Minggu, November 03, 2024

KITAB Falak Syekh Muhammad Bakhiet Kitab ini berjudul "Taufiqur Rahman, lit Taufiq Ma Qolahu Ulama'ul Hai'ah wa Baina Ma Ja-a Minal Ahadits ash-Shahihah wa Ayatil Qur'an".

 KITAB Falak Syekh Muhammad Bakhiet



Kitab ini berjudul "Taufiqur Rahman, lit Taufiq Ma Qolahu Ulama'ul Hai'ah wa Baina Ma Ja-a Minal Ahadits ash-Shahihah wa Ayatil Qur'an".


Isinya luar biasa, menjembatani pemahaman agama dan sains. Ditulis oleh Mufti Mesir Syekh Muhammad Bakhiet Al-Muthi'i (1271-1354 H), merupakan ulama besar paling alim pada masanya. ❤️ 


Penulisnya merujuk kepada banyak referensi klasik dan modern, mulai dari kitab-kitab tafsir, literatur filsafat, dan buku-buku para ilmuan mulai dari Ptolomeus, Hipparchus, Pitagoras, juga merujuk pada Copernicus, Tycho Brahe, Johannes Kepler, Galileo Galilei, Isacc Newton, dll.


Di awal pembahasan, penulis menyuguhkan definisi Ilmu Hai'ah (astronomi), klasifikasinya, hukum mempelajarinya, dan filsafat ilmu falak. Kemudian diulas pembahasan tentang bumi bulat, lingkaran bumi, geosentris dan heliosentris, teleskop, penentuan waktu shalat dan arah, filsafat Al-Ghazali, penafsiran ayat dan hadis kauniyah, fenomena alam, buruj (zodiak), manzilah bulan (lunar mansion), tata surya dan planet-planetnya, teori penciptaan alam semesta, atmosfer, bola langit, cuaca dan kelembaban udara, 'arasy, dll. Tidak hanya uraian tentang sains tapi juga pada pseudo science, persoalan gaib atau ramalan.


Penulis kitab ini, Syekh Muhammad Bakhiet merupakan jebolan Al-Azhar, berhasil mengantongi Syahadah Alimiyyah di usia yang sangat muda, 21 tahun (titel alim dan syekh, setingkat doktor). Ia dikenal ahli di bidang fiqh, Ushul fiqh, tafsir, teologi, dan berbagai disiplin ilmu lainnya, melek dengan sains modern ketika banyak orang tidak begitu menguasainya pada saat itu. 


Di saat muda telah menjadi Mufti, dan di usia 24 tahun telah diangkat menjadi Qadhi (Hakim). Banyak Ulama besar mengambil faedah dari beliau, antara lain Al-Allamah Syekh Muhammad bin Shiddiq Al-Ghumari, Al-Muhaddis Azuz At-Tunisi, Wali Besar Habib Ahmad bin Hasan Alatas, Syekh Kamil Al-Habrawi Al-Halabi, Mufti Tunis Thahir bin Asyur, Musnid Abdul Hayy Al-Kattani, Mufti Habib Husein bin Muhammad Al-Habsyi, Syekh Ahmad Ghumari, Syekh Abdul Hafizh Al-Fasi, Habib Salim bin Al Jindan, Syekh Abdus Sattar Ad-Dahlawi, Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani, Muhaddis Syekh Muhammad bin Ja'far Al-Kattani, Syekh Hasanain Muhammad Makhluf, Mufti Mesir Syekh Abdul Majid Salim, Syekh Ahmadi azh-Zhowahiri, Syekh Ma'mun Syanawi, Syaikhul Azhar Syekh Muhammad Musthofa Al-Maraghi, dan Syaikhul Azhar Syekh Mahmud Syaltut, dan banyak ulama Al-Azhar lainnya.


Mempunyai banyak karya di bidang tauhid, hadis, ushul fiqh, fiqh, sastra, tasawuf, dll. Tiga di antaranya berkaitan dengan ilmu falak, yaitu: 1) Tanbihul Uqulil Insaniyyah fi Bayani Haqiqatil Qur'an minal Ulumil Kauniyah, 2) Irsyadu Ahlil Millah ila Itsbatil Ahillah, dan 3) Taufiqurrahman, yakni kitab yang diposting ini.


Kitab ini merupakan jawaban atas permintaan murid-murid yang meminta penjelasan tentang ayat-ayat kauniyah. Kitab ini ditulis ketika banyak orang yang tidak paham persoalan astronomi berbicara menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Bahkan ketika itu ada yang mengkafirkan siapa saja yang tidak menganut paham geosentris, yakni paham bahwa bumi adalah pusat alam semesta; matahari, bulan, dan planet lainnya mengelilingi bumi. Maka jika ada orang yang beranggapan bumi mengelilingi matahari (Heliosentris), ia dicap sebagai kafir. Pernyataan ini disampaikan dalam banyak ceramah bahkan buku.


Pemahaman seperti ini muncul dari orang yang serampangan memahami ayat dan tidak menguasai persoalan ayat-ayat kauniyah. Bagi Syekh Muhammad Mu'thi'i, suatu ayat haruslah dipahami oleh para ahlinya. Para ilmuwan muslim telah membuktikan bahwa yang benar adalah Heliosentris, sebagaimana yang telah dibuktikan oleh Ibnu Haitsam, Ibnu Syatir, dan Nashiruddin Ath-Thusi.


Kitab ini selesai ditulis pada hari Ahad, 6 Rajab 1340 H / 5 Maret 1922 M, atau 101 tahun yang lalu. Dicetak pertama kali oleh percetakan As-Sa'adah Mesir. Sempat beberapa kali cetak, kemudian naskahnya sudah jarang beredar, hingga diterbitkan ulang oleh Darul Minhaj Jeddah, tahun 1438 H/2016 M dengan tebal 832 halaman.

Dulu, Syekh Ahmad Mughni (Ayah Nagara) ikut majlis beliau. Ayah Nagara kagum dengan keilmuan yang dimiliki oleh Syekh Muhammad Bakhiet Al-Muthi'i. 


Maka bercita-cita, bilamana mempunyai anak lelaki akan diberi nama Muhammad Bakhiet. Dan itulah yang kita kenal dengan sebutan Tuan Guru Haji Muhammad Bakhiet (Guru Barabai), satu di antara ulama kharismatik paling berpengaruh dan punya jamaah puluhan ribu. Berikut profil Tuan Guru Haji Muhammad Bakhiet 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari