’alam bish-shawab.^
..................>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>..............>>>>>>>>>>>>..>>>>>>>>>>>>>
Mr dan Miss G
oleh k3 cahaya
...
Sesaat hadirin yang disebut namanya tampak tegak serius mendengarkan tawaran itu.
Adapun keuntungan yang akan kalian peroleh adalah : menguatkan hegemoni tante kapitalis dalam mengeluarkan perempuan baik-baik dari dalam rumahnya . karena tawaran tante kapitalis dalam menumpuk harta dan alasan kelayakan hidup secara materi akan membuat para perempuan itu keluar dari rumahnya untuk bekerja diluaran. Melupakan tugas utama meraka sebagai ibu dan sibuk dengan tugas kerjaannya. Terserah cara mereka seperti apa. Yang jelas untuk skill dan kemampuan serta kekuatan perempuan itu terbatas. Tapi masih ada kemolekan fisik dan sifat mereka yang lembut untuk menghasilkan uang. Emansipasi istilahnya. Kita biarkan anak mereka kehilangan induk seperti anak ayam sehingga generasi penerusnya pun hancur berantakan. Maka makan tu harta yang telah ditumpuk sedang kerusakan jiwa dan raga sudah mereka ciptakan untuk dinikmati dihari tua. Hwa...ha...ha...begitulah tante kapitalis.
Sang tante yang dipuji sedemikian rupa hanya tersenyum dan berkedip-kedip memainkan bulu matanya yang telah dikapstok terlebih dahulu. Huek...huek....
Dengan starting point yang sudah diciptakant oleh tante kapitalis, kejadian selanjutnya adalah pengejaran miss materialisme tanpa henti. Dengan materialisme, mereka baik laki maupun perempuan akan diajarkan cara memandang sesuatu dengan yang namanya materi. Everything is about money. No happiness without money. No welfare state withoutt materialism. Begitulah. Sehingga mulai dari cari jodoh, takaran calon mantu adalah kerja dan uang, cari teman, standarnya juga harta, penampilan yang memukau juga karena uang, mobil baru mengkilat juga uang, rumah mewah adalah uang, semuanya pokoknya adalah uang. Everything is about money. Lantas apa lagi ? kalo udah begitu, lengkap sudah alasan mereka untuk mencari materi dan meninggalkan hal-hal yang sebenarnya jauh lebih kekal dan abadi. Mungkin mereka bisa beli kasur empuk namun mereka tak bisa membeli kenyamanan tidur, mereka bisa beli rumah yang besar dan mewah tapi tak akan bisa membeli kebahagiaan dan keharmonisan. Disitulah letak kebodohan mereka. Mereka telah tertipu oleh benda. Sesuatu yang berwujud 3 atau 4 dimensi saja dan gampang aus ditelan masa. Padahal dunia ini begitu kompleks dan yang terbaru ada dimensi lain yaitu 5 dan 6 dimensi lainnya yang jauh lebih kekal dan abadi. Hwa...ha...ha...biarkan mereka buta dengan semua itu kawan-kawan.
Miss materialis tampak bangga dengan pengaruh yang ada karena dirinya. Kipas yang berkilauan dikibas-kibaskannya.
...............next .......
Sibuk. Begitu sibuknya kegiatan pagiku. Mengurus cucian hasil tumpukan beberapa hari belakangan. Melipat hasil jemuran kemaren entah kapan. Membersihkan kamar yang hanya 2x3 m....eh lupa ...
Aku tidur di sekteratiat organisasi bukan do kostn
tapi serasa meluas kalau sedang dibersihkan, ditambah sebuah ruangan untuk buku-buku yang sama besarnya, dan buku-buku itu tidak romantis jika dalam keadaan seperti ini. Aku jadi merasa aneh dan nggak habis pikir dengan orang yang mengatakan bahwa membereskan rumah seperti ini bukan lah sebuah pekerjaan. Mungkin dia seorang yang tidak pernah mempunyai apa-apa jadi tidak pernah harus merawat dan membersihkan sesuatu. Mungkin dia seorang kaya yang super intensif perawatannya oleh para orang yang bekerja padanya, jadi tidak sempat matanya ngeliat gimana hasil kerjaan yang tidak dibereskannya. Atau sangat kaya sekali untuk ukuran muka bumi, jadi semua barang adalah untuk sekali pakai! Mantap tuh! seneng nih punya temen kayak gini. Wakakakak...
Kalau rumah tidak bersih, pikiran kita juga tidak nyaman jadinya. Kesehatan kita juga terganggu.Sampah yang tidak segera dibuang misalnya bisa mengundang datangnya bibit penyakit untuk menghampiri melalui berbagai perantara. Debu-debu yang terkesan kecil dan halus itu tanpa kita sadari akan menumpuk semakin banyak di sudut-sudut dan berbagai tempat di dalam ruangan.
Pakaian yang kusut, tidak segera dicuci. Memaksa kita untuk memakai suatu celana kedua kalinya, padahal akan lebih baik jika sudah dicuci dulu setelah seharian dipakai. Mencuci jika tidak pandai, dan tahu triknya, bisa tidak bersih, walaupun udah boros sampai berbusa-busa melimpah ruah tu ember. Mencuci bukan suatu pekerjaan? Dan tidak lengkap rasanya jika pakaian tidak disetrika, kurang licin dan nggak rapi necis. Keliatan efek-efek embos, timbul tenggelam, guratan dari basah jadi kering. Khusus buat kaos yang ngejemurnya pakai gantungan mah mungkin nggak terlalu keliatan, meski tentu aja tetap keliatan beda mana yang disetrika mana yang langsung pakai dari jemuran!
Kalau rumah tidak rapi, kita jadi sulit untuk mencari barang-barang tertentu. Mungkin bisa saja ketemu tapi seringkali membutuhkan pengorbanan waktu yang cukup besar dari yang seharusnya kita gunakan. Belum lagi kadang malah membuat kita emosi karena kesulitan untuk menemukannya. Memecah konsentrasi jadinya, padahal entah berapa ribuan orang yang mesti duduk berjam-jam sambil ngatur pernafasan hanya untuk menikmati yang namanya konsentrasi. Peluang bisnis, nih, mana anak ekonomi? Hehe... yang pastinya hal itu membuat pekerjaan tertunda untuk selesai.
Masih mikir merapikan rumah bukan sebuah pekerjaan?
Makan, dikit.
Asli membosankan masakan yang aku temukan di sekitar lingkungan. Pagi, buat alas lambung mampir di burjo, warung bubur kacang ijo yang juga nyediain mie nggak instan, gorengan, kadang variasi ada menu nasi juga, buah-buahan, roti, dll jadi mirip toko pangan siap sedia gitu.. Siangan dikit makan di warung padang, atau warung makan biasa. Menu dari tiap-tiap warung makan ini tidak berubah dari hari ke hari sejak aku makan di sana pertama kali. Ada pun perubahan, itu pun kadang tidak aku sukai.
Memasak pekerjaan yang gampang?
Lucu, lucu. Lucu.
Menemani anaknya bermain. Mengajarkan apa yang tidak diajarkan gurunya di sekolah. Menjalin hubungan yang membuat kata hati bisa saling terhubung. Memberikan panutan dengan sikap yang bukan hanya sekedar nasihat yang akan terdengar melalui telinga kiri untuk mencari jalan keluar dari telinga kanan.
Kuyangkeluar.
Banyak orang yang aku temui ketika aku melakukan perjalanan ke luar rumah. Banyak yang hanya membuat suasana hati tidak nyaman, meski tidak sedikit yang membuat kita tertawa. Perjalan ke luar rumah, bekerja, dengan menggunakan kendaraan umum ataupun pribadi tetap akan menguras energi, membuat lelah badan dan pikiran. Lalu aku pulang. Kujumpai kamar kost yang tetap berantakan karena aku terburu-buru tadi pagi. Ha… kapan aku bisa pulang disambut seorang yang berwajah ceria dengan keadaan rumah yang nyaman. Eh, maaf jadi kebawa perasaan ala kebanyakan orang di usia dua puluhan.
Dalam paradigma, pandangan kehidupan, kapitalisme saat ini, pekerjaan adalah harus sesuatu yang menghasilkan uang. Uang dan pekerjaan. Identik. Berasa wajib malah. Sesuatu yang wajar dengan sifat sistem ini, produksi tanpa henti, konsumsi sampai mati. Eksploitasi yang menjadi pola kerjanya, ilan gila-gilaan tanpa moral salesmannya. Modal yang sedikit untuk mendapatkan keuntungan yang berlimpah, tanpa peduli cara. Maka dipekerjakan para perempuan. Perempuan yang berekonomi lemah sebagai buruh, agak ada titel dikit, plus bodi tentunya, buat memudahkan jalan proyek, dan yang lain mengambil hak anak atas waktu ibunya. Sekilas seakan tidak berefek besar, malah mungkin terkesan baik dari mata kebanyakan masyarakat kita. Perempuan bekerja di sebuah pabrik untuk menambah penghasilan suaminya. Baik, ya, baik, kan? Coba pikirkan, gaji buruh perempuan itu lebih kecil dari buruh laki-laki, biasanya, entah kalau udah berubah jadi lebih minim lagi, tolong kabarin aja deh ke bapak-bapak berambut tipis, berperut tebal, muka topeng, dan telinga kuali di gedung mewah yang merasa jadi wakil kita itu, siapa tahu udah jadi manusia lagi mereka. Karena dalam hitungan untuk mencari keuntungan yang lebih, bukankah para pekerja perempuan ini memiliki suami yang juga menafkahinya? Tentunya mereka mencari kerja untuk tambahan, jadilah dibayar rendahpun mereka mau. Jam kerja yang sedemikian tidak manusiawinya dibandingkan dengan hasil berupa gaji juga menjadi ironi yang sangat menyedihkan. Manusia tidak diizinkan menjadi makhluk selain makhluk produksi. Yang gaji kan para bos-bos pemilik modal hidup mewah itu?! Pantas donk dia merasa menguasai hajat hidup orang banyak.
Hal ini bisa terjadi dengan bantuan pemerintah yang merupakan antek mereka, kroni untuk melanggengkan sistem pengurasan mereka terhadap manusia, buruh pekerja mereka. Melalui pendidikan tidak bermutu dan tidak memberikan sumbangsih yang nyata dan berguna besar bagi kehidupan anak didiknya. Semua disuruh untuk pintar menghapal segala sesuatu yang nantinya dilupakan, dan hanya berefek untuk memlih diantara lima jawaban yang tersedia di kertas ujian. Tuntutan yang ada pun adalah kemestian untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan pastinya lebih mahal, kalau tidak, ilmu yang didapat semakin tidak berguna. Pendidikan hanya sebatas menghabiskan waktu untuk bermain bersama teman yang pada akhirnya jika tidak bisa melanjutkan ke bangku kuliah bisa mendapatakan ijazah untuk melamar pekerjaan, dan itu syarat minimalnya. Syaratnyapun sekarang sudah dinaikkan untuk bidang tertentu, mesti bangku kuliah S1. Padahal pekerjaaannya lebih banyak tidak nyambung dengan imu yang dituntut selama bangku kuliah. Tidak butuh ilmu yang setaraf bangku kuliah malah! Cukup dipelajari ketika mujlai bekerja! Meskipun itu tidak salah jika dipandang untuk mencari nafkah.
Tragis nasib perempuan yang hanya lulusan SMA, lowongan yang tersedia adalah menjadi buruh, yang lebih gaya namanya sales promotion girl yang jual badan itu. Menjadi buruh hampir total semua ilmu, kalau memang bisa dibilang ilmu, yang diperoleh selama 12 tahun tidak terpakai. Pekerjaan buruh itu toh langsung belajar pada saat bekerja itu, bukan sebelum-sebelumnya. Jika menikah, pun, semua pekerjaan rumah tidak akan menggunakan ilmu teori dari sekolah. Alangkah baiknya pemerintah dengan dinas pendidikannya yang tidak pernah mau melihat dan mencari tahu, atau memang membutakan diri terhadap keadaan ini. Tidak pernah mencari kesalahan utama yang dari sistem pendidikan yang hampir tidak mengenal Tuhan ini. Ini lah yang diperlukan para kapitalis pemilik modal, mendapatkan tenaga murah karena ilmunya toh tidak berguna. Dengan ilmu yang mesti ditanggalkan begitu masuk lingkungan buruh, pabrik, gaji yang kecil adalah balasannya. Ditambah lagi jika kapitalisnya berasal dari luar negera dengan perusahaan di negara yang katanya bagian dari dunia ke 3, otomatis mendapatkan buruh yang lebih murah lagi dengan perbedaan nilai uang tempat induk perusahaan dan pabrik penghasilannya. Dengan bekal ilmu yang tidak berguna, apa yang mau diajarkan kepada anaknya? Itupun kalau masih ingat dengan pelajaran yang hanya dalam hitungan minggu akan terlupakan dari otak, karena saking tidak aplikatif dan bergunanya. Ditambah ketidaktahuan atau tidak diberi pemahaman untuk apa sebenarnya dia mempelajari ilmu itu dan apa gunanya nanti bagi kehidupan dia. Sekedar syarat untuk kenaikan jenjang yang makin lama makin berat, dan nggak jarang makin nggak berguna.
Anak-anak dibuat konsumitf dengan rayuan iklan yang sedemikian rupa memborbardir pula. Pelepasan hasrat yang membabi buta. Serangan beruntun dan bertubi-tubi dengan visual yang semakin lama semakin canggih, membuat hasrat untuk mengkonsumsi semakin cepat terpancing, dan besar. Belum lagi dengan pengakalan penambahan dan pengurangan komponen untuk menghasilkan berbagai varian produk yang semakin beragam bentuk, harga yang tentunya berkaitan dengan keuntungan. Dengan target pasar yang utamanya kaum muda, yang menjadi pihak paling terdesak adalah para orang tua mereka. Keberhasilan sistem ini untuk menghasilkan kaum muda yang hedonis, konsumtif dengan mental proses instan, patut kita acungi jempol. Kaum muda dilabelkan, biasa kalau mereka masih meminta kepada orang tua, kan masih muda. Banyak anak muda yang pandainya hanya menuntut suata barang kepada orang tua sebagai alat kesenangannya. Mending kalau anak orang kaya yang gaji perbulan orangtuanya tidak habis untuk membeli satu sepeda motor. Yang kasihan adalah anak-anak kaum buruh, pekerja kecil. Malihat. Melihat. Terus melihat. Dengan mata kepala sendiri lho, bukan kepala dan mata orang lain. Hari demi hari. Hasrat yang awalnya bisa dibendung, perlahan memaksa mulut mengeluarkan permintaan kapada orang tua.
Memanfaatkan kasih seorang ibu yang tidak akan rela melihat anaknya menderita atau tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Berparut luka bersiram air mata hatinya, kawan. Karena rasa cinta yang ada dalam hatinya itu telah dialihkan kepada anaknya. Bukan kepada lain siapa. Maka bekerjalah apapun si ibu karena kasihan anaknya nyang terus meminta-minta. Tertawa terbahak-bahak si kapitalis di ujung dunia lain menikmati kesenangan karena sebab ada akibat ini.
Ilmu yang paling berguna bagi seorang yang beridentitaskan Islam, mengajarkan Al-Qu’ran. Ilmu yang jika diwariskan akan tetap berguna bagi yang mengajarkannya. Terus menerus selama ilmu itu dipakai. Bukan berarti perempuan tidak boleh menuntut ilmu yang lain. Pertimbangan dalam menuntut ilmu yang lebih penting sekarang ini. Kebanyakan dan hampir semua ilmu bangku kuliah membuat perempuan bekerja diluar rumah, menyita waktunya sebagian besar. Cobalah memilkirkan lebih jauh lagi, bukan sekedar ilmu untuk mencari lowongan pekerjaan. Bukan ilmu-ilmu yang di desain sedemikian rupa agara terjadi persaingan yang angat ketat diantara para pekerja, karena ilmunya hanya bisa diterapkan ketika bekerja kepda ornaglain. Di mana ilmu yang ada hanya membuat kalian begitu mudahnya ditekan para pemilik modal dan di saring–saring sesuka hatinya. Dengan begitu menjadi lemahnya daya tawar kalian terhadap hak kalian sendiri. Ilmu tidak sesempit itu kawan!
Setelah bekerjapun, sistem busuk ini membuat seseorang bahkan tidak mempunyai waktu untuk menemui Sang Penciptanya. Itu yang paling parah, jika menjadi pegawai rendahan, mempunyai bos yang bejad pula, rentan akan sempitnya waktu itu biasanya. Jika sedikit lebih mempunyai kekuasaan dan lebih tinggi keduidukan, secara halus akan datang dengan yang namanya jam kantor yang sangat lama, yang membuat keluarga hanya saling menatap diakhir minggu. Menatap marah pula, kacau, kan? Beruntung jika seorang anak masih mengenal ibunya. Seorang ibu yang lelah ditambah dengan pekerjaan kantor yang dibawa pulang, mana ada waktu lagi buat anak-anaknya? Kalaupun ada adalah waktu-waktu sisa, bukan waktu terbaiknya, bukan waktu utamanya. Begitu murahlah kasih sayang seorang ibu dibeli oleh perusahaan yang membayarnya. Dan anak hanya mendapatkan ampasnya. Tentunya untuk terlihat baik, mereka akan menanamkan secara tidak sadar, halus perlahan, pemikiran bahwa yang dilakukannya ini semua untuk anak-anaknya, untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Si biang kerusakan, kapitalisme, ini hanya tertawa lepas. Bagi dia ini akan menimbulkan celah mencari keuntungan yang baru, jasa merawat anak. Kita sama-sam tahu, kasih sayang seorang ibu itu tidak tergantikan. Karena manusia bukanlah hewan yang cukup dengan perawatan sesaui prosedur. Mungkin hewan pun tidak cukup dengan perawtan sesuai prosedur aja. Perhatikan aja, mana ada hewan yang nyewa baby sitter, kan? Nggak jauh-jauh dia dari anaknya yang masih mungil, gajah kita bilang bayi aja deh, sampai tu anak mandiri. Sampai naluri dan insting yang dianugerahkan oleh Sang Maha Kreasi tumbuh dengan sempurna. Sementara anak perempuan yang bekerja, dengan jam kantor panjang dan padat, si ibu hanya tenggelam dengan kesibukannya sendiri dan melupakannya.
Kepekaan perempuan dalam mengurus rumah pun terkikis dengan kedaaan yang dikondisikan oleh sistem kapitalisme ini. Perempuan dibuat, diatur pola pikirnya untuk memandang secara sudut pandangnya bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan rumah adalah sebuah rantai belenggu dan remeh. Seperti yang aku tuliskan di awal tadi. Padahal pekerjaannya yang dilakukan di kantor hanyalah pengalihan tempat dari rumah ke kantor.
Penyempitan lapangan pekerjaan untuk para laki-laki dengan bekerjanya para perempuan. Tidak kecil efek yang ditimbulkan, karena perempuan yang berhasil ditipu dengan sedikit pujian untuk terus bekerja seperti laki-laki dan dianggap berhasil jika seperti laki-laki pekerjaannya. Memunculkan peluang lebih dengan menggunakan daya tarik perempuannya untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih dari laki-laki, merayu calon klien suatu pekerjaan misalnya. Ini tidak salah kawan, bagi sistem kapitalisme, apapun boleh asalkan mendapatkan keuntungan, bermanfaat, meski itu hanya bagi bosnya aja. Entah bagi siapa manfaat itu yang penting bermanfaat, meski hanya bermanfaat untuk satu orang saja! Laki-laki yang sulit mendapatkan pekerjaan tentunya sekarang ini akan sulit untuk melamar seorang gadis. Pandangan para calon mertua kan biaya hidup sekarng tinggi, jadi jangan copba-coba dengan gaji rendah datang kerumahku! Biaya hidup tinggi yang sedemikian dimanipulasi oleh sistem busuk ini agar terlihat wajar, bahwa hidup itu mahal, diatur dengan liberalisasi diberbegai sekotor sehingga pemerintah berasa nggak berdosa menarik pajak yang tinggi kepada rakyatnya yang bekerja dan menghasilkan produktif! Makanya untuk urusan pajak memajak, dipermudah! Bayar setoran, sih!
Maka para lelaki itu akan rela bekerja apa saja, dibayar murah sekalipun, tidak sesuai ilmu sekalipun, tahu diperbudak secara halus sekalipun, untuk pekerjaan yang mengandung resiko yang besar. Jika sudah menikah, dampaknya akan memaksa istrinya untuk mencari hasil tambahan. Maka semakin tersenyum si kapitalis pemilik modal, karena orang berebut digaji murah olehnya. Artinya keuntungan yang akan didapatnya akan semakin besar.^
4 juli’08
Untuk seorang teman yang memberiku novel tentang kisah hidup dua orang perempuan. Kisah yang membuatku berfikir : perempuan itu adalah sesosok makhluk yang kuat untuk dijadikan sandaran sekaligus sangat lembut untuk disayangi.
Refarat Seorang Bujang
Oleh BO
Laki-laki Layangan
Kenapa sebuah layangan bisa terbang demikian tingginya? Tegap diantara awan di latari langit. Meskipun mungkin tidak ada angin yang terasa kencang bertiup mendinginkan kulit kita yang mengendalikannya dari bawah. Padahal dalam bentuk paling sederhananya layangan tidak lebih dari kertas yang diberi penyangga bambu, atau kayu tipis, yang saling menyilang. Bahan pembentuknya pun seringkali kertas yang lunak, mudah sobek jika terkena sesuatu. Lalu apa yang membat layangan begitu beraninya terbang tinggi mengarungi langit luas?
Benang.
Seutas benang tipis.
Dia lah yang membuat sebuah layang-layang bisa terbang menembus batas pandangan kita. Mendekati awan-awan yang beriring berjalan menjelajah langit.
Tanpa benang, layangan tidak ada artinya. Tergeletak sebagai sebuah karya jadi yang tak berguna selain untuk bahan nyala api.
Layangan yang putus akan terbang tak tentu arah. Meliuk tak jelas hendak ke mana. Merendah meninggi dan gampang tersangkut di dahan pohon, atap rumah. Lalu rusak dalam setiap hempasan dan benturan yang dirasakan.
Berbeda dengan layangan yang berbenang. Dia dapat diarahkan untuk semakin tinggi menjulang mendaki kaki-kaki langit. Pun terbangnya stabil dan mengarah pada satu titik keseimbangan. Dibantu angin yang seolah menerjang.
Bagiku itu yang kini kurasakan pada seorang perempuan. Seperti ungkapan klasik dibalik laki-laki hebat berdiri seorang perempuan yang kuat.
Layang-layang yang terbang tinggi haruslah berbenang yang berkualitas.
Aku adalah layang-layang tanpa benang
Anak kuliahan sekarang sulit kita menemukannya sudah berani untuk memiliki sebuah tanggung jawab yang lebih besar daripada sekedar kuliahnya itu sendiri. Yang menjadi tanggungannya sebagian besar adalah diri sendiri.
Memang pernah ada beberapa tahun yang lalu gelombang nikah dini. Nikah pada saat masih kuliah. Yang dalam anggapan banyak orang tua anak-anaknya masih berusia dini untuk menikah. Padahal kecl-kecil gitu udah bisa bikin anak kecil.
Dengan menikah sebenarnya adalah salah satu usaha untuk memberi seseorang tanggung jawab yang lebih terarah. Terikat namun bebas.
Dalam gelombang nikah dini, banyak yang bersegera, tidak sedikit yang tergesa-gesa. Tentu saja hasil dari kedua jenis itu berbeda. Ada yang sengsara membawa nikmat, ada yang cuma berhenti di sengsara, untuk sementara maksudnya. insyaAllah.
Sedangkan kalau mau ngikat diri dengan benang yang bagus, sekarang ini terasa berat. Sulit. Benang yang bagus itu membelinya mahal lho. Apalagi kalau penjualnya orang yang maruk. Itungannya nggak lebih dari harta dan tahta. Udah lah, makin sulit aja. Tapi itu untuk yang kualitasnya bagus secara fisik yang lebih banyak. Kalau yang kualitas secara agama, mah, hampir sama aja sekarang ini. Memang ada yang meletakkan materi di nomor sekian. Tapi itu minoritas kawan.
Meski pun aku pernah tersindir dengan sebuah kalimat di sebuah buku yang tidak kubeli karena harganya yang lumayan nguras kantong-lengkap masalahnya, keterbatasan finansial itu terasa berat karena tidak berjuang sungguh-sungguh dan serius dalam memperjuangkan agar bisa segera siap secara finansial. Kira-kira seperti itulah bunyinya.
Dan sampai sekarang, aku masih terbang terbentur-bentur dahan dan dedaunan. Petualangan yang melelahkan dalam mengarungi langit biru tak berawan dan berkawan.
Begitu pun mungkin benang yang kelak menjedi ikatanku. Dia masih tidak bisa menanjak melangklah ke langit. Sekencang apapun angin yang ada. Dia masih menari mengembara diantara lantai bumi.
Dulu ada yang mengatakan bahwa menegakkan benang basah adalah suatu kerja yang sia-sia. Seperti impian yang tidak mungkin terwujud. Hanya mungkin ketika sudah dipadukan dengan layangan, maka kurasa bisa mematahkan teori tadi.
Layangan dan benang yang saling menunggu, mencari menemui waktu.
Jangan sadarkan,
jika urusan dengan kita para cewek hanyalah salah satu urusan dan bukan urusan yang utama yang mesti dihadapi secara serius dan menghabiskan hampir semua energi dan pikiran untuk menyelesaikannya.
Biarkan mereka dimabuk cinta yang membutakan. Biarkan mereka terus berusaha susah payah mendekati kita dengan berbagai cara. Biarkan mereka terus memboroskan uangnya untuk membelikan kita apa yang menurutnya akan mampu meluluhkan hati kita. Biarkan mereka sibuk berpuisi dan mendadak merasa bisa menjadi pujangga dan dengan mau yang ditanggalkan menunjukkannya untuk kita.
Dia tidak sadar sih, jika persaingan untuk memperebutkan pasangan ini dengan saling menghancurkan dan saling mengalahkan diantara para pesaing untuk mendapatakn seorang cewek ayam dipengaruhi, langsung maupun tidak langsung, oleh teorinya si darwin, embahnya teori evolusi, materealis. Di mana karena landasan teori ini maka tidak heran jika di barat sana persaingan untuk mendapatkan seorang cewek ayam dan menidurinya menjadi begitu pentignya bagi mereka, para pemuda-mudi. Segala tempat dan gaya tarik dipertunjukkan demi mendapatkan tiket tidur bersama si cewek ayam. Cowok di sana akan dianggap aneh dan menyedihkan jika misalnya tidak pandai berdansa yang bagi mereka berarti tidak dapat menarik cewek ayam di pesta-pesta yang ada. Hal ini terus berkembang dan berubah bentuknya, namun dengan esensi dasar yang sama hingga sekarang. Memperebutkan lawan jenis adalah sesuatu yang sangat penting bagi mereka. Ingat, memprebutkan bukan menjaganya sebagai sesauatu yang pantas untuk dilindungi.
Karena dari teorinya si darwin mengatakan spesies yang bertahan hidup adalah yang tersisa sampai sekarang. Bertahan di sini erat kaitannya dengan proses reproduksi. Golongan dari satu spsesies yang tidak bisa melakukan apa yang dilakukan golongan spesiesnya dalam menarik perhatian betina akan punah, karena tidak mendapatkan pasangan untuk berkembang biak.
Dengan sederhananya, hewan-hewan tersebut belajar dengan sendirinya dan berusaha untuk menarik lawan jenisnya dengan kehebohan yang dilakukannya. Sekilas tidak aneh teorinya, tapi dengan ini semua, sebenarnya teroi ini berusaha membenarkan tidak adanya Tuhan yang menjadi sumber dari segala ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini. Di mana dalam konsep yang mengakui adanya Tuhan ilmu itu di berikan kepada setiap makhluk yang diciptakannya, bisa berupa naluri kepada binatang, dan lainnya. Dan ini tidak pilih-pilih, dalam artian seperti semua harimau itu mengaum, bukannya ada satu-dua yang berkotek! dalam satu spesies yang sama terus memiliki kemampuan yang berbeda-beda, khususnya hewan. Setiap jenis hewan mempunyai jenis keahlian tanpa terkecuali diantara mereka. Makanya begitu banyak keajaiban alam yang semakin diteliti semakin menajubkan para ahli. Bagaimana lebah mampu sedemikian bagusnya dalam menyusun sarangnya yang bersegi enam tersebut. Segi yang merupakan bentuk paling efisien dalam hal penyimpanan isi dan membutuhkan bahan yang paling minim dibandingkan membangun sarang dengan bentuk segi-segi lainnya. Padahal lebah nggak pernah belajar matematika lho. Lalu ada berang-berang yang begitu lincahnya membangun bendungan yang bahkan menjadi ilham bagi manusia dan baru bisa dibikin oleh manusia setelah didukung oleh kemajuan teknologi. Berang-berang kayaknya nggak pernah kuliah teknik deh!? Bagaimana setiap hewan dan tumbuhan mempunyai ciri khasnya masing-masing yang tidak berubah dari waktu ke waktu.
Teori evolusi si darwin ini sebenarnya sudah sejak lama dipatahkan oleh berbagai penelitian dan penemuan baru ilmu pengetahuan, dan pada saat sekarang ini penantangnya yang paling brilian dalam mematahkan teori ini adalah Harun Yahya, nama pena seorang penulis besar Muslim. Teori yang dipopulerkan dan mengguncang eropa adalah teori kreasi. Dan dunia barat yang saking ketakutan terbongkar belangnya, karena dengan landasan teori si darwin inilah mereka berpijak untuk menyombongkan dirinya adalah bangsa terbaik, berusaha menghalang-halangi dengan salah satu cara memenjarakannya!
Lalu apakah Sang Pencipta tidak menurunkan bagaimana caranya kita untuk menlanjutkan keturunan? Tentu saja ada, karena Allah adalah yang Maha Tahu, Maha Teliti, akan segala hal sesuatu yang diciptakannya. Makanya ada yang namanya pernikahan yang tentunya ada proses sebelum menuju ke sana. Dan dalam proses ini tidak perlu seseorang itu pontang-panting cari perhatian dan sibuk sendiri untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Karena mekanisme dan tahapannya udah jelas. Tinggal ngikutin alurnya aja.
Prosesnya sendiri dinamakan ta’aruf, yaitu perkenalan. Dan ini jauh berebda dengan konsep pacaran yang berkembang sekarang ini. Secara sederhananya proses ini tidak bertele-tele seperti orang yang sedang pacaran, menghabiskan sekian tahun tapi tetap saja tidak mengetahui asli di balik topeng yang terus dikenakan pasangannya, dan tanpa kepastian jadi pula! Dalam yang singkat ini semua menjadi efisien. Saling bertukar informasi tentang bakal calon pasangan, kalau merasa cocok, bisa dilanjutkan, jika tidak, cukup sampai di situ. Tanpa harus mengorbankan lebih banyak waktu, tenaga, pikiran dan semua yang dibuang dalam pacaran model sekarang.
Dengan proses ini, pernikahan pun menjadi sakral, menjadi sesuatu yang memang pantas untuk dipertahankan, karena masing-masing menjadikan pernikahan sebagai awal untuk berkomitment, bukan sebagai puncak hubungan, seperti orang yang pacaran.
Oiya, hampir kelupaan kalau ini adalah di agama Islam. Aku tidak tahu bagaimana agama lain dalam menyingkapi pergaulan di antara mereka, cewek-cowok. Menurutku, agama yang benar itu bisa juga dinilai dari segi bagaimana dia mengatur hubungan diantara lawan jenis. Kalau tidak ada aturan yang jelas, maka perlu dipertanyakan tuh, tuhannya Tuhan yang pelupa ya? Maaf. Tapi secara logika, akan memang pantas dipertanyakan, bukan?!
Nb : Sedikit petikan dari ,insyaAllah, buku Jangan Sadarin Cowok!
Assalamualaiku wr wb
Terkesan formal memang dengan pembukaan di atas. Artinya yang baik yang membuatnya pantas untuk terus diletakkan di awal perbincangan kita di setiap edisi badai otak.
Kehadiran badaiotak sejauh ini mungkin tidak dirasakan, bahkan mungkin tidak diketahui oleh banyak orang. Sedikit masih yang mengenal keberadaannya. Ada atau tidak badaiotak kami rasa tidak berpengaruh cukup besar bagi beberapa dari kamu, belum. Maka kami terus menerbitkannya sampai suatu saat badaiotak dirasakkan kehadirannya. Seperti teman lama yang kepergiannya lebih ‘terasa’ daripada seorang yang baru datang.
Edisi ini badaiotak sedikit kami rubah, mencoba suasana baru. Kamar pun jika sudah beberapa minggu terasa membosankan, dan mengusik untuk diubah tata letaknya, kan. Perubahan itu memang tidak nyaman, tapi untuk maju kita mesti berani untuk berubah!
Bagi kamu yang merasa badaiotak ‘kurang keras’, buatlah tulisan agar badaiotak ini lebih dari yang sekarang. Bagi kamu yang merasa badaiotak ‘di langit’, kami tidak menolak untuk diajak berdiskusi, bedah majalah silahkan aja kontak kami. Bagi yang merasa tampilan halaman dalam badaiotak ‘tidak wah’, sabar, sedang kami usahakan.
Baiklah, langsung aja balik halaman dan sikat badai-badai kecil yang telah kami rancang.
Assalamualaikum wr wb.
Merdeka Tanpa Bebas
chio
Cewek yang sering bikin mata para buaya darat dan mata keranjang senang bukan kepalang adalah cewek yang sangat kerepotan. Repot dengan semua kebebasannya dalam memamerkan tubuhnya. Nggak percaya? Baca dulu deh sedikit tulisan berikut ini ( formal amat!).
Seandainya kita bisa melihat bagaimana ribetnya dia dalam mempersiapkan shownya ke jalan jalan dalam kamarnya. Asli sibuk padahal cuman untuk jual diri aja, susah amat.
Suatu kali jika kita membuat janjian dengan dia untuk menjemputnya, mestinya bikin janji tiga jam sebelum acara yang kita tuju dimulai.
Satu jam bisa kita gunakan untuk menunggunya mandi dan bersih-bersih diri. Apalagi kalau dia mempunyai peralatan yang lengkap buat tetek bengek perawatan tubuhnya. Yang dalam pikirannya adalah sesuatu yang teramat amat sangat penting! Detaillah dia memperhatikan semua onderdil bagian tubuhnya.
Seperti makanan yang seharusnya menarik dan mengundang selera untuk dimakan, maka dia akan memaksimalkan semua potensi tubuhnya untuk mengundang mata melihat ke arahnya. Untuk memaksimalkan aksinya itu, digunakan semua peralatan make upnya. Semenor mungkin kalau bisa.
Satu jam untuk menunggu dia mengepaskan pakaian dan semua aksesoris yang mau di pamerkannya. Makan waktu untuk sedikit ngecek lagi gimana tampilannya.
Jika dia sudah kelar, dan menanyakan bagaimana pendapat kita, untuk meghemat waktu, bilang aja, kamu kelihatan cantik. Kalau ngga, bakalan nambah berjamur deh kamu nungguin dia.
Inikan jenis cewek yang amat sangat peduli dengan omongan orang dan amat sangat rendah percaya dirinya kalau nggak ada yang memujinya.
Cewek yang boros dengan pengluaran untuk pakainnya. Walaupn kita sama cerdasnya, mungkin, kalau sekali memakai pakaian tidak mungkin lebih dari satu stel! Cewek yang gengsian untuk memakai pakain yang sama untuk menghadiri pesta atau acara yang berlainan.
Bisa jadi satu pakaian cuman dipakainya satu kali setelah dibeli, lalu tergantung begitu aja di lemarinya! Seperti artis-artis sombong, kebanyakan menjadi ‘nabi’ bagi cewek nggak berotak ini, yang sudahlah memakai pakaian itu satu kali, dipesan dengan harga mahal, tapi kualitasnya sebagai manusia, biasa-biasa aja tuh kalau nggak mau dibilang bejad!
Kalaupun pakaian itu dikeluarkan untuk ke dua kalinya, paling hanya untuk, meyumbang derma-derma sosial. Tapi mana mau sih korban yang masih waras untuk menggunakan pakaian norak mereka itu!? Mereka seharusnya bersyukur ada orgainisasi amal yang mau nerima sumbangan baju mereka. Yang acara penyerahannya diliput berbagai infotainment!
Cewek yang pemalas kalau dia tidak mencuci sendiri baju untuk gaya-gayaannya itu. Jenis cewek yang mau gampang dan senangnya aja. Senang-senang, mau, nambah malah! Muasin hasrat mau, berlebihan malah! Tapi giliran diajak ngerasain susah dikit aja bakalan dengan teganya ninggalin kita!
Cewek yang dengan bodohnya merasa merdeka dengan semua keterkurungannya. Dengan segala keribetannya untuk menunjukkan kebebasannya dalam mengobral tubuh dan menuruti anjuran eksploitasi tubuh oleh iklan.
Jangan salah sangka dulu, mereka bukan berdandan untukmu, meskipun dalam anggapanmu demikian. Ini semua demi ego mereka sendiri. Memamerkan kemolekan tubuh mereka. Merayakan kesombongan mereka atas keberhasilannya mengikuti anjuran iklan.
Kalau kamu calon suami takut istri, wajar kamu nggak berani melarang cewekmu untuk berdandan seperti itu. Yang penting bagimu kan mendapt ‘jatah’, ya, nggak?
Kamu diancam diputusin kalau memperingatkan dia akan dandanannya? Lihat, belum punya ikatan resmi aja dia udah ngelunjak! Nginjak-nginjak harga dirimu! Seakan-akan kamu nggak bakalan bisa dapatin yang lebih dari dia!
Kalau kamu cowok babi, dalam artian sifatnya yang bisa kamu dapatin lewat mengkonsumsinya maupun berguru padanya, wajar jika kamu tidak merasakan apa-apa ketika cewekmu menjadi santapan tatapan nafsu cowok lain. Babikan emang nggak punya rasa cemburu! Pasangannya dikawini di deapn dia aj nggak marah kok! Itu lah babi!
Ini sebenarnya sedikit akibat dari ulahmu jika mencari calon istri di mall, pesta-pesta, pasar, dugem, dan tempat-tempat anak, katanya, gaul. –c-
Lim jari matari
Asaalamaualaikum...
Ini edisi oleh-leh dari kunjungan bebrapa hari di kota malang.
Lima jari kala
Assalamaualiakum,
Kita bertemu lagi, saling bertukar pikiran, atau kami yang memaksamu untuk membaca pemikiran kami? Bisa jadi.
Sedikit ngasi keterangan. Mulai edisi ini jangan terkejut kalau bo tidak lagi bersampulkan plastik. Selain kamu bisa baca-baca dulu isinya sebelum memutuskan membeli, juga mau ngurangin sampah plastik yang butuh seratus tahun buat penguraiannya kawan! Ayolah para ilmuwan, temukanlah kertas pembungkus yang ramah dan transparan.
Lalu hubungannya apa dengan lima jari kala? Lima jari waktu bagi kami adalah proses kehidupan manusia yang ada. Sebuah buku yang ditulis oleh seorang yang berilmu menjelaskan itu. Kami menangkapnya seperti ini, manusia di dunia itu telah melewati 2 kehidupan, menjalani satu dan akan melalui 2 kehidupan lagi.
2 kehidupan yang telah dilalui. Saat kita belum tahu kita berbentuk seperti apa. Berikutnya ketika berada dalam rahim ibu.
1 kehidupan yang kita jalani, ya kehidupan dunia sekarang.
2 yang belum adalah kehidupan di liang kubur dan ending dari segalanya.
Dibandingkan dari lima proses itu, kehidupan dunia lah yang paling singkat. Yang kurasakan tidak pernah ada hari kemarin dan hari esok. Hari itu selalu hari ini. Semua yang telah berlalu adalah milik masa lalu. Masa depan tidak pernah menjadi milik masa depan seutuhnya karena saat dia menjelma dia telah menajid masa sekarang.
Hm... daripada semakin pusing, kaminya, langsung balik halaman dan mulai lah terbadai kan kawan!
Cewek Komoditas
Cewek suatu makhluk yang sangat unik. Dia enak dilihat oleh sesama cewek, dan lebih menarik lagi oleh para cowok. Ini suatu unsur yang bagi seorang kapitalis merupakan unsur yang memenuhi untuk menjadikan sesuatu itu komoditas yang layak diperjualbelikan. Menarik perhatian orang. Itu suatu hal yang penting untuk barang jualan. Pembeli tentunya harus dibuat tertarik pada pandangan pertama, untuk selanjutnya mengenal bahkan membeli barang yang di dagangkan.
Nah, gimana bisa para kapitalis ini menjadikan makhluk lembut dan seharusnya terhormat ini menjadi komoditas? Ada beberapa unsur yang mendukung itu.
Tempat busuk yang berkesan mewah dan eksklusif.
Kesenangan semu yang semuanya memang sangat menggiurkan. Membayar mahal, agar mereka yang masuk ke tempat busuk ini merasa mempunyai gengsi yang tinggi. Karena untuk minum minuman busuk aja mereka mesti bayar mahal. Mahal karena harus membayar untuk mendapatkan apa yang disebut dengan legal dari pemerintah rusak setempat. Tempat-tempat busuk seperti inikan punya dekingan manusia-manusia bejad berkedudukan biar bisa terus berdiri.
Tahu sendiri tempat-tempat busuk seperti ini makin menggurita aja, apalagi di kota-kota yang padat dengan mahasiswa. Mahasiswa-mahasiswa sekarang kan kaya-kaya- dan bego-bego kebanyakan, oportunis pula-cari senang dan aman aja, tahunya kuliah yang baik-dalam pandangan kepitalisme sekarang yaitu untuk menjadi kuli cerdas tanpa emosi. Anak orang kaya yang merasa udah sok berkuasa, dibantu kiriman orangtua yang cukup -cukup buat beli rumah, foya-foya, dan mabuk-mabukan. Orang tua yang jauh dan merasa udah hebat nguliahin anaknya jauh-jauh dan di Universitas terkenal pula- padahal sekarang bobrok juga. Terlebih merasa hebat kaya karena mampu membayar uang masuk yang menakjubkan, saking mahalnya. Yang kalau dikasiin ke majalah mini ini, bisa bikin dari kover depan sampai belakang warna semua buat puluhan edisi! Artinya mungkin ratusan? Eh, tapi kalau nggak halal mah nggak usah aja deh, bikin kami tercemari sampah aja. Dan tertutama mahasiswa tak beragama yang merasa beragama-tertera di ktp lho, tapi ogah dibilang agnostik –cuma percaya tuhan a,.
Tempat busuk inilah yang berfungsi menjadi etalase sekaligus kamar pas komoditas berjudul cewek murahan nan bego’. Kalau mau secara halusnya cewek murahan yang dengan nafsu besar dan pelacur tanpa bayaran. Pelacur aja sekarang dihaluskan menajdi pekerja seks komersil, memang hebat para petinggi di negeri ini dalam ‘membersihkan’ noda hitam yang seharusnya benaran dibersihkan. Soalnya mereka dapat jatah juga sih, ya dari pelacur yang di peralat itu, besarkan sogokan buat melegalitas tempat-tempat lokalisasi itu. pelegalan pelacuran, lokasinya, hasil pemikiran yang ‘sangat cemerlang’ tuh, melokalisir kejatahan, gitu katanya. Nggak tahu mungut otak udnag dari mana mereka-mereka itu. Perasan yang ada di kepala udang itu taik deh, tapi ternyata mereka suka menggunakannya. Eh bukan otak udang tahu, tapi babi! Makanya mereka mirip babi kelakuannya, rakus dan nggak punya malu, apalagi cemburu. Atau mungkin otak tikus, solnya kalau kelakuan mereka ketahuan, yang jadi pengganti gambar mereka gambar tikus.
Desainer tanpa idiologi dan idealisme untuk menghargai seorang cewek merupakan pekerja untuk membuat desain-desain dengan menjual komidtas cewek tadi. Ini lah bukti nyata dari hasil kerja sekolah desain yang nggak bermoral, dimana agama dan ilmu dianggap suatu hal yang berbeda dna tidak bisa digabungkan. Agama mana dulu? Tapi mana ada waktu utnuk mempertanyakan itu semua, mereka kan sok sibuk.
Asli, mereka berhasil mencetak dengan baik para kuli yang simultan otakany bekerja dengan baik antara nafsu dan kreatif. Jadi lah, mereka memanfaatkan koleksi pribadi utnuk menampilkan nafsu kreatif mereka nan bejad dalam mengeksploitasi tubuh cewek dan menjual tempat busuk nan hina.
Terjadilah penjajahan ruang publik. Penjajahan ruang publik dengan baliho-baliho raksasa dengan tampilan cewek komoditas. Mejajah di piggir-pinggir jalan besar, di persimpangan jalan yang ramai. Mulai dari para pecandu hiburan laknat- tempat party-party-, anak kecil, sampai orang tua terjajah perhatiannya mau tidak mau dipaksa. Itu lah kegunaan utama seorang desainer grafis, dan periklanan, pemasaran, merancang kampanye penjualan produk tempat busuk, cewek komoditas.
Dalam sebuah papan iklan, baliho nama kerennya, produk yang dijuaal adalah hal yang pastinya terpampang gambarnya disana. Untuk iklan rokok, senjata -pembunuh legal, cukup dengan logonya aja, karena terbentur berbagai aturan setengah hati untuk mencegah perokok lebih banyak lagi. Para pembuat peraturannya sadar kalau rokok itu berbahaya, tapi mereka sendiri merokok! Maka apa mau dikata. Biasalah, hukum buatan manusia itu selalu melibatkan dan menurutkan berbagai kepentingan dari si pembuat peraturan. Balik ke papan iklannya tempat busuk.
Cewek merupakan gambar yang semakin sering dimunculkan, di tambahi embel-embel tulisan gratis minuman ber-alhkohol tequila misalnya. Dan seringkali menggratiskan masuknya para cewek. Biasa, tak-tik pemancingan biar para cowok bejad jadi tertarik untuk masuk ke sana. Kenapa tequila yang digratiskan buat poara cewek ? Karena tquila itu bisa bikin cewek naik nafsu bitahinya, horny! Maka cowok tanpa berusaha pun bisa dapat ‘jatah’ buat menikmati tubuh tu cewek , karena cewek itu dalam mabuknya melampiaskan nafsunya yang udah terlanjur naik tadi. Lengkap lah sudah komponennya. Jadilah komoditas baru, cewek! Barulah dari tempat busuk ini para cowok bejad membawa cewek bego tadi ke hotel atau kontrakan, atau kost yang penting bisa merusak saripati tubuh cewek.
Inilah salah dua barang jualan tempat busuk tadi., cewek yang dijadikan komoditas. Sadar nggak sadar. Yang nggak sadar karena bego’nya. Sedangkan yang sadar tapi tetap aja nggak mau lepas dari dunia busuk itu adalah mereka cewek lemah! Mungkin lebih rendah dari para pelaciur yang emsti dibayar agar dia manyajikan tubuhnya. Cewek-cewek yang udah jadi komoditas tempat busuk ini mah bisa gratis!
Prinsip komoditas itu jika sudah tidak laku di jual, maka segera singkirkan. Makanya yang dipaksa untuk bermimpi itu para cewek-cewek muda terutama. Yang tua nggak terlalu penting, kecuali mungkin yang nggak tahu diri dan nggak ingat mati. Kulit makin keriput, daging makin nggak kencang, dan tanda-tanda kematian yang berusaha dilupakan dengan menipu diri melalui berbagai perawatan kecantikan. Istilah klasiknya tante girang. Biasanya kesepian ditinggal suami yang lebih mesra dengan rekan kerja di kantor.
Unsur utamanya memang para cewek bego yang dengan tulusnya masuk ke tempat sepeti ini. Tahu sih kalian itu kesepian. Tahu kalau kalian mumet dengan kulah. Tapi kok makin bego’nya masuk ke tempat kayak gitu ya?
Pemikiran-pemikiran bego’nya bayak yang hinggap di kepala cewek-cewek komoditas ini.
Tempat yang pas buat mengenakan baju model bagaimana pun! Seminim dan seseksi apa pun maksudnya. Padahal nggak bakalan ada yang ngelarng kalau dia mau seseksi apapun di kamar nya, nggak perlu pamer dengan bego’nya ke tempat busuk ini. Nggak ada yang ngeliat? Makanya nikah. Nggak sekedar diliat, kamu juga bakalan dipuji tulus sama suami mu ntar. Pastinya dia nggak bakalan dengan gampangnya ninggalin kamu setelah saripatimu dihisapnya.
Tidak terikat norma yang berkesan menyulitkan. Sekalian aja kamu tinggal di hutan, tiru binatang yang emang nggak ditakdirkan buat mengenal norma. Norma yang ada di rasakan sebagi belenggu. Maklum aja sih kalau kalian dari sononya cuman kenal dogma, tanpa tahu bagaimana cara penerapannya. Apalagi yang cuman belajar moral dari pendidikan moral sekolahan!
Bingung mau ngabisin duit yang masih aja dikirimn orangtua? Terlalu banyak bisnis-bisnis anak muda yang butuh dana. Anak muda yang karena sistem sekarang nggak bisa menikmati kuliah kayak kalian. Seharusnya mereka lebih pantas untuk berada di bangku kuliahan di babdingkan kalian dengan pikiran bego’ kalian!
Aktulisasi diri? Duh...asli kalian bego’ dengan menjadikan diri kalian sampah manganggap itu sebuah pengaktualan diri!
Senang-senang? Jiwa kalian emang udah karatan kalau bisa mencari ketentraman jiwa di tempat-tempat busuk kayak gitu. Sekarng udah ada kafe-kafe tanpa alkohol. Toko buku pun wajahnya lebih ramah.
Mau nyenangin relasi bisnis? Jelas dia bukan relasi yang baik kalau malahan senang diajak ke tempat kayak gitu. Uang ada moral bejad dia punya!
Capek belajar dan menjalani rutinitas di kampus. Kayak mereka orang yang benar-benar belajar aja. Padahal masuk aja nggak jelas, datang dari mana duit buat masukin dia kuliah, hahaha... mau sok-sok-an bilang diri belajar. Tapi mungkin juga sih, mereka terasa belajar dengan keras karena otaknya yang emang lemot dipaksain masuk universitas yang dulunya terkenal bagsu, dapat materi yang sepertinya sulit-padahal kebanyakan sampah aja, kecuali teknik mungkin ya, khususnya pelajaran moral dan sebangsanya. Makanya mereka perlu menyampah kan lagi otak bego’ mereka dengan kegiatan yang lebih bego’ lagi, biar mereka berasa ada gunanya dan bisa kepake juga otak yang dididik kayak gitu.
Hobi? Ini lebih bego’ lagi! Kayak nggak ada hobi yang lebih sehat aja dari begadang tengah malam sambil ngirup asap beracun, minum minuman perusak tubuh, penghinaan diri jadi sampah dan mesti bayar mahal pula! Buka mata woi!
..................................................................................
Empat Sudut Hidup
Assalamualaikum…
Dengan ketenangan yang ada. Letih nafas yang semakin terasa berat. Kami pontang panting nyiapin edisi ke empat ini. Banyak agenda dadakan yang mesti dijalanin. Dan itu semua kadang terasa penting. Belum terlalu pintar untuk mennyaring hal-hal tidak berguna dalam hidup. Bantu kami untuk mempelajari itu kawan.
Bagiamana kabar kalian semua? Masih hidup kah? Masih bernafas? Pertanyaan yang sering aku lontarkan kepada teman lama melalui sms. Banyak reaksi yang muncul. Jika jawabannya ya, Alhamdulillah kalau gitu. Masih dikasi kesempatan untuk berpikir. Hal yang sekarang paling jarang manusia lakukan. Ada pun kalau berpikir hanya dari satu segi. Padahal selalu ada dua sisi kawan. Seperti halnya semua yang di dunia ini mempunyai pasangannya, dunia itu pun sendiri mempunyai pasangan. Suatu yang wajar, kan? Dan itu pula yang sering kita lupakan, pasangannya dunia.
Hm... jadi melontar jauh ni pembukaannya. Balik ngomongin edisi kali ini. Bisa jadi ini edisi yang paling bisa sebenarnya di print secepatnya, karena naskahnya udah siap sedia, hanya saja memang pada akhirnya peristiwa itu seperti lontaran batu yang tak terduga terpantul kemananya ketika mengenai suatu yang lain. Maka bersyukurlah jika edisi ke empat ini masih bisa kamu nikmati.
Mari menikmati semua badai pemikiran dari setiap sisi yang tersedia.
.................................................................................... Assalamu'alaikum lanjut lagi.ngetik sambil terus diskusi dengan anak-anak cabang di sekretariat
Baca lagi.......
Akhwat Belum Tentu Muslimah!
Uah, jangan buru-buru protes dulu. Simpan bentar protesnya. Baru baca judulnya aja, kan? Apalagi baca isinya ntar, hehe... Jangan tiru orang kebanyakan yang sekadar ngeliat sesuatu dari kulitnya aja. Lihatlah lebih dalam kawan. Seperti milih buahan. Kamu mesti mau kalau dikasi makan durian, padahal kalau cuma dilihat dari luar aja, durian itu nggak ada menarik-menariknya, kecuali buat ngelempar para mafia di Senayan yang lagi tidur biar bangun. Sialnya kalau mereka bangun, mereka cuman pandainya ngasilin UUD dengan kepanjangan Ujung-Ujungnya Duit. Benar-benar nggak menarik, masalahnya yang disedotnya duit kita! Halus banget nyedotnya, pakai peraturan. Tinggal kita yang lemas terengah-engah keabisan darah.
Dulu ketika aku SMA, anak-anak perempuan bakalan risih kalau guru agama mulai nyebut-nyebut soal jilbab, saat itu dibilang jilbab, yang sekarang bagiku bukan jilbab tapi kerudung. Merasa disindir secara telak. Meskipun mereka merasa mempunyai alasan sakti: belum dapat hidayah alias belum dapat petunjuk untuk mengenakannya. Alasan yang nggak logis sebenarnya, karena ketika menjelaskan tentang jilbab yang kerudung itu, guru agama akan mengutip ayat Al-Qur’an. Dan itulah petunjuk nyatanya. Aneh kalau begitu mendengar petunjuk malah bilang belum mendapatkannya! Seperti orang yang dberi makanan tapi masih aja bilang belum dapat makanan.
Untung aja kerudung akhirnya jadi mode yang tren lagi. Katanya mode itu kan seperti siklus. Para pebisnis lihai banget ngeliat peluang ini. Maka nggak peduli tahu apa itu jilbab, bagaimana itu kerudung, ramai-ramai mereka memasok barang ke pasar. Menuhin kebutuhan pasar katanya. Belum lagi mode juga penuh modifikasi. Hasil kreasinya jadi macam-macam, dan banyak nggak mutunya karena nggak dilandasin sama pemahaman mereka tentang apa yang mereka buat. Maka banyaklah para perempuan yang berkerudung bertebaran di jalan. Bagus sih. Tapi mesti beda lah antara seorang yang sekadar mengkonsumsi barang jualan sama yang memang paham apa yang akan dibelinya itu.
Kerudunger. Ini aku peruntukkan buat semua cewek yang sekadar memakai kerudung kecil, mirip lap tangan dan sering kali bahannya rada tembus pandang gitu. Apalagi yang sekedar menggunakannya ketika ada wilayah kampus, ngikutin peraturan kampus ceritanya. Aneh memang, peraturan dari lembaga yang kecil gitu aja diturutin. Eh, giliirannya peraturan dari Sang Pembuat dunia malah nggak dipelajari, nggak dipatuhin. Memang manusia itu makhluk yang aneh.
Kerudunger mengenakan kerudung bukan karena sadar untuk melakukan perintah agama, tapi mengenakan itu sebagai bagian dari sebuah mode pakaian yang lagi ngetren. Kebanyakan dari mereka beragama tanpa tahu apa yang diwariskannaya dari orang tua itu kok. Apalagi kalau dapat orang tua yang juga nggak kenal baik sama warisannya itu, mana bisa menjelaskan ke anaknya. Malah manjaiin dan membuai anaknya ke alam mimpi dengan segala kesenangan berlandaskan uang. Itu untuk yang kaya kasusnya. Kalau miskin, terbentur dengan akses ekonominya. Tersita waktu untuk mempertahankan nafas, dan ini penguasa mesti bertanggung jawab besar. Dan lingkungan sekeliling juga mesti ditanyain. Kerudunger itu seringkali hanya mengikuti apa yang banyak dikenakan oleh orang di seklilingnya. Sekedar alat untuk diterima di suatu lingkungan. Sekedar alat untuk tidak terlihat terlalu berbeda dengan sekitanya. Mengenakan tanpa tahu maksud dan makna dibalik apa yang dikenakannya itu. Dan parahnya lagi kalau abis baca ini masih aja dengan bego’nya nggak mau mencari tahu lebih lanjut lagi kesalahan dia. Keburu mati, tahu rasa! Nyahok!
Kelakuannya masih sebelas dua belas lah sama cewek-cewek biasa kebanyakan. Cewek yang nggak berjilbab, kerudung aja nggak, ya, non?! Tempat main favoritnya etalase raksasa, alias mall. Becandaan sering kelewatan sama lawan jenis. Boncengan naik motor, sama abang kandung sih oke-oke aja, tapi kayaknya nggak mungkin kan meluknya mesra gitu kalau sama saudara kandung?
Apalagi kerudung juga jadi sering kali menjadi topeng para cewek-cewek rendahaan yang berkerudung sekadarnya. Dugem jangan tanya deh. Liat aja ktm yang ada di klub-klub malam. Mesti kamu bakalan aneh banyak yang di kampusnya memakai kerudung, tapi hadir disana dengan seksinya.
Pacaran gaya tingkat tinggi, pulang kemalaman terus dijadikan alasan buat tidur di kostan cowok mah nggak.....nggak jarang maksudnya. Paduan kerudungnya adalah jeans ketat, pakaian lengan panjang tapi ketat. Baju ngepas di badan. Kamu bisa liat aku punya lekuk tubuh, gitu prinsipnya.
Udah lah kita mesti berprasangka baiklah ke dia.
Iya, dia belum tahu agamanya sendiri. ngerti kerudung aja sebagai mode bukan perintah dari yang nyiptain dia. Jangan berharap banyak dia bakalan ngerti gimana seharusnya dia berpakaian. Kalau kamu mau jadiin dia pasangan hidup, selamat, berarti siap-siap susah aja lah. Karena bego’ sama bego’ jadi bego’ kuadrat. Kamu nggak merasa bego’? Trus ngapain milih dia jadi dia penghuni rumah? Hayo...
Meskipun ada juga kerudunger yang baik secara perilaku moralnya. Tapi ya.. itu tadi, nggak bisa jaga diri untuk nggak hanyut. Baik secar moral tanpa ada landsaan yang jelas dan kuat secara pemikiran.
Jilbaber. Kalau di SMA ini seringkali identik dengan anak rohis. Ekstra kurikuler kerohanian Islam. Di kampus juga masih banyak kok. Kerudungnya udah lumayan. Sikap mereka pun biasanya mulai belajar jaga jarak terhadap lawan jenis. Sayangnya meraka masih nggak tertarik buat cari pemahaman yang lebih tinggi, atau belum dapat aja kali ya? Atmosfir sma belum kuat dan mendukung untuk itu sih. Kecuali yang memang niatnya kuat. Jilbaber hampir mirip sama akhwat sih. Udah tahu yang dikenakannya itu perintah dari Sang Penciptanya. Hanya saja belum lengkap, itu aja masalahnya. Kelakuan sih udah agak mendingan lah, meskipun masih agak longgar sama lawan jenis, tapi udah menjaga. Kok jadi muter-muter gini sih. Bingung. Kadang masih berani adu mata kalau bicara. Masih nggak risih becandaan sama lawan jenis. Belum nyadar kalau setiap geriknya menjadi sebuah memori yang sulit terhapus dari memori para laki-laki. Kadang masih senang sms-an nggak terlalu penting. Masih lengah dengan istilah sahabat, terus bisa dekat dan main seenaknya tanpa alasan yang jelas ke rumah atau kost-an. Nggak risih duduk dempetan. Emang sesama jilbaber nggak boleh? Ya sama laki-laki lah! Jangan lugu-lugu bego’ gitu donk. Intinya, kadang masih gampang dipatahkan benteng pertahanannya yang istilah kerennya hijab.
Akhwat. Ini sebutan yang berat dan menjadi benteng tersendiri bagi anak-anak organisasi keIslaman, di kampus terutama. Mereka memakai kerudung yang rada besaran. Tapi ingat kawan, gimana pun besarnya kerudung itu, tetap aja namanya kerudung bukan jilbab. Aktif di organisasi keIslaman salah satu ciri-cirinya. Akhwat, seakan ini istilah tertinggi buat para perempuan yang memeluk Islam sebagai agamanya di negeri ini. Seringkali pakaian mereka juga agak terlalu modis di lingkungan luar menurutku, entah karena itu bahannya bagus, atau emang dianya yang pandai dandan dan padu padan. Jadinya menarik perhatian dengan keindahan gaya berpakaiannya. Nggak sadar kadang. Sayang ya itu bukan untuk suaminya aja. Dengan tampilan visual yang menarik ini mereka bakalan memancing para ikhwan untuk gampang menyukainya, jujur aja, manusia lebih gampang mengingat lewat visualnya kan? Ah...akhwat itu manis benar tampilannya. Serasi antara jilbab (kerudung)nya dengan paduannya. Warnanya enak dipandang. Halah. Untung aja cukup banyak yang mengenakan jaket organisasi, seringkali berwarna hitam, sebagai lapisan terluarnya. Alangkah lebih baiknya mereka seperti ini. Mereka bebas untuk bergaya, tapi nggak mencolok yang terlalu memikat. Karena bukan berarti akhwat itu nggak boleh dandan. Itu mah fitrahnya sebagai perempuan. Bukan berarti mesti berpenampilan kumuh dan nggak rapi jika keluar lingkungan. Hanya saja jika tampilan yang terbaik sudah dia pamerkan di luar, di rumah mau seperti apa lagi? Mending biasa aja di luaran, dirumah baru keren, buat yang udah punya suami nih khususnya. Sederhana ajalah di luaran (luar rumah). Oiya, ciri satu lagi, jarang nggak bawa tas. Maklum, aktivis itu kegiatannya padat.
Secara bahasa akhwat itu artinya saudara perempuan. Jadi siapapun, asalkan perempuan, sebenarnya bisa dikategorikan akhwat secara bahasa, sesuai dengan lingkungannya sendiri. Tapi di Indonesia kata tersebut menjadi keren dan rada berwibawa karena bahasa Arab itu dilekatkan ke perempuan yang pemahaman tentang Islamnya cukup bagus. Mengalami penyempitan makna. Dimulai ketika revolusi pengenaan jilbab (kerudung) oleh para perempuan di saat negeri ini masih dikurung tirani yang melarang pengenaan atribut Perintah Sang Pencipta tersebut di sekolah-sekolah terutama, dan instansi pemerintahan. Keberanian mereka untuk berontak ini lah yang membuat kata-kata itu menjadi terasa berwibawa. Meskipun yang mereka kenakan baru lah kerudung. Semangat keberanian untuk melawan kekuasaan tiran itu lah yang berharga mahal.
Nah, terakhir aku mau nyebutin muslimah itu seperti apa, dalam sedalam pemahaman yang aku pahami dari informasi yang aku terima selama ini. Salah satu cirinya yang paling gampang dikenali itu mereka memakai jilbab. Jilbab disini diartikan pakaian panjang yang terjulur dari leher sampai mata kaki tanpa terputus. Mirip daster gitu lah gampangannya. Aku nggak sembarangan ngartiin nih, emang siapa aku berani ngartiin? Ini menurut orang yang ngerti bahasa dan budaya Arab. Menjaga pandangan, nggak sering berkomunikasi ke lawan jenis kecuali yang penting-penting, urusan organisasi dan ekonomi biasanya. Ingat, bukan menting-mentingin.
Gini, kalau kamu mau tahu bagaimana baju kurung, maka tanyalah pada orang Minang atau Melayu. Mereka pakaian adatnya baju kurung. Meskipun untuk saat ini lebih baik ditanyain langsung ke para orangtua, karena yang mudanya telah terhampar jarak yang lumayan jauh antara diri mereka dengan budayanya sendiri. menurutku pribadi nuansa baju adat kedua suku tersebut dipengaruhi oleh pemahaman mereka akan agama yang dianutnya. Agama merupakan sebuah suntikan yang memberi pengaruh kuat bagi penganutnya untuk mengembangkan kebudayaan dengan mengikuti hukum yang berlaku pada agama. Pertumbuhan yang terpantau dan mempunyai aturan. Nah kalau mau tahu jilbab, tanyakan pada orang Arab, karena merekalah yang pertama dikasi inspirasi oleh Sang Pencipta untuk mengenakannya. Merekalah yang paham bagaimana seluk beluk tentang jillbab. Bukankah kita jika mempelajari sesuatu paling bagus itu sama ahlinya?
Ada dua ayat dari buku panduan kehidupan, Al-Qur’an mengenai jilbab dan kerudung. Sayangnya cuma satu yang sering digunakan yaitu An-Nur ayat 31. Dan yang sering kelupaan untuk dijelaskan, Al-Ahzab ayat 59. Di sana ada perbedaan antara yang diartikan kerudung dengan jilbab. Dari kata yang digunakannya aja udah beda lho. Karena bahsa arab itu bisa menjelaskan secar spsifik apa yang dimaksud dan yang menjadi titik penekanan mana yang epnting. Untuk lebih jelasnya, tanyain ke yang lebih berkompeten lah. Orang berilmu yang nggak mengatakan apa yang disukai pendengarnya aja, tapi apa yang mesti didengar oleh orang yang mencari jawaban tersebut. Orang breilmu yang punya nyali. Punya keberanian yang terasah dengan merasakan gesekan-gesekan dikehidupan nyata.
Sebenarnya nggak ada beda antara mereka semua. Sama-sama manusia. Perempuan. Sama-sama pemeluk agama Islam. Sama-sama masuk dalam do’a setiap pemeluk Islam setelah shalatnya, mungkin. Tidak juga bermaksud mengkotak-kotakkan, meskipun akan terasa seperti itu. Hanya saja dengan keadaan sekarang, di mana semuanya berusaha dikaburkan maknanya, dihilangkan esensinya, maka diperlukan penegasan bahwa sesuatu itu berbeda. Sesuatu itu tidak sama meski serupa. Seperti halnya warna abu-abu. Ketika dimasukkan ke gerombolan warna hitam, dia akan terlihat cerah. Tapi begitu disatu kelompokkan dengan warna putih, kelihatan gelap lah dia. Nah, kamu muslimah bukan? Jangan asal ngaku aja deh. Kalau akhwat aja belum tentu muslimah, apalagi kerudunger! Berproses lah menuju satu titik kematian. Proses yang menjadi nilai bagi kita. Dan titik kematian yang menghentikan itu semua.
.......................
Lanjut lagi.... mencari Inspirasi tahun 2009 ...baru....
Kuliah semakin tinggi semesternya semakin sedikit mata kuliahnya, tapi tugasnya terasa makin banyak aja.
Tetapi aku mau berbagi lagi....yukks baca aja
: Roti yang Tidak Puitis
Pada suatu hari. Mirip2 sama anak SD lagi ngarang nih. Entah kenapa tiba2 aku berada disebuah lorong panjang, gelap hampir pekat karena tidak bercahaya. Seorang lelaki bertubuh tinggi, berpakain yang sepertinya sebuah jubah hitam panjang, tegap, menuntun ku memasuki terowongan tersebut. Wajahnya tidak terlihat jelas, suasananya nggak mendukung nih buat lirik2. Tapi dari suaranya, kayaknya dia ini orangnya tenang. Kul..kas banget. Awalnya aku mau tanya, kok bisa aku sampai di sini? Terus aku mau diapakan? Berhubung jiwa petualangku tiba2 bangkit. Aku diam dan nurut aja ketika lelaki berjubah itu mengajakku jalan menyusuri kegelapan lorong.
Udah jalan sekitar seratus meteran ada secercah cahaya dari sebelah kanan lorong. Lalu kami berhenti di sana. Di dalamnya terlihat ada banyak orang. Kami dibatasi sebuah dinding kaca seperti di film2 itu. Kami bisa melihat mereka, merekanya nggak bisa ngeliat kami.
Satu...dua..tiga..empat...pokoknya lebih dari satu deh manusianya. Ada yang masih anak2, ingusan pula. Udah jadi ibuk2 dan bapak2. Ada yang masih muda, tua2 keladi juga tersedia. Ada yang kurus, kekar, sedang, gendut pun tersaji lengkap. Sepertinya mereka pada lapar. Wajahnya nggak bersemangat gitu soalnya. Khas orang lapar banget deh pokoknya.
Mereka lapar. Kamu mau aku memberi mereka makan? tiba2 lelaki di depanku bertanya.
Ya...kalau mereka lapar mesti di kasih makanlah. Jangan percaya ini jawaban asliku, tapi intinya seperti itu. dan jangan percaya aku menjawabnya dengan gagah berani. Kalau nggak salah lutuku mendendangkan suatu simponi keteraduannya.
Laki2 tadi menekan sebuah remot di tangannya. Seketika jatuh puluhan potong roti dari atap di atas tempat mereka berada. Suasana langsung ramai. Semua orang yang di dalam ruangan itu langsung berebutan mengambil roti. Yang kuat dan masih muda dengan bengisnya membaku hantam yang masih tua. Ibu2 berusaha keras demi anak2nya. Suasana di sana tidak mengenal belas kasihan. Tahu sendiri bagaimana manusia itu kalau lapar2nya, bisa membuat kita ragu kalau dia itu manusia! Logika udah nggak main. Yang penting bagaimana perut bisa terisi aja. Ganasnya hutan rimba kalah deh!
Dengan terpana aku melihat semuanya. Begitu detail kekerasan yang terjadi. Sampai yang tersisa hanya mereka yang kuat2 saja. Yang lain tersingkir ke pojok2, diam dan melihat dengan liur menetes roti dilahap habis. Belum habis keterpanaanku, lelaki di depanku mengajak jalan lagi.
Sekarang aku sampai di depan sebuah ruangan yang juga diisi seperti ruangan pertama. Sama persis ruangan dan keadaan orang2 di dalamnya.
Lelaki berjubah kembali bertanya, kamu mau aku memberi mereka makan? Dan aku jawab lagi, ya... meskipun aku tidak tahu apakah itu jawaban yang baik atau buruk, tapi yang pasti menurutku itu yang bisa kuberikan.
Kali ini yang terjadi berbeda dengan yang pertama. Mula2 loket2 seperti pembelian makanan di restoran2 cepat saji gitu keluar dari dinding. Di dinding muncul pula jendela loket. Kemudian terdengar suara yang menyuruh mereka berbaris rapi. Lalu setiap kepala di sana diberikan roti. Sama besar untuk semuanya. Baik laki2, perempuan, besar kecil, tua, muda, kurus, gemuk, semuanya mendapat roti yang sama besar.
Kurasa tidak semuanya puas. Ibu2 yang mempunyai anak kecil terlihat senang. Tentu saja. Dengan ukuran roti untuk seorang dewasa, tentu tidak dapat dihabiskan oleh anaknya. Yang gemuk belum beberapa detik sudah tidak memegang apa2 lagi. Roti memang sudah habis dimakannya, tapi wajahnya masih kalah lapar dibandingkan seorang laki2 kurus di sampingnya. Seorang tua susah payah mengunyah roti dengan gigit tuanya. Tidak lama suasana hening itu bertahan. Para pemuda langsung mengajukan protes ke loket pembagi makanan. Menuntut roti lagi untuk mereka. Kembali suasana rusuh.
Laki2 berjubah kembali mengajak aku meninggalkan tempat itu. menyusuri lorong untuk kesekian kalinya. Kuharap ini ada batasnya. Aku sudah mulai mual, muak, kalau terus dipaksa menyaksikan hal2 seperti barusan berulang-ulang. Seakan-akan aku yang memantik dan merestui apa yang terjadi!
Dan sekali kawan, kami sampai di depan ruangan yang seperti tadi lagi. Dan laki2 ini kembali bertanya hal yang sama. Dan aku pun terpaksa menjawab dengan jawaban yang sama. Tidak terpikirkan olehku akan dijawab dengan jawaban lain. Ma’afkan aku.
Kali ini yang terjadi adalah mirip dengan ruangan yang ke dua. Bedanya, kali ini setiap orang diberikan porsi roti yang berbeda2. Anak2 sesuai porsinya. Para pemuda mendapat porsi yang cukup besar, dan sesuai kebutuhan. Intinya, mereka mendapat apa yang bisa membuat mereka tenang dan terpenuhi kebutuhan pokoknya.
Menurutmu mana yang adil?
Ruangan pertama adil? Semua mempunyai kesempatan yang sama untuk memperebutkan roti. Terserah mau seperti apa caranya. Ini lah yang kau rasakan di dunia mu sekarang. Kapitalsime. Sistem yang memperlakukan hukum rimba yang bahkan lebih kejam daripada kehidupan rimba itu sendiri. Semua dibiarkan bersaing tanpa kendali. Semua dibebaskan tanpa peraturan asalkan menguntungkan, meskipun hanya segelintir orang. Apapun boleh tanpa diatur norma yang dianggap mengikat manusia. Seorang yang tidak mempunyai uang tidak pantas hidup. Kemiskinan dan ketertinggalan dianggap sebagai kesalahan individu. Padahal negera, pemerintah, tidak memberikan apa yang menjadi hak dasar setiap manusia untuk dapat bersaing.
Yang kedua dengan menganggap semua adalah benda yang diberi jatah sama semua. Adil bukan? Inilah sosialisme yang tidak bertuhan dan segala sesuatunya materi. Semua orang mendapat apa yang sudah dijatah oleh negara. Tidak peduli apakah dia bekerja keras atau pun sekedar tidur2an di rumah. Sama rasa sama rata.
Yang ketiga, memberikan semua orang sesuai dengan porsinya masing2. Ada yang namanya hak publik dan hak pribadi. Semua yang merupakan hak milk publik dikuasai oleh negara untuk dipergunakan demi kemakmuran rakyat. Tidak ada yang namanya seseorang dengan seenaknya menguasai setengah hutan suatu negara. Tambang2 merupakan hak yang mesti dikembalikan ke rakyat. Minyak dan gas alam juga milik publik yang tidak diperkenankan seorang individu memilikinya. Apalagi air yang merupakan kebutuhan primer manusia untuk hidup, tidak berhak sedikitpun dikuasai oleh swasta untuk kemudian diperjualbelkian. Tapi juga menghargai kerja keras setiap individu masyarakat. Tidak menghalangi hasrat untuk memiliki sesuatu benda dan harta.
Mana yang adil?
Belum sempat aku menjawab, aku tersentak. Kini aku berada di kamar seorang teman. Dia sedang mengetik sesuatu. Kehadiranku seolah2 tidak istimewa, seakan sudah seharusnya aku di sini. Aku bangun dan aku baca apa yang diketiknya. Itu mimpiku!
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Dua Sayap Kecil
-
Ah.... daripada tiduran tak jelas yukkksss baca lagi
Hayo... mesti girang setengah mati ngeliat angka yang tertera di label harga. Ngaku aja deh .
Setelah ngadain penghematan yang gila2an dan ngurangin jatah makan, redaksinya pada kurus lho, sepakat buat jadiin harga mahasiswa yang biasa makan di angkringan.
Nah biar harga ini tetap bertahan, kamu pasang iklan donk. Berita kehilangan, atau apa kek, asal jangan jual kakek2 aja. Garing ah.
Di edisi ini kamu masih bisa nikmatin sajian hangat langsung dari dapurnya pembuat racun
pikiran.
Pena kehidupan yang masih ngubek2 organisasi dari ujung hingga pangkalnya, maklum udah mesti hengkang dari kursi empuknya. Si dewa yang masih ngelantur bicarain cinta versi dia. Si –chio- yang kata salah satu fansnya, gokil artikel2nya. Ati2 dia ntar ngerendahin ninggin mutu lho. Si misterius g.a dengan bukan resensinya, tapi ngakunya masih imut. Lho? Roh aflu yang kali ini mneyuarakan nyanyian masa kecilnya dulu. Indie rebel yang udah berbaik hati berbagi gelisahnya dengan kamu semua. –oren- yang bingung mau kayak gimana ngomong dengan kamu, katanya dia nggak bisa bahasa bayi, sih. Ini kayaknya muji sekalian ngina deh. Kuncir kecil yang suratnya dikirimin buat bidadari di dunia katanya. Dan si budi masih setia dengan cerpen singkatnya.
Di edisi ini demi memenuhi permintaan penggemar, daftar artikel gokilmya kami cantumin juga di kover belakang. Mumpung masih belum ada yang masang iklan nih. Sekalian biar kamu nggak repot2 buat buka plastiknya, ngeliat isi dalam. Betapa baik hatinya kami, hehe.
Oiya, hampir lupa. Kalau ada saran, kritikan, pujian, sanjungan, dan semua yang mendesak di dada tentang badai otak, langsung kirim ke redaksi aja. Jangan beraninya sama distrik kami. Soalnya ada orang pengecut yang mental kerupuk nggak berabi bicara ke kami eh numpahinnya ke distrik. Nggak asyik kamu bro!
Selamat membadai otak!
Di kamar yang masih aja sulit dirapiin (ada yang mau bantuin?sekalian masakin, hehe..). nungguin kuliah yang nggak jelas masuk apa nggaknya.
Ini rahasia : Kalau kamu dapatin majalah ini pas hari edarnya, insyaAllah 16 februari’08, kamu bisa ngintipin siapa dan gimana aja bentuknya para penulis di badai otak, soalanya kami mau makan2 sambil ngelantur di djendelo koffie jam 14 siang. Ati2 aja kena virus naksir, hehe.
////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////
salah satu artikelnya...
Cowok Irasional
Oleh -chio-
Emang benar sih banyak yang bilang kalau cowok itu lebih rasional dari cewek. Perbandingan antara logika dan perasaanya 9:1. Tapi! Ada tapinya lho. Perasaan yang sering lebih identik dengan nafsu bagi cowok bisa menguasai balik. Siapakah pembaliknya? Kita donk, para cewek.
Nah, kita para cewek yang bisa balikin juga mesti pandai manfaatin kebodohan cowok kalau udah dikuasai nafsunya. Saatnya kita ngendaliin logika kita. Perkuat hitung-hitungan untung ruginya. Apalagi buat kamu yang pacaran, kurangin deh main perasaanya, sampai 0 lebih bagus! Toh nyari pacar itu gampang tahu! Nyari suami baru hati2. Ada pemberian tentunya ada yang kita peroleh donk.
Kita ngasi perhatian lewat sms minta dia isiin pulsa. Asal aja smsnya. Yang penting dia merasa sering dikirimin sms sama kitanya. Mau sambil nonton iklan. Sambil makan sama gebetan lain. Terserah. Pokonya sms saja.
Ingatin dia makan, minta ditraktir makan. Pura-puranya kita sok perhatian sama dia. Kalau dia kelihatan sibuk bilang jangan lupa makan. Nggak penting dia makan apa dan duit dari mana, selama bukan makan dengan kita. Nah berikutnya tawarin kita mau nemanin dia makan. Biasanya dia juga ngajak tuh kalau kita ingatin udah makan apa belum. Begitu diajakin, sikat! Sekarang langsung manfaatin. Kalau perlu bikin daftar tempat2 makan yang enak-enak di sekitaran kota. Ngasi dia kesempatan sok punya duit, padahal masih minta sama orangtua aja, buat bayarin makannya.
Mestinya kita dikasi tahu kapan dia ulang tahunnya, nah siapin kado. Nggak apalah korban dikit, untuk hasil yang lebih. Dia mestinya bakalan ngasi kado kita juga kalau kita yang ulang tahun. Nggak usah diingatin, kalau dia lupa ulang tahun kita, minta lebih, mesti diberi. Manfaatin rasa bersalah dia.
Temanin dia cari sesuatu, lain kali minta temanin belanja. Sekalian minta keliling kota. Kita siapin alasan dan energi aja, selebihnya biar dia yang nanggung. Bensin dan sebangsanya.
Buat mewujudkan mimpi selagi muda tanpa kerja keras, selain jual tampang dan bodi tentunya, kita bisa ngincar cowok2 semacam :
Cowok anak mami. Biasanya sih pengalamannya nol kalau soal cinta. Gampang dikibulin dan buat dimainin. Nggak berani nolak kalau di suruh2 sama orang tua, meskipun salah, mending tahu salah! Buat cowok kayak gini jangan sampai main perasaan, rugi! Buat main2 aja, sekalian ngajarin dia kalau dunia itu kejam, hahaha. Enaknya lagi, kita bebas, dia kan ngga bisa lepas jauh dari orangtua. Nggak berani nentuin sikap sendiri, rugi aja disusahin sama orang kayak gini.
Cowok melankolis romantis. Siap2 aja dikasi kejutan2 aneh bin ajaib, tapi sekali lagi jangan gunakan perasaan. Cowok yang nggak berani ngadapin dunia yang sebenarnya yang kayak gini. Sibuk urusan perasaan aja. Cinta. Cinta. Cinta. Kayak nggak bisa hidup tanpa lawan jenis! Jadi pacar sih asyik2 aja, kalau kamu penganut paham nggak-masalah-buang-waktu-dengan ketidak pastian sih. Asyik buat main tebak2an dia ngasi kejutan apa hari ini.
Cowok masokis. Ini paling enak kalau mau diputusin. Cowok yang suka menikmati kesedihan. Jadi sekalian aja kasih penderitaan. Biar lebih mantap dia menikmati kesedihan. Mau marah silahkan, mau jutek silahkan, dia bakalan lebih nikmatin deh nantinya. Tumpahin semua kekesalan yang ada, meskipun bukan dari masalah kita dengan dia. Sampah mesti dibuangkan, tuh udah ada tongnya, hehe.
Cowok organisasi yang bermental nggak-bisa-nolak-permintaan-cewek. Kalau kamu anak organisasi, manfaatin benar2 cowok tipe ini. Kita bakalan bisa menyalurkan dan meraih hasrat pribadi melalui fasilitas organisasi, melalui dia tentunya. Bebankan sekalian tanggungjawab ke dia.
Cowok dompet. Buat cewek matre, ini nih jenis yang paling cocok. Bisa diperotin. Gampang banget ngeluarin duit dari dompetnya. Biar dia merasa lebih menjadi penyayang lagi, minta banyak2 aja. Dia bakalan merasa udah berbuat baik dan berahasil nunjukin rasa sayangnya ke kita. Sekalian menuhin isi lemari dan kamar, haha.
Cocok tukang ojek, punya motor atau mobil lebih bagus. Mau ngantarin ke mana aja kapan aja. Siap sedia. Dia punya banyak waktu dan bingung mau ngapain. Makanya kasih dia pekerjaan ngantar2 kita. Jadiin sopir antar jemput aja. Lumayan buat ngirit biaya angkutan atau beli bensin. Bisa nabung buat beli baju.
Cowok mimpi mau kayak di film2. Ini hasil dari film2 romantis. Makasih banyak2 buat para penjual mimpi. Kita bisa nikmatin apa yang sering ada di film2.
Cowok mesum. Ini mesti rada hati2, nggak pandai2 gunain logika, bisa diembat abis kita. Dia juga gampang nurutin kemuan kita sih, dengan imbalan tubuh tentunya. Pikirannya udah penuh memori kotor gitu lho. Kita mau dipegang tangan bisa minta beliin baju. Dia mau megang yang lain2, semakin sensitif dia juga bakalan mau ngasi yang lebih mahal dari sekedar baju, apalagi anak orang kaya.
Tapi kok aku merasa jadi pelacur ya? Kamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari