Makam Syaikh H. Abdul Qadir Jailani bin Darman.
Letak: Desa Tatah Jaruju, Kecamatan Tatah Makmur, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.
Syaikh H. Abdul Qadir Jailani bin Darman atau lebih dikenal dengan AB Jailani Darman adalah seorang ulama ahli dalam bidang ilmu Tauhid dan Tasawwuf. Beliau dilahirkan di Banjarmasin, besar dan tumbuh di lingkungan keluarga di Dalam Pagar Martapura, kemudian mengajar dan bertempat tinggal di Kampung Melayu Laut Banjarmasin.
Riwayat pendidikan beliau di antaranya adalah Pondok Pesantren Darussalam Martapura (lulus 1938 M) dan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo (satu kelas dengan KH. Idham Khalid).
Ketika Indonesia masih dalam keadaan kacau, dengan berbekal pengetahuan agama dan keinginan membela tanah air, maka beliau memutuskan untuk ikut berjuang.
Pada tahun 1944 M, beliau aktif dalam Barisan Pelopor. Tahun 1945 M, menjadi Bendahara Angkatan Muda Indonesia di Malang (langsung di bawah pimpinan Ir. Soekarno). Tahun 1947 M, menjadi anggota seksi I Tentara Pelajar Indonesia-Kalimantan. Beliau juga pernah menjadi pasukan garis depan dalam mempertahankan wilayah di Jawa Timur yaitu Jembatan Merah yang sekarang menjadi monumen bersejarah para pahlawan, dan masih banyak lagi pertempuran-pertempuran yang beliau hadapi yang belum bisa dituliskan di sini.
Pada sekitar tahun 80-an, beberapa orang TNI datang ke rumah beliau untuk menganugerahkan pangkat sebagai Veteran Perang yang berjasa, namun beliau menolaknya. Karena beliau berjuang atas nama bangsa, bukan atas nama pribadi.
Dalam suatu serangan yang dilakukan oleh Belanda, anak laki-laki beliau yang berumur kira-kira 4-5 tahun terbunuh terkena bom granat langsung di depan mata beliau saat bermain di halaman rumah. Namun beliau tidak berkecil hati dan senantiasa istiqamah dalam perjuangan. Beliau juga pernah ditangkap dan dipenjarakan oleh Jepang karena pengkhianatan salah satu temannya. Setelah dikeluarkan dari penjara, semua harta beliau habis. Yang tersisa hanya baju dan celana yang ada di badan serta uang sebesar kira-kira 5 Sen yang kemudian diberikan kepada istri dan anak perempuannya untuk membeli jagung.
Setelah beliau memberikan uang 5 Sen itu kepada keluarga, berbekal pengetahuan agama, maka beliau pun mengasingkan diri dengan tujuan untuk menjadi kaya. Singkat cerita, saat mengasingkan diri, ada seseorang menemui beliau kemudian berkata:
Apa yang kamu inginkan dari pengasingan diri ini?
Beliau menjawab: Saya ingin kaya.
Seseorang tadi berkata: Tidak, kamu tidak bisa kaya!
Beliau bertanya: Mengapa? Bukankah saya telah benar menjalankannya?
Seseorang tadi menjawab: Betul, kamu sudah benar, namun doa dari ibumu bukanlah itu (menjadi kaya).
Beliau bertanya kembali: Lantas, apa doa yang selalu dipanjatkan ibu saya untuk saya?
Kemudian seketika seseorang tadi seolah-olah membuka tabir dan terlihatlah sesosok perempuan yang sedang mengandung, maka terperanjatlah beliau karena yang dilihatnya adalah ibunya saat mengandungnya. Beliau terus mengamati penampakan itu hingga terucaplah doa dari sang ibu sambil mengelus perutnya: Mudahan ikam jadi urang alim nak ai.
Dan doa itu terus-menerus ibunya ucapkan dari hamil sampai melahirkan beliau.
Betapa bergetarnya tubuh beliau melihat dan mendengar doa dari ibunya sehingga beliau tersungkur menangis kemudian berucap: Ya Allah, ulun tarima doa kuitan ulun.
Sejak saat itu, beliau menjadi pengusaha (pedagang) untuk memenuhi kehidupan istri dan anak-anaknya, beliau sempat menjadi Pimpinan Induk 52 Persatuan Pasar di Banjarmasin selama 15 tahun. Sambil mengamalkan ilmu yang sudah dikaruniakan kepadanya, maka beliau pun membuka pengajian Tauhid dan Tasawwuf pada tahun 1961 M. Murid-murid beliau tersebar mulai dari Banjarmasin, Gambut, Martapura, Paringin, Amuntai, Sangkulirang, Kapuas, Marabahan, Palangkaraya, Surabaya, bahkan hingga ke Malaysia dan Brunei Darussalam.
Beliau pernah berucap kepada murid-muridnya: Dahulu aku meminta sugih, ternyata dengan ilmu agama yang aku terima ini aku pun jadi sugih (mendapat ketenangan batin), karena ilmu ini ilmunya urang sugih.
Beberapa karya tulis beliau antara lain:
1. Doktrin Ahlussunnah Wal Jama'ah Dan Pancasila (1971 M).
2. Risalah Asas Ilmu Tauhid-Tasawwuf (1972 M).
3. Ikhtisar Konsep Materi Dakwah Islamiyah Dan Ajaran-Ajaran Islam (1984 M).
4. Agama Islam Wahyu Ilahi (1986 M).
5. Kebenaran Kata Wihdatul Wujud Oleh Ibnu Arabi Dan Soal Nur Muhammad.
Beliau wafat di Banjarmasin pada hari Sabtu tanggal 10 April 1999 M atau bertepatan dengan 23 Dzulhijjah 1419 H.
Al Fatihah...
رب فانفعنا ببركتهم واهدنا الحسنى بحرمتهم وأمتنا في طريقتهم ومعافاة من الفتن.
Tatah Jaruju, Ahad, 17 September 2023 M/1 Rabi'ul Awwal 1445 H.
Al Faqir Ahmad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari