Minggu, Oktober 13, 2024

M. Asy'ari Rektor Ketiga IAIN Antasari

 M. Asy'ari Rektor Ketiga IAIN Antasari



M. Asy'ari panggilan pendek dari Drs. H. Muhammad Asy'ari MA, lahir di Banjarmasin tanggal 17 Oktober 1934M dan meninggal dunia pada hari Kamis tanggal 5 Desember 2013M/3 Muharram 1435H, dalam usia sekitar 79 tahun. Beliau meninggalkan seorang isteri Hj. Rosdiana dan empat orang anak yakni Sir Ahmad Rizhan, Nita Sofia Agustin, Erlina Sari Muslimah dan Muhammad Shahreza Canadian. Sayang, latar belakang keluarga dan latar belakang pendidikan beliau diwaktu kecil belum banyak diketahui (mungkin belum digali), tapi yang jelas beliau alumni dari sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta, seangkatan dengan Ir. H. Muhammad Said (mantan Gubernur Kal-Sel), Ir. Gusti H. Hasan Aman (juga mantan Gubernur Kal-Sel), Drs. H. Hamli dan Drs. H. Busyairi Majedi. Sepulang beliau dari menuntut ilmu di Yogyakarta dan kembali ke Banjarmasin, tak berselang lama beliau telah diterima menjadi dosen IAIN Antasari, Banjarmasin. Kemudian, pada tahun 1976-1983 beliau terpilih sebagai Wakil Rektor I mendampingi Tuan Guru H. Mastur Jahri selaku Rektornya. Di masa beliau sebagai Wakil Rektor I ini, fakultas-fakultas yang berada di daerah-daerah Kabupaten dibubarkan dan digabungkan ke induknya di Banjarmasin. Hal itu dilakukan beliau, meskipun banyak yang tidak sependapat, adalah demi mudahnya kordinasi dan peningkatan mutu IAIN Antasari, Banjarmasin, pada waktu itu. Selanjutnya, pada tahun 1983-1992, beliau diangkat menjadi Rektor selama dua periode sebagai Rektor yang memimpin dengan tegas dan disiplin mengikuti aturan-aturan yang tertulis. Bagi beliau, peraturan itu harga mati sehingga kebijakan beliau merupakan peraturan itu sendiri yang dipegang beliau dengan teguh, murni, konsekwen dan konsisten. Beliau, orang IAIN Antasari pertama atau yang memulai melanjutkan studi ke dunia Barat (Amerika dan Eropa), tepatnya di Mc. Gill University, Canada mengambil S2 atau gelar magister islamic studies, padahal biasanya kebanyakan dosen IAIN waktu itu, masih suka pergi melanjutkan studi ke Timur Tengah. Namun sehabis lulus magister dari Canada tidak membuat beliau menjadi liberal dan sekuler, melainkan justru beliau menjadi lebih kian kuat keimanan dan ketakwaannya. Aku sempat bergaul dan sekantor beberapa tahun dengan beliau di Fakultas Tarbiyah dan aku melihat beliau pengagum berat pemikiran Mohammad Natsir baik waktu mudanya sebagai aktivis partai Masyumi maupun waktu tuanya sebagai tokoh Dewan Dakwah. Demikian juga, dalam mengajar, beliau memilih vak keislaman yang paling sulit yakni Filsafat Pendidikan Islam, yang orang-orang tertentu saja punya keberanian untuk mengajar, dan vak Bahasa Inggris yang waktu itu masih langka karena dianggap sebagai bahasa orang kafir. Beliau cukup menguasai keilmuan Islam dari referensi buku-buku berbahasa Inggris dan sudah tentu buku-buku keislaman yang berbahasa Indonesia dari kalangan Islam modernis, tapi sayangnya, beliau kurang mau memberi ceramah dan khutbah sebagaimana lazimnya sarjana IAIN. Beliau lebih memilih melaksanakan ajaran Islam dengan baik secara pribadi, seperti rajin salat tahajjud, puasa Senin-Kamis, sadaqah dan lain-lain. 


Meskipun beliau tidak melanjutkan jenjang studinya sampai ke tingkat Doctoral, tapi beliau terus belajar secara otodidak. Beliau suka membaca buku apa saja dan tak segan untuk selalu membeli buku setiap seminggu sekali di Toko Gramedia, jalan Veteran, Banjarmasin, terutama buku-buku baru yang menarik. Beliau juga, rajin menghadiri berbagai seminar baik tingkat lokal, nasional maupun regional dan internasional. Di forum seminar beliau tak sekadar duduk dan diam, tapi aktif ikut bicara, memberi tanggapan, pertimbangan, pertanyaan, keberatan, gugatan, usulan, tandingan, alternatif dan bandingan bahkan seringkali beliau menjadi pemakalah (presenter atau narasumber) sendiri didalamnya. Demikian juga, ketika pas kumpul di ruang dosen beliau sering mengajak dialog dan diskusi tentang pelbagai masalah yang sedang aktual dan menjadi trending topik. Pendek kata, beliau sampai tua masih mempunyai wawasan yang luas, pikiran yang brillian dan pandangan yang relevan sesuai dengan perubahan sosial dan perkembangan zaman.


Di samping itu, beliau dikenal sangat berjiwa sederhana. Dengan jabatan beliau sebagai Rektor selama dua periode berturut-turut, semestinya punya kesempatan untuk bermewah-mewah. Namun dalam kenyataannya, beliau hanya mempunyai rumah sederhana yang tersembunyi di jalan sempit Gang Ratna, jalan Belitung Laut. Beliau menikmati mobil hanya pada saat menjabat sebagai Rektor, yaitu mobil dinas. Sesudah  tidak lagi menjabat, beliau kembali naik sepeda motor atau pakai ojek untuk pergi mengajar di Fakultas Tarbiyah dan Pasca Sarjana IAIN Antasari, sampai akhir hayatnya. Di tengah kesederhanaan tersebut, beliau masih sempat menghibahkan sebidang tanah di Gang Sariawan, Belitung Darat kepada Yayasan Ulin Nuha untuk dikembangkan menjadi sebuah pusat kajian Alqur'an. Namun sayangnya, sampai akhir hayat beliau entah kenapa pembangunan gedung tersebut sampai sekarang belum terlaksana. Kemudian, beliau bisa dikatakan sebagai guru sejati. Sejak menjadi dosen, ditambah dengan menjadi pejabat, beliau selalu menyempatkan diri untuk mengajar bahkan hingga pensiun tetap mengajar beberapa mata kuliah sebagai dosen luar biasa. Dengan sepeda motor beliau yang tidak lagi baru, beliau begitu rajin pulang-pergi ke kampus putih (biru atau hijau). Kenapa beliau bisa bisa selincah itu padahal beliau sudah sepuh (tua) ? Jawabnya, karena beliau pandai menjaga kesehatan. Dalam usia 70 tahun, beliau masih nampak sehat dan bersemangat seperti masih muda saja. Entah apa resep dan kajian beliau hingga bisa sesehat itu, entahlah yang jelas selama bertugas di IAIN Antasari, beliau tidak pernah mengalami sakit parah yang mengakibatkan beliau harus opname ke rumah sakit, beliau senantiasa kelihatan segar-bugar dan awet muda. Aku rasa, sikap kesederhanaan, kecintaan pada buku, kesetiaan mengajar, menjaga kesehatan dan aktif di berbagai macam kegiatan yang melekat pada beliau Rektor Ketiga IAIN Antasari ini yang patut menjadi teladan bagi generasi muda muslim sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari