Riwayat Singkat Tuan Guru KH.Muhammad Ridwan Baseri (Abah Guru Kapuh)
Guru Kapuh merupakan sebutan populer dari Tuan Guru KH.Muhammad Ridwan binti Jauhariyah binti Tuan Guru H.Athaillah bin Tuan Guru H.Abdul Qadir bin Syekh Sa'duddin (Datu Taniran) bin Mufti Syekh Muhammad As'ad binti Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kalampayan). Beliau lahir sekitar tahun 1966 dari isteri keempat Tuan Guru H.Hasan Baseri yang bernama Jauhariyah dari desa Kapuh, Wasah, Kandangan. Beliau waktu kecil sering dibonceng ayahnya naik sepeda ketika sang ayah ceramah keliling dan bertemu sesama tuan guru hingga kelak beliau banyak dikenal murid dan teman-teman ayah beliau. Berarti sejak kecil beliau sudah dididik dan digembleng oleh ayah beliau sendiri sebagai ulama sekaligus aktivis dan pejuang. Perlu diketahui, ayah beliau cukup lama mondok di PP. Gontor, Ponorogo dan PP. Darussalam, Martapura bahkan dia menjadi murid kesayangan Tuan Guru H.Husin Qaderi.
Selesai sekolah Tsanawiyah beliau melanjutkan menuntut ilmu mondok ke Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo memenuhi pesan ayahnya. Selesai di Gontor beliau belajar mendalami agama dengan Abah Guru Sekumpul sambil mengajar di MAPK dan SMIH di Martapura. Di sini beliau belajar kitab kuning dengan cermat hingga sampai menjadi salah satu murid terkasih Abah Guru Sekumpul. Beliau mengatakan bahwa bersekolah di Gontor membuat kita paham secara aktif berbahasa Arab, sedang belajar kepada Abah Guru Sekumpul membuat kita memahami kitab kuning dan berbagai cabang ilmu keislaman. Suatu perpaduan yang bisa saling mengisi, saling melengkapi dan saling menguatkan satu sama lain.
Sebenarnya sebelum Abah Guru Sekumpul wafat beliau sudah diizinkan untuk membuka majelis di kampung beliau, tapi beliau baru berani membuka majelis setelah Abah Guru Sekumpul wafat pada tanggal 5 Rajab 1426H/2005M. Beliau berupaya membuka majelis yang mirip dengan majelis Abah Guru Sekumpul baik suasana, tempat maupun metode mengajar dan materi kitab yang dibaca hingga jamaah pengajian seperti berada di Sekumpul atau seperti kelanjutan majelis di Sekumpul. Rupanya harapan beliau itu jadi kenyataan, pengajian beliau banyak didatangi jamaah yang tadinya setia mengaji di Sekumpul baik dari Hulu Sungai maupun Banjarmasin. Nama majelis beliau adalah Majelis Ta'lim Al-Hidayah yang rutin memberikan tausiyah dua kali seminggu tiap hari Minggu dan Jum'at. Pada hari lainnya beliau mengabulkan hajat orang banyak baik menghadiri undangan salamatan, baarwahan, tasmiyah, walimahan maupun ceramah bahkan beliau menjabat sebagai Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) tingkat Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Majelis ini hari demi hari berkembang pesat hingga Desa Kapuh yang dulu sepi menjadi sangat ramai terutama pada hari-hari beliau melakukan tausiyah. Bisa dikatakan Kapuh menjadi pusat pendidikan Islam di kota Kandangan sekaligus pusat bertumbuhnya ekonomi kerakyatan tempat peredaran dan perputaran uang yang demikian menggairahkan. Kebesaran Majelis Ta'lim Al-Hidayah sudah jauh-jauh hari diprediksi (diramal) oleh guru beliau Abah Guru Sekumpul yang menyatakan bahwa di daerah ini, akan muncul majelis pengajian yang besar melebihi besarnya majelis pengajian terdahulu yakni Majelis Pengajian Tuan Guru H. Muhammad Arifin bin Tuan Guru H. Atha'illah bin Tuan Guru H. Abdul Qadir bin Syekh Sa'duddin (Datu Taniran), Paman beliau sendiri, saudara dari ibu beliau. Prediksi Abah Guru Sekumpul ini, berlangsung saat beliau masih aktif mengaji di Sekumpul, Martapura.
Tidak sampai di situ, beliau juga telah membangun pesantren yang sangat megah di sekitar desa Kapuh, tepatnya berada persis berseberangan dengan Majelis dan rumah beliau. Pesantren ini, penanganannya beliau serahkan pada anak beliau sendiri yang telah lulus dari salah satu pesantren terkenal di Jawa dan sudah berkeluarga.
Demikian, riwayat sekilas tentang Abah Guru Kapuh dengan segala sepak terjangnya yang telah melakukan perubahan besar pada desa Kapuh kampung halaman beliau. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Admin;
Copyright @Catatan Edwan Ansari