Minggu, November 27, 2022

Kisah si miskin dan si munafik

Pada masa Rasulullah ﷺ, terdapat seorang sahabat bernama Abu Dujanah. Setiap usai menjalankan ibadah shalat berjama'ah shubuh bersama Baginda Nabi, Abu Dujanah selalu tidak sabar. Ia terburu-buru pulang tanpa menunggu pembaca'an do'a yang dipanjatkan Rasulullah selesai.


Ada satu kesempatan, Rasulullah ﷺ mencoba meminta klarifikasi pada pria tersebut. 


"Hai, apakah kamu ini tidak punya perminta'an yang perlu kamu sampaikan pada Allah sehingga kamu tidak pernah menungguku selesai berdo'a. Kenapa kamu buru-buru pulang begitu? Ada apa?" Tanya Nabi. 


Abu Dujanah menjawab, ""Anu Rasulullah, kami punya satu alasan."


"Apa alasanmu? Coba kamu utarakan!" Perintah Baginda Nabi. 


"Begini," kata Abu Dujanah memulai menguraikan jawabannya. "Rumah kami berdampingan persis dengan rumah seorang laki-laki. Nah, di atas pekarangan rumah milik tetangga kami ini, terdapat satu pohon kurma menjulang, dahannya menjuntai ke rumah kami. Setiap kali ada angin bertiup di malam hari, kurma-kurma tetanggaku tersebut saling berjatuhan, mendarat di rumah kami."


"Ya Rasul, kami keluarga orang yang tak berpunya. Anakku sering kelaparan, kurang makan. Sa'at anak-anak kami bangun, apa pun yang didapat, mereka makan. Oleh karena itu, setelah selesai shalat, kami bergegas segera pulang sebelum anak-anak kami tersebut terbangun dari tidurnya. Kami kumpulkan kurma-kurma milik tetangga kami tersebut yang berceceran di rumah, lalu kami haturkan kepada pemiliknya. 


Satu sa'at, kami agak terlambat pulang. Ada anakku yang sudah terlanjur makan kurma hasil temuan. Mata kepala saya sendiri menyaksikan, tampak ia sedang mengunyah kurma basah di dalam mulutnya. Ia habis memungut kurma yang telah jatuh di rumah kami semalam."


Mengetahui itu, lalu jari-jari tangan kami masukkan ke mulut anakku itu. Kami keluarkan apa pun yang ada di sana. Kami katakan, 'Nak, janganlah kau permalukan ayahmu ini di akhirat kelak.' Anakku menangis, kedua pasang kelopak matanya mengalirkan air karena sangat kelaparan. 


Wahai Baginda Nabi, kami katakan kembali kepada anakku itu, ‘Hingga nyawamu lepas pun, aku tidak akan rela meninggalkan harta haram dalam perutmu. Seluruh isi perut yang haram itu, akan aku keluarkan dan akan aku kembalikan bersama kurma-kurma yang lain kepada pemiliknya yang berhak’."


Pandangan mata Rasulullah ﷺ sontak berkaca-kaca, lalu butiran air mata mulianya berderai begitu deras.


Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ mencoba mencari tahu siapa sebenarnya pemilik pohon kurma yang dimaksud Abu Dujanah dalam kisah yang ia sampaikan di atas. Abu Dujanah pun kemudian menjelaskan, pohon kurma tersebut adalah milik seorang laki-laki munafik. 


Tanpa basa-basi, Baginda Nabi mengundang pemilik pohon kurma. Rasul lalu mengatakan, "Bisakah tidak jika aku minta kamu menjual pohon kurma yang kamu miliki itu? Aku akan membelinya dengan sepuluh kali lipat dari pohon kurma itu sendiri. Pohonnya terbuat dari batu zamrud berwarna biru. Disirami dengan emas merah, tangkainya dari mutiara putih. Di situ tersedia bidadari yang cantik jelita sesuai dengan hitungan buah kurma yang ada." Begitu tawar Rasulullah ﷺ.


Pria yang dikenal sebagai orang munafik ini lantas menjawab dengan tegas, "Saya tak pernah berdagang dengan memakai sistem jatuh tempo. Saya tidak mau menjual apa pun kecuali dengan uang kontan dan tidak pakai janji kapan-kapan."


Tiba-tiba Abu Bakar As-Shiddiq رضي الله عنه datang. Lantas berkata, "Ya sudah, aku beli dengan sepuluh kali lipat dari tumbuhan kurma milik Pak Fulan yang varietasnya tidak ada di kota ini (lebih bagus jenisnya)."


Si munafik berkata kegirangan, "Oke, ya sudah, aku jual."


Abu Bakar menyahut, "Bagus, aku beli." Setelah sepakat, Abu Bakar menyerahkan pohon kurma kepada Abu Dujanah seketika. 


Rasulullah ﷺ kemudian bersabda, "Hai Abu Bakar, aku yang menanggung gantinya untukmu."


Mendengar sabda Nabi ini, Abu Bakar bergembira bukan main. Begitu pula Abu Dujanah. Sedangkan si munafik berlalu. Ia berjalan mendatangi istrinya. Lalu mengisahkan kisah yang baru saja terjadi. "Aku telah mendapat untung banyak hari ini. Aku dapat sepuluh pohon kurma yang lebih bagus. Padahal kurma yang aku jual itu masih tetap berada di pekarangan rumahku. Aku tetap yang akan memakannya lebih dahulu dan buah-buahnya pun tidak akan pernah aku berikan kepada tetangga kita itu sedikit pun."


Malamnya, sa'at si munafik tidur, dan bangun di pagi harinya, tiba-tiba pohon kurma yang ia miliki berpindah posisi, menjadi berdiri di atas tanah milik Abu Dujanah. Dan seolah-olah tak pernah sekalipun tampak pohon tersebut tumbuh di atas tanah si munafik. Tempat asal pohon itu tumbuh, rata dengan tanah. Ia keheranan tiada tara. 


Dalam kisah ini, dapat kita ambil pelajaran, betapa hati-hatinya sahabat Rasulullah ﷺ tersebut dalam menjaga diri dan keuarganya dari makanan harta haram. Sesulit apa pun hidup, seberat apa pun hidup, seseorang tidak boleh memberikan makanan untuk dirinya sendiri dan keluarganya dari barang haram. 


Kisah di atas disarikan dari kitab I'anatuth Thâlibîn (Beirut, Lebanon, cet I, 1997, juz 3, halaman 293)


والله اعلم



Kasarangan, 27 November 2022

Editor : Muhammad Edwan Ansari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari