Singgah satumat ba ilang ke peristirahatan terakhir sang aktivis sejati
Hingga akhir hayat beliau, beliau terus membimbing dan Mengkader para adik-adiknya
- “Tunduk Tertindas Atau Mati Melawan, Karena Diam Adalah Penghianataan” Wawan Wirawan, 11 Desember 1984 – 14 September 2018.
Demikian kutipan moto hidup seorang mantan Presiden Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin, kala masa itu yang lantang berjuang melakukan pemberontakan atas ketidak adilan yang masih terjadi di Tanah Pangeran Antasari Kalimantan Selatan.
Masuknya investor yang mulai mengeruk habis-habisan tanah pegunungan warisan nenek moyang, pemandangan jalan Negara, Jalan Ahmad Yani menuju arah Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Utara hingga Kabupaten Tabalong, dalam setiap jam, setiap hari dan setiap malam selalu dipenuhi aktivitas lalu lalang truk pertambangan batu bara.
Pemandangan ini pun berdambak pada kerusakan jalan umum yang menjadi salah satu faktor utama meningkatnya kecelakaan dijalan raya, terutama jalan Negara yang dilalui aktivitas truk pertambangan batu bara.
Selain itu, warga yang bertempat tinggal di pinggiran jalan yang dilalui truk batu bara pun mengeluh, dimana setiap harinya masyarakat sudah tidak menghirup udara segar lagi, melaikan udara yang dicemari oleh debu jalanan ulah truk batubara, serta banyak dari masyarakat jatuh sakit karena mengalami Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA), banyak dialami oleh anak-anak.
Melihat penghancuran alam, perampasan tanah adat oleh para pemilik modal, tanpa memperdulikan kehidupan sosial masyarakat setempat, Wawan pun membentuk sebuah gerakan mahasiswa untuk menyampaikan kegelisahannya, terhadap kejadian buruk yang menimpa masyarakat Kalimantan Selatan atas keserakahan kaum elit.
Demonstrasi yang dilakukan pun ternyata tidak cukup sekali dua kali, Wawan terus menerus menggelar aksi turun kejalan hingga ia lakukan seorang diri, meminta DPRD Provinis Kalimantan Selatan untuk membuat regulasi yang memperhatikan kepentingan kehidupan sosial masyarakat dan meminta perusahaan batu bara yang beraktivitas di Kalimantan Selatan untuk membuat jalan sendiri, serta tidak lagi melintas dijalan Umum.
Gerakannya pun mendapat kecaman dari bebera pihak yang memiliki kepentingan, tidak jarang Wawan mengalami tindakan represif dari aparat kepoisian, ditendang, dipukuli, diseret, sampai dimasukan kedalam jeruji besi, bernegosiasi meminta agar ia berhenti lantang berteriak dijalan.
Lanjut baca teras7.com...
[https://www.teras7.com/2019/06/26/wawan-wafatnya-sang-aktivis-perda-kalimantan-selatan-dihari-duka-dan-perjuangan/](https://www.teras7.com/2019/06/26/wawan-wafatnya-sang-aktivis-perda-kalimantan-selatan-dihari-duka-dan-perjuangan/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari