Jumat, April 15, 2022

Udah Hijrah, Tapi Hati Kembali Gelisah Seperti Sebelum Hijrah? (Ilmu tasawuf dan sisi yang terlupakan dari sebuah taubat)

 Udah Hijrah, Tapi Hati Kembali Gelisah Seperti Sebelum Hijrah? (Ilmu tasawuf dan sisi yang terlupakan dari sebuah taubat)



Dimasa awal seorang berubah atau bertaubat, atau bahasa anak sekarang berhijrah, biasanya orang itu mendapatkan ketenangan yang tidak dapat dilukiskan, bahkan ketika bersujud dia merasa bahwa dia sedang dihadapan tuhan. Ini membuat dia merubah semua kebiasaan buruknya dan mengikuti semua ajaran agama yang menurutnya bisa memberikan ketenangan.


Masalah mulai datang ketika kita menemukan bahwa dalam agama islam mengajarkan untuk bisa selalu bersama tuhan dalam setiap detik hidup kita, kita butuh meninggalkan semua kebiasaan buruk(takhally), baik itu keburukan secara lahiriyah(fisik) atau batin(hati).


Faktanya, saat mencoba meninggalkan kebiasaan buruk, kita akan merasakan kesulitan meinggalkan semuanya, apalagi wilayah batin, perubahan batin itu sangat sulit, makanya kita akan memulai perubahan dari yang paling mudah, yaitu perubahan fisik atau lahir. 


Ada banyak bentuk perubahan fisik. Mulai dari memperbanyak ritual puasa, shalat, sedekah, umrah,dll atau meninggalkan perbuatan fisik yang haram seperti minum, tawuran, ngebong, riba, dll. Atau memperbaiki penampilan, mulai menutup aurat, jenggot, surban, hijab, dll.


Dan tentu saja semua perubahan lahiriyah itu bagus, karena ada banyak hal yang telah kita perbaiki. Dan itu memang harus dilakukan. Dan perubahan itu memang terlihat dan terasa dalam kehidupan kita. Tapi seringkali saat kita fokus pada hal itu, kita kadang terlupa dengan perubahan batin.


Salah satu sebabnya mungkin kita melihat "okay paling gak saat ini saya tidak lagi melakukan hal haram", karena perasaan trauma akan perbuatan haram dimasa yang lalu, jadi cara bergama kita berfokus pada "ini haram, itu haram, kalau aku melakukannya maka aku jatuh pada sesuatu yang membuatku kehilangan tujuan hidup dulu" pada tahap tertentu ini bagus


Tapi saat kita beragama "hanya fokus" pada hal ini, maka kita seringkali bakan melupakan sisi lain dari agama lain, yang sebelumnya kita tidak mampu mengubahnya, yaitu sisi perubahan batin, yang merupakan ruh dan keindahan dari agama itu sendiri.Dimana sisi batin inilah yang dulunya membuat kita nyaman dalam beragama.


Efek membatasi bergama seperti itu, sadar atau tidak sadar, maka akan membuat kita beragama dengan kaku dan keras, agama terasa begitu kering dari sisi ruhaniyahnya, ketenangan batin pada awal masa berhijrah itu lama-lama pudar, dan akhirnya muncul kegelisahan baru.


Kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan kita dimasa awal berhijrah, bedanya dulu kita sadar kita dimana letak kesalahan kita, sekarang kita merasa kita sedang tidak bermasalah karena kita melihat secara fisik aku sedang beragama, ibadah lancar, haram gak kita lakukan, dan semua perbuatan lahir oke oke saja secara islam. Jika keadaan kita setelah berhijrah seperti itu, maka sebenarnya ada yang terlupakan setelah kita berhijrah.


Kita lupa sisi batin yang harusnya tadi kita perbaiki diawal hijrah, tapi karena sulit maka fokusnya pada yang mudah dulu yaitu sisi fisik. Ini sering kali terjadi, bahkan kadang membuat seorang bisa batal taubat, karena dia merasa sudah beragama tapi masih gelisah, sebagian lagi tetap terus melanjutkan beragama dengan cara seperti itu, tanpa tau apa yang harus diperbaiki.


Maka dari itu Islam tidak mencukupkan dengan taubat level pertama, tapi ada hijrah tahap lanjutan, yang dinamakan dengan "inabah" atau kembali, beda dengan taubat level satu yang fokus pada perubahan fisik, dilevel ini adalah taubatnya orang yang sudah melaksanakan kewajiban dan meninggalkan yang haram secara fisik. 


Dilevel ini perubahannya fokus pada perubahan batin. Saat memasuki maqam inabah ini seorang akan kembali merasakan kenyamanan yang dulu didapatkan saat baru hijrah, bahkan jauh lebih indah, jauh lebih tenang, dan kita merasa bahwa kita makin rindu degan as-salam yang maha damai.


Dan inabah ini juga bukan akhir dari perjalanan, karena ada level lain dalam perubahan batin yang terus ditingkatkan, seperti i'tisham, tazakkur, sukr, mahabbah, musyahadah sampai ke maqam tauhid dimana pada level tertentu seorang bisa mencapai ketenangan sejati, pada setiap detiknya, la khaufun alaihim wala hum yahzanun. Mereka yang tidak lagi merasa takut dan gelisah.


Maka dari itu hijrah itu gak cukup sekali. Dan hijrah juga butuh ilmu, sebagaimana shalat, puasa, baca alquran juga membutuhkan ilmu Ilmu yang mempelajari ini disebut sebagai ilmu tasawuf atau ihsan, dimana dalam perjalanannya kita akan merasakan seolah kita melihat tuhan, sebgaimana yang diceritakan oleh nabi, kamu beribadah pada allah seolah-olah kamu melihat tuhan, jika kamu belum mampu melihatnya seolah-olah kamu sedang diperhatikannya


Dan dari ilmu ini kita tau bahwa dilevel awal saat sadar tentang hakikat diri kita, kita berada dimaqam yaqdhah, saat berubah kita ada dilevel taubah itu yang ternyata membuat kita tenang karena kita naik level dari gahflah menjadi yaqdhah, lalu naik tingkat menjadi taubah, makanya kita dapat ketenangan karena kenaikan tingkat dilevel batin.


Dan dalam ilmu ini juga kita paham bahwa mengerjakan kewajiban dan menjauhi yang haram secara fisik itu merupakan wadhifah(tugas) bagi manusia dimaqam taubat, dan dari ilmu ini kita juga tau bahwa setiap maqam ada wadhifah(tugasnya) dan hal(keadaan hati). Untuk naik ke maqam selanjutnya maka kita butuh untuk melakukan wadhifah.


Dari ilmu inilah kita mempelajari ruh dari islam, dimana agama tidak lagi kering dari sisi ruhaniyah, tapi begitu hidup dengan ruhaniyah, shalat tidak sekedar sah atau tidak tapi juga membuat kita menjadi khusyu' dan menjauhi perbuatan keji dan mungkar, puasa tidak sekedar menahan lapar dan dahaga tapi juga mebuat kita bertaqwa, sedakah tidak cuma membantu sesama tapi juga membuang penghambaan pada harta, dst. 


Ibarat kata ni, jasad yang sudah memiliki ruh, jadi hidup, bukan benda mati. Begitu juga dengan perbuatan fisik yang memiliki ruh, jadi hidup. Ajaran inilah yang membawa kedamaian sejati. Tentu saja dengan catatan, ruh tanpa jasad juga gak bagus, ntar dikira arwah gentayangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari