Suatu malam Khalifah Umar bin Khattab sedang bekerja di ruangannya dengan menggunakan lampu teplok.
Tak berapa lama, seseorang mengetuk pintu. "Siapa diluar dan apa keperluannya?!" tanya Umar bin Khattab dari dalam ruangan.
"Saya putramu Abdullah, wahai Amirul Mukminin!" jawab putranya.
"Ya, silahkan masuk!" jawab Umar.
Ketika Abdullah putranya masuk ke ruangan ayahnya, Umar bertanya lagi, "Apakah kau ada keperluan denganku?"
"Ya wahai amirul mukminin!" jawab putranya.
"Terangkan padaku, apakah urusan keluarga atau kah urusan negara?!" tanya Umar lagi.
"Urusan keluarga, wahai Amirul Mukminin!"
"Tunggu!" kata Umar. Buru-buru Umar bin Khattab meniup lampu teplok di meja kerjanya, hingga ruangan gelap gulita.
"Kenapa Anda matikan lampu di ruangan ini, wahai Amirul Mukminin?!" tanya putranya keheranan.
"Wahai anakku, kau datang padaku untuk urusan keluarga, sedangkan lampu di ruangan ini berasal dari minyak yang diambil dari kas baitul maal, kas negara.
Aku khawatir jika urusan keluargaku tercampur dengan hak rakyatku, aku mengambil hak yang bukan menjadi hakku, akan tetapi hak umat Islam. Biarlah kita lanjutkan obrolan dalam gelap seperti ini saja!"
Inilah sosok teladan Khalifah Amirul Mukminin, Pemimpin Besar Orang Beriman; Al-Farouq Sayyina Umar Ibn Khattab radhiyallahu anhu.
Saking hebatnya pesona Umar bin Khattab, sampai seorang penipu rakyat pun ingin namanya disebut dan disandingkan seperti Umar Ibn Khattab, padahal terlalu mulia nama itu untuk disandangkan pada pemimpin paling adil pun jika pun hari ini masih ada.
*Ust. Miftah el-Banjary
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari