Minggu, Agustus 10, 2025

 JIika kita menilik Ke era kolonial berkuasa, Barabai yang lebih sering disebut Kampoeng Qadi oleh para Menir Belanda ini dulunya adalah satu wilayah di mana memang dikondisikan sebagai wadah bermukimnya para kaum borjuis dan para elit Belanda dan warga asing lainnnya. Dalam sejarahnya Barabai adalah kota kedua setelah kandangan yang jadi sentra pergerakan para pejuang di masa perlawanan terhadap pendudukan kolonial terutama di zaman gerilya atau revolusi (antara tahun 1940an-1950an).


Barabai banyak memetakan jejak juang para ksatria Borneo. Batang Alai dan Haruyan adalah dua wilayah yang tentu tak bisa dihapus dari catatan sejarah bahwa di sana pernah terjadi pergerakan bhakan pertempuran para pejuang revolusi. Masih berdirinya bangunan bergaya kolonial di beberapa tempat juga jadi bukti bahwa memang kota ini memiliki sejarah panjang bagaimana sense arsitektural akibat pengaruh subkultur banyaknya orang asing yang bermukim dan membangun kota ini di masa lalu.


Banyak kelompok pergerakan yang lahir dan melakukan berbagai upaya-upaya perlawanan terhadap kolonialisme pada masa itu baik skala kecil kelompok ataupun terorganisir misal seperti GERPINDOM yang dipimpin oleh A.R. HAKA. (Haji Abdurrahman Karim) bersama dengan pejuang lainnya semisal yang cukup dikenal; Haji Damahuri dan kawan-kawan. Tentu saja hadirnya sosok- pergerakan itu pasti terkiat dengan beragam pertempuran yang pernah tercatat dalam sejarah seperti Pertempuran Hawang atau pertempuran Hambawang Pulasan. 


Dengan fakta-fakta itu, sudah selayaknya Barabai berbangga diri menjadi bagian perjalanan sejarah yang banyak memetakan nilai-

nilai kejuangan dan nasionalisme. Barabai tidak mungkin dilepaskan dari catatan sejarah bahwa di kota ini telah memancur darah para syuhada. Bahwa di kota ini telah terpatri tekad kuat untuk merdeka dan bebas dari segala bentuk tirani. 


Tentu kita tak ingin nilai-nilai juang itu sekadar jadi monumen kejayaan masalalu karena tidak pernah ada upaya-upaya mengingatkan atau menceritakan pada generasi penerus anak banua. Lalu, dengan banyaknya peristiwa sejarah yang pernah terjadi di Barabai, entah kenapa sampai sekarang kita tak punya catatan lengkap soal itu alih-alih bicara soal museum atau seumpamanya yang diharapkan mengedukasi generasi akan datang. Sekadar peringatan pun masih minim sekali jika tak ingin dikatakan tidak ada sama sekali. Lantas, bagaimana mungkin bisa mempertahankan nilai-nilai juang dan kstaria yang notabene dulunya merupakan embrio kota ini.


Memahami dan mengetahui sejarah dengan sebenar-benar pemahaman mesti dimiliki oleh semua pihak supaya tidak terjebak dalam pengulangan aktualisasi kegagalan dalam mengisi kemerdekaan. Jangan pernah lupakan sejarah sebab bangsa yang melupakan masa lalunya sama saja tidak memiliki masa depan. Jangan sampai kita menjadi orang buta sejarah sebab mereka yang tidak dapat mengingat masa lalu dikutuk untuk mengulanginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari